Prolog

17.7K 855 51
                                    

Bercermin diri...

Sega menilai penampilannya malam ini. Jarang menggunakan Tuksedo, Sega seperti tidak mengenali dirinya sendiri. Dia yang biasanya hanya menggunakan kemeja dengan snelli, kini bak seorang pangeran.

Setelah cukup yakin dengan penampilannya, Sega keluar kamar hotel menuju tempat acara.

Sega Prabudingrat...

Dia masih memiliki darah biru dari leluhurnya. Namun jaman sudah berubah. Sega bebas mengekspresikan dirinya. Mewujudkan impiannya dan mengenyahkan segala tradisi yang membelenggu.

Itu yang dipikirkan istrinya. Dua tahun lalu Eveline kabur meninggalkan sepucuk surat. Sega bisa apa? Dia hanya terdiam dan tidak mampu melakukan apapun untuk mencegah kepergian istrinya. Karena saat itupun, dia menyadari bahwa ia tidak bisa menjelaskan alasan yang tepat, agar istrinya itu tidak memilih kabur.

Kini Eveline sukses meniti kariernya menjadi seorang model. Jadi, sudah sepatutnya dia memberikan ucapan selamat, kan? Dan malam ini juga, Sega ingin mengakhiri kehidupan rumah tangganya. Tidak ada yang perlu di pertahankan.

Pernikahan tidak akan pernah berjalan baik untuk dua orang yang tidak memiliki prinsip sama dalam satu ikatan. Eveline pasti memikirkan hal itu juga, mengingat bagaimana perempuan itu baru-baru ini menciptakan skandal dengan seorang Aktor.

Sega merasa nyaman dengan kesendiriannya. Profesinya sebagai dokter Pediatri cukup membuatnya bahagia dan dipenuhi banyak cinta.

Pintu Ballroom terbuka menyambut dirinya. Sekali mengangguk, Sega melangkah masuk. Ballroom yang indah. Lampu gantung menghiasi dua sisi, panggung megah terpampang jelas di sana. Segerombolan kaum sosialita di sana. Bercengkrama khas dengan membawa gelas piala.

Tidak nyaman. Jujur, hal itu yang dirasakan Sega sekarang. Dia bukan lelaki kalangan atas seperti temannya, Orion atau Yuda yang mereka merupakan pewaris dari perusahaan besar terkemuka. Sega hanya lelaki biasa yang hidup dengan prinsip, jika dibutuhkan dia akan membelinya.

Pandangannya mengedar mencari istrinya. Eveline di sana. Rambutnya di gelung rapi, riasannya tipis dengan menonjolkan warna bibirnya yang merah merona. Gaun hitamnya terbuka di sekitar bahu, menunjukkan kulit putih perempuan itu. Tulang selangka yang menonjol membuat Sega menelan ludah. Membayangkan lama dia tidak merasakan harum dan manis dari tubuh Eveline. Tubuhnya bereaksi.

Dan saat itu pula, mata mereka bertemu. Hiruk pikuk sekitar pun lenyap bagai asap. Jarak mereka yang jauh kian menyempit.

***

Dalam sekali tatap, Eveline yakin lelaki dengan Tuksedo itu adalah suaminya. Sega di sana! Demi tuhan! Sudah dua tahun berlalu dan Eveline masih merasakan getaran-getaran aneh saat bertatapan dengan lelaki itu. Tubuhnya seketika dingin. Perasaan tidak enak menyelimuti dirinya. Kegelisahan mulai membuatnya tidak bisa berkonsentrasi.

Jino, Aktor tampan yang baru-baru ini digosipkan dengan Eveline sekaligus rekan perempuan itu malam ini merasakan kegelisahan Eveline.

"Are you okay? Baby?" tanya Jino mendekati Eveline yang ternyata perlahan menjauh dari lelaki itu. Tangan bebas Jino mencengkeram lengan Eveline. "Ada apa?" Bisiknya. "Acara akan segera dimulai. Kamu tidak akan kabur, kan?"

"Tidak!" jawab Eveline dengan susah payah setelah menemukan keberanian dirinya. Dia melirik sekilas pada Jino dan berkata. "Bisa kita ke dekat panggung? Aku tidak merasa nyaman di sini."

"Oke. Baiklah..." ragu, Jino mulai curiga namun menuruti kemauan Eveline.

Keduanya mengangguk meminta maaf kemudian melenggang mendekati panggung. Disana, Eveline berusaha keras untuk tidak menoleh ke arah Sega. Debaran jantungnya masih saja membuatnya resah. Eveline terus berbicara, berusaha mengenyahkan perasaannya itu.

Scandal Marriage #4 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang