16

1.6K 192 31
                                    

5 menit berlalu....
dan Namjoon belum mengeluarkan suara barang decakan sekalipun. Namjoon hanya menunduk dan belum mau mendongakkan kepalanya untuk mempertemukan pandangan dua orang yang sedang saling berhadap-hadapan ini.

"Namjoon....

Mendengar namanya dipanggil, Namjoon refleks mendongakkan kepalanya dan langsung memotong ucapan orang yang ada di depannya, "Seokjin... Lee Kwang-soo yang menyebabkan kakekku terkena serangan jantung, penipu itu... dia menipu kakekku Seokjin, aku kehilangan kekekku karena dia." Namjoon meremas kedua tangannya menyalurkan emosi yang tak dapat dia luapkan.

Namjoon menarik nafas sekali dan berusaha melanjutkan kalimatnya "Lee Kwang-soo ayah dari Lee Jae-hwan, dia sahabat dekat ayahku. Kakekku menganggap dia seperti anaknya sendiri, tapi bajingan itu mengkhianati rasa kasih dan tulus yang diberikan kakekku. Kakekku yang membatu perusahaan mereka maju dan berkembang, kakek... kakekku terlalu baik dan polos Seokjin, kakek tidak pernah memberitahuku tentang ini. Aku baru mengetahui semuanya ketika kakek sudah tidak sadarkan diri karena serangan jantung hari itu." Mata Namjoon memerah, dia berdiri dari duduknya dan mencengkram bahu Seokjin. "Katakan padaku! Di mana mereka?! Katakan!" Seokjin total terkejut, karena Namjoon secara tiba-tiba mencengkram dan mengguncang tubuhnya.

Seokjin mengarahkan matanya dan mencari pandangan Namjoon, "Tenang Namjoon-ah... tarik nafasmu. Tenang... ikuti irama nafasku." Ucap Seokjin sambil menuntun Namjoon agar bernafas lebih teratur. "Iya begitu... nafas Namjoon-ah. Atur nafasmu."

Lagi. Seokjin total terkejut lagi. Namjoon mendekap tubuhnya kuat dan erat, kepalanya menelunsup ke ceruk leher Seokjin. Seokjin mematung, tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Seokjin... ayo kita cari mereka. Mereka harus bertanggung jawab atas rasa marahku. Pengecut dan pengkhianat seperti mereka tidak seharusnya sedang hidup secara bebas dan bahagia sekarang, sedangkan aku sakit."

Seokjin mengangkat kedua tangannya dan mengarahkan pada punggung belakang Namjoon, mengusap lembut menjalarkan ketenangan untuknya.

"Tidur Namjoon, kau butuh tidur. Kita bicarakan lagi nanti. Sekarang kau butuh tidur." Namjoon melepas pelukannya, tapi belum melepas tangannya pada bahu Seokjin.

"Aku akan pulang. Aku akan men—

"Menginaplah di sini."

Namjoon membolakan matanya.

"Lihat dirimu, kau berantakkan sekali Namjoon. Matamu merah dan sayu. Tidak baik menyetir dalam keadaan kacau sepertimu. Terlebih dengan segala emosi dan pikiran-pikiranmu."

"Aku mengantuk sekali Seokjin. Ngantuk." Balas Namjoon.

"Iya, tidurlah di sini. Kau mau mandi dulu?"

Namjoon menggeleng.

Seokjin hanya menghela nafasnya singkat dan berjalan mendahului Namjoon menuju ke kamarnya.

"Ini, setidaknya gantilah bajumu itu." Ucap Seokjin sambil menyerahkan sepasang piyama yang ia ambil dari dalam lemari bajunya. Namjoon membuka jasnya cepat dan mulai membuka kancing kemejanya.

Sudah tiga kali total malam ini Namjoon membuat Seokjin terkejut. Apa-apaan? dia mau bertelanjang dan mengganti pakaian di depan Seokjin?

"YA!! Jangan telanjang di depanku. Terima ini dan ganti pakaianmu ketika aku sudah keluar."

Namjoon menggeleng cepat dan mencengkram pergelangan Seokjin.

Boss Kim Vs Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang