Playing Now;
Trouble is a friend - Lenka»»————>❇❇❇<————««
"A-apa yang baru saja kau lakukan?"
Hazel yang syok sementara Chris memalingkan muka.
Pria itu berdeham, berpura-pura seolah tak ada yang terjadi.
"Karena kau sudah menceritakan keseluruhan kisahmu, sekarang bisa aku melanjutkan milikku?" Sengaja Chris mengalihkan pembicaraan, berharap kecanggungan itu reda.
Sial, apa yang kulakukan? Bibir ini reflek begitu saja. Batin Chris kacau.
Hazel yang juga terjebak dengan rona malu di pipinya mengangguk, berusaha tak menganggap kecupan di punggung tangan oleh Chris itu hal yang berarti.
"B-baiklah, setelah aku menjumpai reruntuhan itu juga jasad kedua orang tuaku.... "
Meski dibilang tak akan pernah puas menangisi kena'asan yang menimpanya, Chris berusaha melihat ke depan.
Pria itu berupaya bangkit namun tak bisa. Kakinya yang berdarah hebat itu rupanya mengalami kelumpuhan.
Dengan susah payah ia mencabut beberapa anak besi yang menancap di kakinya. Meringis, Chris tak ingin lagi menangis.
Berupaya menutup robekan luka-lukanya yang mengucurkan darah bagai air keran dengan kedua tangannya yang kotor penuh debu, Chris menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang teramat sangat.
Seolah ia lupa rasa sakit itu sendiri.
"Kau tidak akan bisa menghentikan pendarahannya hanya dengan menutupnya dengan telapak tanganmu yang tak seberapa, nak" Sebias suara mengisi rungunya.
Chris menoleh dan mendapati sosok laki-laki tua yang kini mengeluarkan kain-kain bekas dari karung yang dipikulnya.
"Anda adalah... " Chris bersuara parau.
Kakek tua itu tersenyum, "Hari ini biarkan aku membalas semua kebaikanmu, anak muda."
.....
"Sudah sangat lama sejak... "
"Iya," Kakek itu menyahuti sembari mengompres kain dengan air sungai. "Nyaris empat tahun berlalu dan kau sudah menjadi pria dewasa, anak muda."
Pada akhirnya kakek itu membawa Chris ke sebuah rumah---lebih tepatnya gubuk di pinggir sungai miliknya.
"Panggil aku Chris, kakek. Sudah berapa puluh kali kubilang sejak dulu, jangan memanggilku anak muda,"
"Faktanya kau memang anak muda,"
Y-ya memang benar sih, tapi...
"Apa kakek tinggal menetap di sini?"
Si pria tua menggeleng sembari meletakkan gumpalan kain di bawah kaki Chris yang terbujur agar tidak semakin sakit kemudian menjawab, "Sejak dulu aku selalu berpindah-pindah. Membangun gubuk kecil lalu meninggalkannya jika dirasa wilayah yang didiami sudah tidak aman. Maaf jika ini tidak senyaman rumahmu, tapi memang beginilah kehidupan seorang pemulung."
"Tidak, kakek. Ini lebih dari cukup. Terimakasih sudah mengobati lukaku,"
"Ku lakukan itu sebagai ungkapan terimakasih,"
Chris tertawa kecil dibuatnya, "Ayolah, kakek, itu hanya sebuah roti yang kucomot dari kotak bekal sarapanku setiap pagi kala berangkat sekolah dan kakek masih mengingatnya?"
"Mungkin bagimu itu hanya sepotong roti tapi bagiku itu adalah harapan. Harapan demi menyambung kehidupan. Berkat roti yang selalu kau berikan---pria tua ini masih hidup hingga saat ini, nak." Kakek itu dengan telaten membungkus luka Chris dengan kain bekas miliknya usai membersihkan dan mengobatinya. "Kau tahu, nak? Sebuah kebaikan kecil itulah yang justru yang sangat berarti dan dikenang. Jadi, jangan berhenti berbuat baik dan tetap optimis melihat masa depan. Jangan putus asa dan menyerah, jalanmu masih panjang, anak muda."
"Tapi... Dengan kedua kaki yang tak bisa berjalan ini apakah jalan itu masih bisa ku tapaki?"
Kakek itu tidak serta merta menjawab pertanyaan Chris namun mengulas senyum yang menyimpan banyak arti. Sebuah kurva yang telah banyak menyelami pahit manis kehidupan.
"Tinggalah di sini tuk sementara waktu hingga kakimu sembuh dan pulih,"
"K-kaki ku bisa sembuh?!" Chris kaget sekaligus agak antusias mendengarnya.
"Tentu saja. Itu bukan kelumpuhan permanen. Kau akan bisa berjalan lagi kurang lebih tiga bulan selama mendapat perawatan,"
Perawatan. Perawatan katanya.
Di tengah kondisi negara yang begini dan musibah yang menimpanya, darimana Chris bisa mendapatkan uang untuk berobat coba?
Menangkap gurat sedih di wajah pemuda 24 tahun itu, si kakek bersuara, "Bukan perawatan medis, tapi pengobatan tradisional."
"Pengobatan tradisional? Maksudnya yang biasa orang-orang China lakukan di---"
Si kakek malah tertawa, "Apa semua yang berbau tradisional selalu diindikasikan dengan tradisi China? Tidak, anakku, aku yang akan melakukannya untukmu."
Chris menatap si pria tua sangsi, "Kakek... Bisa mengobatiku?"
"Kau pikir orang tua miskin ini hidup lama tanpa mempelajari sesuatu yang setidaknya bisa berguna dalam mempertahankan hidup?" Si kakek balik bertanya.
Tanpa Chris sadar, Tuhan menolongnya lewat perantara si kakek tua.
_______________________
TO BE CONTINUE
_______________________
KAMU SEDANG MEMBACA
GERBONG KERETA, CERITA KITA {On Going}
Historical FictionDia kelaparan, kedinginan, tanpa seorangpun di sisinya. Dia Chris---pemuda 24 tahun yang kehilangan segalanya kecuali nyawa dan sehelai baju yang melekat di badan. Pengeboman itu, menghancurkan hidupnya, masa depannya yang terancang apik di depan ma...