"Jungkook-ah? Ada apa?"
"Jungkook!"
"Kim Jungkook!" Kali ini suara Seokjin membuat Jungkook melepas paksa tangan Seokjin.
Badan Jungkook bergertar dan matanya mengeluarkan cairan bening perlahan.
"Hey—hey kenapa?" Seokjin melepas tangan dari pegangan koper dan menaruh semua barang bawaannya sembarang, dia meraih bahu Jungkook dan mengusapnya lembut.
"Kenapa Jungkook-ah?" Lirih Seokjin mengharap Jungkook memberitahu kenapa dia tiba-tiba menangis seperti ini.
"Pulang hyung— aku ceritakan ketika pulang." Balas Jungkook mengelap kasar air matanya dan mengambil semua barang bawaan hyung-nya untuk dia bawa.
-
Seokjin tidak membuka suara sedikitpun, sedari tadi dia hanya menunggu Jungkook yang terlihat masih enggan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Hyung, siapa pria itu?" Suara tiba-tiba Jungkook membuat Seokjin mendongakkan kepala menatap Jungkook yang sedang duduk di kursi meja makan tepat di depannya.
"Pria yang mana?"
"Yang bersama mu tadi di Bandara."
"Kim Namjoon? Dia bos hyung di kantor Jungkook-ah." Jelas Seokjin mengamati Jungkook yang tiba-tiba mendongak menatap Seokjin, dengan jari yang saling meremat gugup Jungkook tiba-tiba berdiri.
"Bos? Keluar dari perusahaanya hyung! Aku tidak mau kau bekerja dengan orang seperti dia!" Teriak Jungkook mengejutkan Seokjin.
"Kenapa? Kenapa hyung tidak boleh bekerja dengannya?" Tanya Seokjin penasaran mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya ingin Jungkook sampaikan.
Jungkook membalikkan badannya tidak mau menatap hyungnya. Dia menarik nafasnya dalam, air matanya tak bisa ia tahan untuk tak mengalir membasahi pipinya. Seokjin mencoba meraih bahu Jungkook yang dihindari langsung oleh Jungkook. Seokjin terkejut melihat pipi Jungkook yang kembali basah. Ketika Seokjin hendak membuka mulut mengutarakan sesuatu Jungkook langsung memotong dengan ucapannya.
"Pria itu hyung— pria itu tidak punya hati."
"Kau ingat satu tahun lalu ketika aku, oemma, dan appa kecelakaan? Aku yang masih setengah sadar mencoba keluar dari mobil dan mencari bantuan— Jungkook menjeda kalimatnya air matanya semakin deras mengalir di pipi. "Pria itu—pria yang sangat aku harap hal buruk akan selalu menimpanya, pria tidak punya hati! Dia meninggalkanku hyung, dia tidak membantuku, dia tidak membantu oemma dan appa! Jika saja—jika saja dia mau meluangkan waktu 15 menit hanya untuk mengantar kami ke rumah sakit— mungkin oemma dan appa— mungkin mereka masih bersama kita sekarang." Ucap Jungkook terisak di dalam dekapan hyung-nya. Jungkook makin menangis mengingat kejadian terburuk dalam hidupnya, dan tadi dia bertemu dengan orang terburuk, tidak punya hati, dan yang selalu Jungkook harap kesakitannya.
5 menit sebelum Appa-nya membanting stir karena ingin menghindari truk besar yang melaju cepat ke arah mobil mereka, Jungkook masih menceritakan hal apa saja yang ia lakukan di Singapore. Semua hitam setelah hal terakhir yang Jungkook ingat Appa nya meminta maaf dan menumbur pohon besar di seberang jalan sana. "Tolong.... tolong....." Jungkook merintih mencoba membuka mata, seluruh tubuhnya terasa sakit dan sangat kaku, matanya memanas. "Oemma...Appa....hiks" Jungkook menangis menyaksikan kedua orang tuanya yang terbujur lemah di kursi bagian depan mobil. Dia berusaha menggapai pintu mobil dan membukanya. Jungkook yang masih merasa pening mencoba mencari bantuan dengan berjalan tertatih ke tengah jalan. Di ujung jalan sana Jungkook seperti melihat kilat cahaya kehidupan, ada mobil lain yang melaju cukup kencang, dengan tenaga yang masih tersisa Jungkook melambaikan tangannya menyiratkan agar mobil itu berhenti. Mobil hitam mengkilat itu berhenti di depan Jungkook, tanpa pikir panjang ia mengetuk kaca mobil pengemudi ini. "Tuan.. Tuan.. tolong..tolong oemma dan appaku— kaca mobil turun perlahan menampilkan sosok yang memiliki ekspresi tak kalah pucat dari Jungkook. "Tuan, ku mohon antarkan kami ke rumah sakit... ku mohon.. Appa—appa dan oemma ku masih berada di dalam mobil." Jelas Jungkook susah payah. Sosok di dalam mobil ini nampak memperhatikan mobil yang sedang mengeluarkan asap pada bagian kap depan di sebelah kiri sana dan menoleh lagi pada Jungkook. "Tuan ku mohon tuan." Pinta Jungkook memelas belas kasihan. Sosok ini masih kaku di bangku kemudi mobilnya, mukanya masih pucat dan menampilkan ekspresi khawatir. "Maaf..." dan sosok ini pergi meninggalkan Jungkook, pergi dengan harapan Jungkook. Jungkook terduduk lemah di tengah jalan, kakinya tak sanggup lagi menahan beban, matanya masih dibanjiri air mata. Kenapa orang bisa sampai tak punya hati seperti itu, meninggalkan orang lain yang jelas membutuhkan bantuan dan tengah sekarat seperti Jungkook, Oemma, dan Appanya. Terjeda cukup lama, dari kejuhan Jungkook dapat mendengar suara ambulance datang menuju ke tempatnya. Tapi terlambat Oemma dan Appa-nya sudah dinyatakan DOA (Death On Arrival). Andai saja orang tadi mau membantu Jungkook— andai saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss Kim Vs Secretary Kim
FanfictionAku bersumpah, aku akan melakukan segala cara agar dapat keluar dari perusaahaan mu ini Kim Namjoon- Kim Seokjin. Segala cara-cara mu itu tidak akan berhasil Kim Seokjin- Kim Namjoon. NamJin BxB