3

2K 221 13
                                    

Semua yang sudah terjadi hanya bisa diterima, ya kan? Baik itu kejadian yang baik maupun kejadian buruk. Karena sesuatu yang sudah terjadi, tidak dapat terulang kembali. Waktu terus berputar dan kehidupan harus terus berjalan. Seandainya— yah, hanya kata seandainya—, berandai—andai. Andai saja ini andai saja itu, yah andai saja.

____________________________________

"Aku tidak terima! Kenapa kontrak kerjaku ini isinya hanya menguntungkan mu saja?!" Seokjin melempar map yang berisi kontrak kerja di atas meja bos-nya. "Kau pikir kau siapa? Kau tidak bisa seperti ini?" Lanjut Seokjin masih dengan nada bicara yang sangat memekikkan telinga.

"Hey, hey, tenang sekretaris Kim, kau ini kenapa? Pagi-pagi sudah ribut. Ajukan pertanyaan mu satu-persatu dan akan ku jawab satu-persatu." Balas bos Seokjin santai, Namjoon yang baru sampai di ruangannya terkejut melihat sekretarisnya masuk secara tiba-tiba ke ruangannya dengan aura yang sangat panas.

Seokjin memutar bola mata malas, dia sangat muak dengan sikap bosnya ini. Kenapa dia sangat sulit hanya untuk keluar dari pekerjaan? Dimana-mana orang sulit mendapat pekerjaan ini dirinya malah sulit untuk keluar dari pekerjaannya.

"Aku ingin keluar dari perusahaanmu!" Jawab Seokjin tegas.

"Selain bodoh ternyata kau ini juga tuli yah?" Namjoon membuat senyum pada bibirnya, bukan— bukan senyum manis seperti yang kalian bayangkan, tapi senyum yang meledek Seokjin. "Kan kemarin aku sudah mengatakan dengan jelas kau tidak bisa keluar dari perusahaan kalau bukan aku yang memecatmu!"

"Kalau begitu pecat aku!" Seokjin benar-benar hanya ingin keluar dari perusahaan ini, Seokjin mohon.

"Tidak," Jawaban yang masih sama keluar dari mulut Namjoon. "Duduklah dulu sekretasris Kim, kita bicarakan apa permasalahanmu baik-baik" lanjut Namjoon sambil melangkahkan kakinya ke sofa hitam yang ada di ruangannya.

Seokjin tidak menjawab dan tidak bergerak dari tempatnya berdiri.

Wahh, sekretarisnya ini sangat keras kepala pikir Namjoon. Namjoon yang sangat tidak suka dibantah sangat muak melihanya.

"Duduk Kim Seokjin!" Perintah Namjoon kali ini dengan suara yang lebih berat dan Seokjin sama sekali tidak bergedik sedikitpun.

"Tidak mau" Seokjin mendelik ke arah Namjoon berharap bosnya kesal dan segera memecatnya.

"Apa kau tidak melakukan yang ku perintahkan kemarin huh? Kau tidak membaca kontrak kerjamu? Kau harus mengikuti semua perintahku Seokjin-ssi" Namjoon mencoba menggertak Seokjin yang sepertinya berhasil membuat Seokjin melangkahkan kakinya mendekat pada sofa yang diduduki Namjoon.

"Justru karena aku membaca kontrak kerja itu aku tidak mau mengikuti perintahmu," Seokjin berjalan dengan langkah santai menuju Namjoon. "Kau akan memecat ku kan kalau aku tidak menuruti perintah mu? dan itulah yang ku inginkan," Seokjin sekarang berdiri di depan Namjoon persis di depan Namjoon yang sedang duduk di atas sofa besar miliknya.

Namjoon berdiri sedikit membenturkan dada bidangnya pada Seokjin, Seokjin yang tidak siap akan tindakan Namjoon yang tiba-tiba, terhuyung sedikit ke belakang dan Namjoon dengan sigap merangkul pinggang Seokjin agar tidak terjatuh.

"Jangan menantang ku sekretaris Kim, atau kau akan menyesalinya seumur hidupmu." Namjoon membisikkan tepat di samping telinga Seokjin yang membuat Seokjin sedikit bergidik ngeri dengan bisikan dan perlakuan bosnya ini.

Harum wood dan citrus menguar mengisi indra penciuman Seokjin. Seokjin segera menyadarkan pikirannya, ia mendorong bahu Namjoon untuk menjauh darinya.

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang