SM 19

6.5K 584 22
                                    

Pagi harinya, Eveline terbangun sendiri. Sisi tempat tidurnya dingin. Bahkan seperti tidak ada tanda-tanda baru saja ditiduri. Kesedihan memenuhi hatinya.

Apa Sega tidak pulang semalam?

Eveline meraih ponsel di nakas, mencoba menghubungi Sega. Pada dering ke tiga lelaki itu baru menjawabnya.

"Ga?!"

"Kamu sudah bangun? Aku sudah siapkan sarapan untukmu di meja makan. Hari ini aku menyiapkan supir. Aku masih banyak pekerjaan jadi aku tidak bisa menemanimu. Tidak apa kan? Da-aku harus bersiap visite pasien. Kamu hati-hati. Jangan terlalu kecapekan..."

Belum sempat Eveline mengatakan sesuatu, Sega sudah memutus sambungan. Sikap Sega seakan tidak terjadi apa-apa. Tapi-bukankah semalam dia sendiri yang meminta Sega untuk tidak menemaninya?

***

Tatapan nanar ditunjukkan Sega pada layar depan ponselnya-dimana dipasang foto dirinya dan Eveline, saling memeluk tersenyum lebar kearah kamera tak lama kemudian tatapan itu berubah menjadi kesedihan. Kebimbangan.

Ia tahu bagaimana rasanya hidup dalam kekangan. Sega harus merelakan Eveline untuk pekerjaan perempuan itu.

"Ruang istirahat heboh karena dokter Sega yang menjadi anak rumahan kini tidur di rumah sakit lagi..."

Sindiran dari Yuda membuat Sega tersenyum tipis. Lelaki itu duduk di sisi Sega, menyilangkan kaki serta kedua tangannya seakan berpikir keras.

"Aku rasa dari kita berempat kamu yang overprotektif ya?!"

Sega tidak berkomentar. Bahkan dia tidak tertarik mendengarkan omong kosong Yuda dan memilih meneguk minuman kaleng ditangannya sampai tandas.

"Istri bekerja bagiku tidak masalah..."

Tiba-tiba kaleng minuman kosong dalam genggaman Sega peyok karena remasan kuat lelaki itu saat mendengar kalimat Yuda.

"Bara sudah dengar dari Laras. Eveline pernah bercerita..."

"Pekerjaan istri kalian berbeda dengan pekerjaan Eveline. Valeria seorang guru. Olivia wakil direktur. Sedangkan Laras bekerja sebagai desainer butik..."

"Sama saja. Mereka sama-sama bekerja..."

"Beda!" Kemarahan Sega tersulut pada akhirnya sampai-sampai dia bergerak berdiri dihadapan Yuda dengan wajah merah. "Sialan! Yud! Kau malah membuatku muak!"

Saat Sega hendak bergerak menjauh, Yuda dengan sigap menahan bagu Sega. Wajahnya berubah serius. "Akal sehatmu tidak bekerja dengan baik, ya?!"

"Yud! Kau?!" geram Sega.

"Duduklah! Kau perlu mendinginkan kepalamu!" tegas Yuda namun Sega masih enggan mengikuti saran sahabatnya itu dan memilih kembali melangkah namun cengkeraman tangan Yuda di bahu Sega semakin erat. "Kau akan menyesal jika tidak menurutiku!"

Sega menggerakkan bahunya mengenyahkan tangan Yuda lalu duduk dengan kesal.

"Dengan begini masalahmu selesai? Aku pernah tanpa pikir panjang melakukan hal bodoh, sampai hendak menceraikan Valeria. Dan kau memberiku nasehat kan? Kau lupa? Sekarang aku beri nasehat untukmu..."

Semua yang dikatakan Yuda benar, membuat Sega malu dan menghela napas. Dia memang sudah hilang akal sekarang. Dia tidak bisa berpikir jernih sama sekali.

"Kau harus percaya pada Eveline."

"Aku percaya..." sahut Sega lantang, membuat Yuda memutar bola matanya karena jengkel. Dia duduk di sisi Sega lagi.

Scandal Marriage #4 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang