15

1.5K 175 22
                                    

"Aku tidak akan basa-basi. Kim Seokjin, kau ingin mencoba merebut Namjoon dariku?" Tuduhan Ryu total membuat Seokjin membolakan lebar matanya, tidak dapat dipercaya sama sekali.

Setelah mendapat ajakan untuk bicara dari Ryu tadi, Seokjin sekarang sedang berada di salah satu cafe tak jauh dari tempat pemakaman, dan tuduhan tak mendasar dari Ryu membuat Seokjin tak habis pikir sama sekali, sejak kapan ia mencoba merebut Namjoon?

"Kau menuduhku mencoba merebut kekasihmu itu?" Seokjin mencoba menetralkan dirinya dan mencoba bersikap biasa saja.

Seokjin mengarahkan pandangannya pada mata Ryu dan menatap intens padanya, Ryu yang ditatap sedemikian rupa merasa agak kikuk dan melepas kacamata hitamnya yang masih bertengger pada hidungnya. Ia memasukkan kacamata itu ke dalam tasnya dan memberanikan diri untuk membalas tatapan Seokjin.

Seokjin berdehem sejenak dan memulai lagi, "dengarkan aku, aku tidak pernah dan tidak ingin merebut kekasihmu itu. Aku dan dia tidak sedekat itu. Kenapa kau bisa berpikir kalau aku ingin merebutnya?"

Ryu merasa terintimidasi setelah melihat dan mendengar cara bicara Seokjin yang lugas dan tenang seperti ini, "ka—kau akhir-akhir ini selalu berada di sampingnya. Aku selalu melihat kalian berdua, seharusnya yang ada di posisimu sejak kemarin itu aku Seokjin, aku."

Seokjin memutar bola mata jengah. "Seharusnya yang kau ajak bicara itu kekasihmu, bukan aku."

"Maksudmu?— Ryu menggantungkan ucapannya, "maksudmu kedekatanmu dengan Namjoon akhir-akhir ini, semua atas dasar keinginan Namjoon? Percaya diri sekali kau?"

Seokjin berdiri dari kursi yang ia duduki, dia tidak bisa melanjutkan obrolan ini. Tidak ada gunanya. Membuang-buang waktu berharganya saja.

"Maaf Ryu, aku harus ke kantor dan bekerja. Aku tidak bisa meladenimu. Masalah hubungan antara kau dan Namjoon, kau selesaikan sendiri dengan dia. Ah... dan ingat ini, aku tidak ada niat dan tidak ingin merebut kekasihmu itu."

Seokjin melangkahkan kakinya keluar cafe, meninggalkan Ryu yang menahan geraman emosi di dalam sana.

-

Seokjin berjalan tergesa, ia akan menuju ke ruangan Tuan Choi. Walaupun dia sekretaris, Tuan Choi tetap tangan kanan bosnya. Mungkin Tuan Choi tahu berada dimana Jae-hwan sekarang?

"Tuan Jae-hwan ada di luar negeri? Kenapa aku tidak diberi tahu?"

"Bos besar ada urusan pribadi Kim Seokjin, karena itu mungkin dia tidak memberitahumu. Tolong kau resechedule semua jadwal bos sampai dua minggu ke depan."

Seokjin mengernyit tidak mengerti, "selama itu? dan dia tidak bisa dihubungi?" Tanyanya yang hanya mendapat senyuman kecil dari Tuan Choi.

Seokjin menuju ruangannya dengan tanda tanya besar yang mengikutinya. Ini aneh dan terlalu tiba-tiba. Seokjin teringat Namjoon yang mengatakan apakah Jae-hwan ingin lari darinya kemarin malam. Sebenarnya ada apa ini? Seokjin sama sekali tak dapat menebak apapun, yang Seokjin hanya dapat pastikan. Namjoon dan Jae-hwan memiliki masalah yang berat.

Ting...

Ting...

Ting...

Bunyi notifikasi membuyarkan perhatian Seokjin yang sedang fokus dengan pekerjaannya. Seokjin akhirnya memilih untuk fokus pada pekerjaannya saja. Pekerjaannya sangat banyak. Seokjin tidak ingin memikirkan apapun, dia tidak akan ikut campur terhadap masalah yang terjadi antara bos dan mantan bosnya itu.

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang