SM 17

6.2K 597 18
                                    

Hampir lima belas menit posisi mereka masih sama--dengan Eveline memeluk kepala Sega. Tangis Sega baru saja reda. Eveline hendak membuka suara namun Sega lebih dulu berbicara.

"Aku terus memikirkan alasan kenapa kamu pergi. Semalaman aku tidak bisa tidur dan sampai pada satu keputusan untuk melakukan segalanya yang aku bisa lakukan untuk hubungan kita. Aku menyadari kita tidak mungkin sampai di sini kalau bukan karena kamu hamil, Eve..."

Eveline menunggu. Dia hanya merasa Sega masih akan berbicara. Sega menarik kepalanya, memandang Eveline sejenak. Memastikan bahwa perempuan itu fokus terhadap dirinya kemudian menunduk memandang perut Eveline.

Jemari Sega terantang lepas mengusap perutnya. Eveline langsung merasakan getaran aneh setiap Sega mengusap perutnya. Rasanya ada sesuatu yang meresap masuk kedalam perutnya. Sesuatu itu begitu besar sampai-sampai Eveline menggigit bibirnya.

"Sega..." lirih Eveline pelan.

"Dia mukjizat diantara kita. Dia yang membawa kita bersama. Dia..." Suara Sega tercekat di tenggorokan. Matanya mengerjap sedih menatap Eveline. Matanya sedih itu melukai Eveline. Sampai tanpa perempuan itu sadari, tangannya mengusap pipi Sega.

"Dia bayi kita. Benar, kan?" tanya Eveline penuh hati-hati. "Apa aku salah?"

Lama keduanya berpandangan. Seulas senyum terbit lalu berubah menjadi tawa getir menyakitkan. Sega kembali menatap perut Eveline, mengusap perut--tempat bayi laki-laki atau perempuannya bersama Eveline.

Bayi kita...

Cuping hidung Sega mengembang. Bibirnya terkatup rapat, kedua matanya masih berkaca-kaca, dia kembali menangis. "Mungkin alasan kamu pergi dua tahun lalu begitu menyakitkan. Sampai kamu tidak mau menceritakannya padaku. Apapun itu, aku minta maaf, Eve..."

Sega tersenyum getir. "Apa kamu ingat apa yang aku katakan dulu padamu..."

"Baiklah. Saya sudah mendapatkan jawabannya. Kita akan membuat pernikahan ini berhasil. Anda bisa mengajari saya cinta, mungkin suatu hari nanti kita akan saling mencintai..."

Sega mengulangi kalimatnya, sama persis dengan kalimat tiga tahun lalu yang menjadi awal pernikahan mereka. Mendengar kalimat itu terucap membuat Eveline kembali dalam masa lalu. Dia menatap Sega dengan kesedihan. Apa Sega ingin meporandakan hatinya seperti dulu?

"Aku tidak mengerti cinta yang kamu maksud. Kamu perempuan pertamaku dan akan menjadi satu-satunya."

Mata Eveline terbeliak mendengar pernyataan itu.

"Mungkin, aku sama-sama merasakan kegugupan malam itu. Aku sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya, aku hanya bisa merencanakan, Eve. Merencanakan agar aku bisa jatuh cinta padamu, merasakan apa itu cinta."

Dengan lembut Eveline mengusap pipi Sega, menghapus air mata yang mulai mengalir.

"Saat kamu pergi aku hancur. Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya diam memegang surat darimu. Pikiranku mendadak kosong. Tubuhku bahkan tak bisa beranjak. Aku merasa lamu mengambil sesuatu dariku, Eve. Kamu membawanya ikut pergi dan sampai sekarang pun, aku tidak tahu apa yang kamu ambil dariku!"

Eveline meringis mendengarnya. "Sega... Aku tidak tahu... Kalau kamu... Kalau kamu..." Eveline terbata tak mempunyai kekuatan lagi melanjutkan kalimatnya.

"Tolong beritahu aku! Tolong katakan kenapa kamu pergi?"

"Karena kamu tidak akan pernah membalas cintaku!"

💢💢💢

"Apa yang akan kamu lakukan?"

"Maksud Ayah apa?"

Scandal Marriage #4 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang