Kepulan asap disertai bau harum masakan memenuhi dapur rumah Sega. Dengan menggunakan celemek, Sega tidak risih berjalan mondar-mandir menyiapkan menu sarapan. Jika memikirkan banyak hal yang terjadi, beginilah jadinya. Sega tidak bisa tidur semalam. Dia memikirkan sendiri, apa gerangan yang membuat Eveline kabur. Selain itu juga, Sega belum mengetahui apa yang dia inginkan sekarang.
"Sega?"
Sega terpaku, piyama sederhana Eveline entah kenapa begitu memukau dirinya. Eveline mengucek mata khas orang bangun tidur, gerakan biasa itu membuat Eveline begitu imut dimatanya.
"Kamu sudah bangun? Ayo! Sarapan dulu saja..."
Masih setengah mengantuk, Eveline duduk di kursi, harum masakan membuatnya kelaparan. Sega tersenyum melihat betapa lahapnya Eveline makan, ia menarik kursi, duduk disana dan mengikuti Eveline sarapan.
"Kulihat kamu tidak pernah minum susu?"
Gerakan Eveline berhenti, matanya mengerjap menatap Sega. "Tidak. Karena masih mual aku tidak minum susu."
"Kamu harus minum susu. Itu bagus untuk perkembangan bayinya..."
Bayinya...
Semangat Eveline di pagi hari sirna. Semalam mengingat kenangan bahagia dan sedih dalam satu waktu membuat emosinya naik turun namun Eveline mengambil sisi lain dan mencoba menerima keadaan sekarang. Yang lalu tidak perlu diungkit, daripada membuat luka yang hampir kering kembali basah dan meradang.
Semua ini tentang bayi. Jika tidak ada bayi ini dia tidak akan disini. Perasaan Eveline sudah berdamai dengan kenyataan itu. Dia harus mengeraskan hatinya akan perasaannya pada Sega semakin berkembang.
Sekarang hubungan mereka hanya tentang bayi ini, tidak lebih.
"Ya. Nanti aku akan membelinya..." lirih Eveline pelan tak bersemangat, tiba-tiba makanan itu rasanya tidak menggugah rasa laparnya lagi. Eveline meletakkan sendok mencuri perhatian Sega.
"Ada apa? Kamu sudah kenyang?"
"Ya. Aku akan bersiap."
Eveline sudah bangkit berdiri saat Sega berkata, "Kamu hendak kemana?"
"Ke perusahaan. Kemarin aku kesana. Mereka bilang sudah ada yang membeli perusahaan Agensi Kevin, bagian management sudah merombak semuanya. Hari ini aku akan mendapat asisten baru..."
"Kamu masih berniat bekerja?!" tanya Sega dengan nada tidak percaya. "Kamu hamil! Tidak perlu bekerja. Aku akan membiayai semua kebutuhanmu!"
"Aku hanya hamil! Bukan sakit atau cacat! Demi Tuhan, Ga! Ini bukan melulu soal uang!"
Sega meletakkan sendok dengan keras dan bangkit. "Dirumah saja! Kamu tidak perlu mencari uang!"
"Sudah kukatakan bukan masalah uang!"
"Kamu masih hamil muda, Eve! Jika sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya bagaimana?!"
"Aku bisa menjaga diriku sendiri!"
"Kamu ku izinkan mengatakan itu sebelum kejadian di apartemen! Tapi itu sudah tidak berlaku lagi! Kamu hanya akan dirumah! Titik! Tidak ada perdebatan lagi!"
Sega melepas celemek dengan kasar kemudian pergi menuju kamarnya hanya untuk mengambil Snelli kemudian menatap Eveline. "Aku sudah menghubungi Mbak Asih. Kamu masih ingatkan? Mbak Asih akan menemanimu di rumah! Aku berangkat..."
Pintu tertutup dengan keras. Eveline mengusap wajahnya frustasi. Ada apa dengan Sega? Wajahnya memerah marah! Dan Sega melarangnya bekerja? Tidak! Dia tidak akan diam saja dirumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal Marriage #4 [TAMAT]
RomanceKisah Sega Prabudingrat, series 4. Dokter Tampan Spesialis Pediatri yang menyimpan rahasia tentang pernikahannya sampai skandal sang Istri membuatnya memperjelas status Pernikahan mereka. Sega di didik dengan keras, menghormati perempuan dan kebuday...