Playing now;
Happy - Han Jisung(*judul lagunya happy, tapi maknanya sama sekali ga happy, huuu Han pinter bgt bikin lagu dah)
»»————>❇❇❇<————««
"CHRIISSS!!!"
Berteriak, Hazel berteriak, berharap ada yang menolong, tapi memangnya apa yang bisa diharapkan dari pada penumpang kereta yang bernasib sama? Menolong diri sendiri saja sulit, kenapa repot-repot berbagi peduli?
Benar begitu, bukan?
Miris memang, tapi itulah kenyataan.
Tak mendapat respon kecuali lirikan acuh dari banyak pasang mata lelah di sana, Hazel akhirnya dengan susah payah meraih tubuh Chris yang tersungkur tuk kembali didudukkan di atas bangku penumpang yang telah usang.
Kepala Chris ia dongakkan, pertolongan pertama pada orang mimisan, terlebih Chris juga pingsan.
"Chris," Hazel memanggilnya lembut meski tahu yang disebut takkan menjawab.
Tak lama, gadis itu terlebih dahulu menghentikan pendarahan di hidung si lelaki menggunakan kain ujung lengan coat belel Chris yang ia robek, kemudian setelah dirasa cairan merah itu berhenti mengalir, Hazel menyamankan Chris dalam posisi duduknya.
Selia nya menatap Chris dengan sedih. Betapa malang pria di hadapannya ini.
"Maaf, Chris, tapi izinkan aku untuk---" Hazel menarik kepala Chris tuk disandarkan di bahunya.
"Aku tahu kau lelah. Lelah dengan semua ketidakadilan yang menimpa, maka istrahatlah sedikit lebih lama" Yang Hazel inginkan hanyalah Chris tidur dengan nyenyak, meski itu tak bisa disebut dengan tidur juga sih.
Pasalnya, Chris tak pernah tidur sejak menaiki gerbong kereta tua ini. Pria itu enggan memejamkan mata ketika malam menyapa dan Hazel yang pura-pura tidur, tahu semuanya.
Ia tahu, Chris yang melamun, Chris yang merenung dengan dahi berkerut, Chris yang menatap jendela berdebu kereta dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Ia tahu, ia melihat semuanya.
....
Kala Chris membuka mata, pemandangan pertama yang disapanya adalah kedua netra Hazel yang berlinang air mata.
"H-hazel?"
"Oh, kau akhirnya membuka mata!" Seru Hazel setengah terisak.
Yang lebih mengejutkan lagi bagi daksa Chris yang masih lunglai dan isi kepala yang belum menyatu sepenuhnya adalah Hazel yang menubruknya dengan pelukan erat bersama isak air mata.
"Ada apa?" Tanya Chris, bodoh.
Mengurai pelukan itu, Hazel menatap sang adam dengan mata merahnya.
Bukk!
Gadis itu memukul dada Chris dengan kencang, hingga pria itu bahkan meringis.
"Kau nyaris membuatku gila, kau tahu?!"
Chris mengerjap-ngerjap matanya dengan polos. Sebentar, apa ada hal terkait yang ia lupakan?
"Apa aku melewatkan jam makan?"
"Apa?!" Hazel ternganga.
Hebat. Sungguh hebat.
Chris dan perutnya yang sentiasa lapar, dengan tak tahu dirinya hanya memikirkan asupan bahkan ketika raganya baru siuman.
Bukk!!
"Chris, serius, apa yang ada di kepala mu hanyalah makan?!"
Nada Hazel sejenak meninggi, membuat Chris menciut lalu tertunduk.
"Maaf,"
"Tidak. Aku yang minta maaf. Aku tidak bermaksud membentakmu. Maafkan aku,"
Chris menggeleng, lalu bertanya mengembalikan topik awal, "Hal besar apa yang aku lewatkan hingga nyaris membuatmu gila seperti yang tadi kau katakan?"
"4 hari,"
"Hah?"
"4 hari kau tak sadarkan diri, Chris. Kau pingsan setelah mimisan lalu tertidur lama hingga membuatku berpikir kau sudah mati! Kau membuatku hampir gila. Aku takut kau tak lagi membuka mata sementara orang-orang hanya acuh dengan yang terjadi di sekitar mereka, aku---"
"Sstt!" Chris menaruh telunjuknya di bibir Hazel. "Yang terpenting sekarang adalah aku masih hidup, kan?"
Seperti tersihir dengan mata dan wajah rupawan di depannya, Hazel hanya mampu mengangguk. Pun dengan tangan Chris yang masih bertengger di bibirnya, ia tak protes.
"K-kau... Apakah merasa pusing?"
"Tidak,"
"Kau lapar?"
"Iya,"
Melawak, bung?
"Hazel,"
"Ya?"
"Pernahkah kau... Merasa benar-benar bahagia?"
Hazel memiringkan kepalanya, merasa aneh dengan pertanyaan Chris.
"Maksudmu?"
Chris malah tidak menjawab, lalu memundurkan tubuhnya, "Aku tidak tahu bagaimana detil kisah hidupmu hingga berakhir sama di kereta ini sepertiku, tapi ku harap suatu saat nanti, kau bisa menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya sekalipun itu berada di ujung senja"
Hazel tidak mengerti mengapa Chris berucap demikian, tapi ia tahu kalimat pria itu barusan seolah bagai salam perpisahan.
Itu membuat Hazel tertawa sumbang, "Hei, pemberhentian kereta masih lama; sekitar 5-6 hari lagi, kenapa kau seperti orang yang ingin melaksanakan upacara perpisahan saja?"
Mendengarnya, Chris tahu tawa itu hanyalah tawa hambar, tak benar-benar nyata.
Chris yang masih di awang-awang kepalanya mendengar Hazel dan tawa sumbangnya, kaget seperti tersengat lebah tatkala Hazel meraih kedua tangannya tuk digenggam.
"Bukan aku, Chris, tapi kau. Berbahagialah dan cari arti kehidupan yang sesungguhnya setelah keluar dari kereta ini,"
Chris terpaku, tak hanya dengan tangan mereka yang menyatu, namun juga kalimat Hazel barusan.
"Hazel, aku---"
Grepp!!
Gadis itu eratkan genggaman tangan keduanya.
"Berjanjilah, kau harus jadi orang yang bahagia tanpa selia luka jika kita nanti kembali berjumpa," Pintar Hazel.
Tidak tahu dari mana datang keberanian serupa, tapi tangan Chris yang satunya terulur ke depan, menyeka air mata yang turun dari pelupuk sang puan.
_____________________
TO BE CONTINUE
_____________________
KAMU SEDANG MEMBACA
GERBONG KERETA, CERITA KITA {On Going}
Historical FictionDia kelaparan, kedinginan, tanpa seorangpun di sisinya. Dia Chris---pemuda 24 tahun yang kehilangan segalanya kecuali nyawa dan sehelai baju yang melekat di badan. Pengeboman itu, menghancurkan hidupnya, masa depannya yang terancang apik di depan ma...