19❇ Gerbong Kereta (2)

115 29 0
                                    

Playing Now;
Freeze - Stray Kids

»»————>❇❇❇<————««

Orang-orang yang berlalu lalang di peron memandangi Hazel dengan aneh. Gadis itu terduduk menangis di depan rel bekas kepergian kereta yang membawa Chris dengan sebelah sepatu pria itu yang berada dipelukan.

"Chris...."

Ia telah kehilangan adik, orang tua dan kehidupannya yang normal, kini haruskah Chris juga pergi darinya?

Tidak. Hazel tidak sanggup jika harus kehilangan lagi.

Lantas, bagaimana dengan janji Chris tuk menikahinya nanti?

Menyeka air mata yang sialnya selalu turun kala ia menghapusnya, gadis itu bangkit dengan memeluk erat sepatu milik Chris. Ia berbalik, kemudian berlari.

Tujuannya hanya satu; Toko Informasi nyonya Welther.

....

Brak!!

"Katakan kemana mereka membawa Chris!!"

"Jawab!!" Bentak Hazel lagi.

Nyonya Welther yang saat itu sedang mengecek suhu panggangan roti, menanggapinya dengan acuh tak acuh, "Kau sudah tahu bahwa kedai ku adalah toko informasi, lantas apa yang kau lakukan dengan pertanyaan tanpa uang, huh?"

Sial, ia harus membayar jika ingin mendapatkan informasi.

"Kau bahkan tidak punya uang, jadi lupakan saja pertanyaan dan Chris sialan-mu itu,"

Brakk!!

Hazel murka. Tidak ada siapapun yang boleh memaki Chris-nya. Tidak untuk sekarang, tidak juga nanti atau sampai kapanpun.

"Kau bilang aku tidak punya uang? Memang! Aku tidak punya alat pembayaran berupa uang tapi kurasa ini jauh lebih dari cukup untuk membuat mulut sialan-mu itu bicara dan mengatakan segalanya!"

Tak.

Sebuah gelang emas tersodor di atas meja kasir---di hadapan Nyonya Welther.

"Darimana kau mendapatkannya? Kau mencurinya?" Tuduh Nyonya Welther yang langsung curiga.

"Sungguh tercela sekali pemikiran sempitmu yang berpikir aku mencuri. Ini satu-satunya yang tersisa dari peninggalan ibuku yang seharusnya kusimpan baik-baik," Hazel tidak berniat melakukan pembelaan lebih lanjut karena ia tidak melakukannya kesalahan.

Melihat mata nyonya Welther yang melirik tergiur ke arah gelang emasnya, Hazel kembali menegaskan, "Sekarang, katakan kemana dua orang sialan itu membawa Chris pergi!"

....

"Ini sudah satu jam, tapi kenapa dia masih tidak sadar?"

Kedua pria yang membawa Chris dengan menaiki kereta kelas ekonomi itu menatap pemuda yang masih tak sadarkan diri dengan gelisah.

Sang lawan bicara yang ditanya pun mengangkat bahu tak mengerti, "Entahlah. Apa mungkin kita terlalu banyak meletakkan obat bius?"

Yang ditanya balik pun menendang tulang kering si pria yang bertanya dengan bodohnya.

"Jika dia tidak bangun hingga kita sampai di tujuan, maka kepala kita bisa saja melayang, kau tahu?!"

"Bahasamu mengerikan, tapi kau benar, jika dia tidak kunjung bangun hingga pemberhentian peron nanti, kita lah yang berada dalam masalah."

"Ya, dan apa yang ditemukan dalam kondisi hidup, harus pulang dalam keadaan hidup."

....

Hazel menangis.

Ia kembali berlari menuju stasiun kereta.

Nyonya Welther tidak memberitahukan kemana tujuan akhir dua pria asing itu membawa Chris karena sejatinya si wanita paruh baya itu juga tidak tahu. Yang ia tahu hanyalah kereta jenis apa dan dengan tujuan destinasi mana berlabuh.

Jadi, yang harus Hazel lakukan sekarang adalah menyusul kereta itu.

"Tiket. Ya! Aku harus membeli tiket!" Sendirian di tengah kelimpungannya akan kehilangan sesosok yang berharga, membuatnya terlihat seperti orang gila yang bicara sendiri di depan loket stasiun.

Uang? Tentu ia punya sekarang. Hazel tidak bodoh untuk menukar gelang peninggalan ibunya dengan informasi secuil dari nyonya Welther. Jadi, setelah wanita paruh baya itu mengatakan destinasi kereta yang ditumpangi dua orang lelaki yang menculik Chris, Hazel langsung menarik paksa nan kasar gelang yang merupakan alat transaksinya dan berlari sekuat tenaga mengabaikan teriakan nyonya Welther dan juga kejaran dari beberapa orang yang menyalahpahaminya sebagai pencuri.

Setelah menjual gelangnya dengan harga pantas secara tergesa, barulah Hazel bisa berada di sini; menatap nanar sebuah tiket kereta kelas ekonomi pemberangkatan kedua destinasi serupa yang membawa pujaan hatinya.

"Kita akan bertemu lagi, Chris. Dan aku akan menagih janji itu,"

....

Hazel tidak bisa menyembunyikan  ekspresi ketidaksabarannya ketika pengumuman dari peron yang menyuarakan bahwa kereta yang ditumpanginya akan berangkat tak lama lagi.

Pikirnya, ia harus menyusul Chris secepatnya.

Hingga kereta berangkat dan mulai melaju, Hazel tak hentinya gelisah. Jari-jemarinya meremas kuat ujung pakaian yang kotor akibat jatuh-berlari.

Cemas? Janganlah ditanya lagi. Dilihat dari perawakannya mau bagaimanapun, dua pria yang membawa Chris jelas terlihat bukan sosok ramah yang tidak segan melayangkan tinju dan pukulannya kepada Chris jika sewaktu-waktu pria itu bersikeras melawan.

Menatap jendela kaca kereta yang transparan sembari mendekap erat sebelah sepatu lusuh Chris, Hazel hanya bisa berharap keselamatan pria itu dan semuanya akan baik-baik saja.

"Apapun yang terjadi setelah ini, semoga akan ada awan cerah yang menghampiri dan takdir sedikit berbaik hati---mempertemukanmu denganku kembali,"

_______________________

TO BE CONTINUE
_______________________

GERBONG KERETA, CERITA KITA {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang