Eveline terbangun sendiri di atas ranjang. Kesedihan menyeruak dalam dirinya. Sega bilang ada yang lelaki itu ingin bicarakan. Tapi buktinya lelaki itu pergi setelah mereka bercinta?
Bergerak duduk seraya merapatkan selimutnya, Eveline mendengar suara pintu terbuka di balik punggungnya. Sontak Eveline berputar dan dilihatnya Sega keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah.
"Apa aku membangunkanmu?"
Eveline menggeleng pelan. Dia masih mengamati Sega. Titik-titik air jatuh membasahi jubah lelaki itu. Pelan Sega melepas jubah itu tanpa permisi. Mata Eveline membelalak. Dia membuang muka.
Sega melihat reaksi Eveline dari sudut matanya. Dia malah berputar, menghadap sepenuh pada Eveline yang memalingkan wajah.
"Kita perlu bicara..."
"Iya. Kita berbicara. Pakai bajumu dulu!"
Sebelah alis Sega terangkat. Dia segera berpakaian lalu mendekati Eveline. "Aku sudah berpakaian..."
Takut-takut Eveline menoleh. Dia menunduk seraya menghela napas. "Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Mari kita bercerai..."
Eveline mengangkat kepalanya. Matanya membelalak terkejut.
"Sudah tidak ada alasan kita bersama. Kematian Nenek mengubah semuanya. Dan kamu juga memilih kabur dua tahun lalu. Sekarang kamu sudah berhasil. Aku juga sudah berhasil meraih gelarku. Jadi, kupikir ini adalah waktu yang tepat untuk kita mengakhiri pernikahan ini. Kamu juga sudah bersama lelaki lain, Eve..."
Sega terdiam, dia lebih mendekat. "Ini pertemuan terakhir kita. Aku akan memberimu kompensasi besar. Surat-surat perceraian sudah lengkap. Kamu tinggal menandatangani saja..."
"Keluar!" bisik Eveline penuh luka. Dia menunduk mencengkeram selimutnya. "Aku bilang keluar!"
"Eve?" Lirih Sega. Dia seketika membelalak terkejut saat melihat air mata Eveline. Kebencian dan tatapan jijik kepadanya menjadi satu.
"Terima kasih untuk kompensasi besar mu, Ga. Sekarang aku merasa seperti perempuan murahan yang baru saja menjual tubuhku demi uang!"
"Aku tidak bermaksud seperti itu..."
"Lalu jelaskan apa yang sudah kita lakukan?!" Bibir Eveline bergetar. Hidungnya memerah. "Sekarang pergilah! Kumohon! Pergi!"
Kedua tangan Sega terkepal kuat di sisi tubuhnya. Dia menggeram frustasi sebelum akhirnya keluar dari sana. Tangis Eveline pecah. Dia meraung mencengkeram selimut.
Beginikah balasan Sega atas kaburnya dirinya dua tahun lalu? Ini juga salahnya. Eveline kabur karena tidak sanggup lagi. Dia begitu tertekan dengan pernikahan mereka, dan Sega tidak ada di sisinya ditambah keinginan Eveline untuk meraih cita-citanya membuatnya nekad untuk kabur.
Ini memang akhir dari semuanya. Seharusnya Eveline senang. Dia sudah menjadi model terkenal sekarang. Apa lagi? Dengan dirinya yang sekarang, tentu Eveline mampu mendapatkan lelaki yang lebih baik dari Sega, kan?
***
Brak!
"Eve! Astaga! Ternyata kamu masih tidur?!"
Meta bergerak menarik selimut yang menutupi tubuh Eveline kemudian beralih membuka korden secara paksa. Sinar matahari menyilaukan mata Eveline yang sudah sedikit terbuka. Membawa rasa pening pada kepalanya.
"Meta! Ya ampun!" bergerak duduk, Eveline menutupi matanya dari silau cahaya.
"Ini sudah jam sembilan, tahu! Pemotretan akan segera dilakukan! Kamu harus mandi! Ayo!" Meta dengan sekuat tenaga menarik tangan Eveline sampai perempuan itu berdiri tegap. Meta memutar tubuh Eveline mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi. "Kamu mandi, aku siapkan pakaian!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal Marriage #4 [TAMAT]
RomanceKisah Sega Prabudingrat, series 4. Dokter Tampan Spesialis Pediatri yang menyimpan rahasia tentang pernikahannya sampai skandal sang Istri membuatnya memperjelas status Pernikahan mereka. Sega di didik dengan keras, menghormati perempuan dan kebuday...