Are you ready?
😘Ramaikan ya, sapa tahu saya khilaf 😘
***
Tubuhnya terasa begitu kaku. Apa karena dia tidur di ranjang sempit? Sega memijat bahunya seraya melangkah menuju ruang perawatan. Dia menguap beberapa kali lalu tersenyum malu pada para perawat dan bidan yang berpapasan, menangkap dirinya sedang menguap lebar.
Sega rasa rumah sakit ini tidak buruk. Letaknya di pinggir kota juga cukup strategis, jalan yang sudah lebar dan rata membuat aksesnya lebih mudah. Mungkin benar kata Yuda, rumah sakit ini lebih cocok dijadikan rumah sakit umum daripada rumah sakit Ibu dan Anak.
Getar ponsel dari saku snelli nya membuat langkah Sega terhenti. Dia mengangkat panggilan itu.
"Ya, Yud? Ya. Aku akan segera kesana! Oke."
Sega menyimpan ponselnya. Dia melangkah kembali, sampai pada belokan hendak ke ruang perawatan, Sega mendengar keributan. Dia langsung berbalik menuju ruang tunggu poliklinik. Pelan Sega mendekat. Kenapa orang-orang bergerombolan di sana?
"Perempuan murahan! Mati saja kamu, ha!"
Mata Sega membelalak. Langkahnya semakin cepat. Sampai dia mendekat, tubuhnya terdorong menjauh. Sega hampir saja mengumpat keras dan tepat saat dia hendak mendesak gerombolan itu. Seseorang terdorong, tersandung kakinya sendiri saat hendak mencari keseimbangan. Langkah Sega mendekat, dia menangkap sisi tubuh perempuan itu.
Topi Bisbol itu terlepas, rambut hitam tergerai indah familiar dalam ingatannya memicu kenangan malam yang menghantuinya akhir-akhir ini dan sekarang sang pemilik rambut berada dalam pelukannya.
"Eve!"
"Sega?!"
***
Eveline sontak mendorong tubuh Sega sampai dia kembali kehilangan keseimbangan dan lagi-lagi Sega menangkap dirinya. Namun kali ini tidak sekedar menangkap. Lelaki itu langsung membopong dirinya.
"Turunkan aku! Barangku! Ga!"
"Diam!"
Eveline tersentak. Bibirnya langsung terkatup rapat. Dia menyembunyikan wajahnya di dada Sega saat kepalanya terasa pening lagi. Eveline tidak berdaya. Setelah semua yang dia alami secara mendadak semalam. Rasanya Eveline ingin menghilang dari dunia.
Tubuhnya terbaring di atas ranjang, keningnya berkerut dalam menatap Sega yang cemberut, lelaki itu lantas pergi tanpa mengatakan apapun. Lalu Eveline baru menyadari, Sega membawanya ke ruang UGD. Kelambu pemisah tidak tertutup, jadi dia terlihat jelas dari ruang perawat.
"Ini barang-barangmu!" Sega mendadak muncul di sisinya sambil meletakkan topi dan tas miliknya diatas meja di sisi ranjang. "Jelaskan apa maksudnya ini?!"
Buku pink yang dipegang Sega lantas terpampang di depan wajahnya. Raut Sega datar, namun sorot matanya menggelap. Memandangnya curiga.
"Eve?! Kamu mendengar ku atau tidak?!"
Eveline memalingkan wajahnya. Sega menghela napas. Dia membasahi bibirnya. Dengan tidak menjawab pertanyaannya, Sega sudah bisa menebak jawaban Eveline.
"Kamu ke sini untuk periksa?!"
"Bisa tidak? Kamu berhenti berteriak di hadapanku?" kesal Eveline berpaling menatap Sega. "Kepalaku pusing dan kamu terus saja bertanya dan berteriak!"
Diam seketika. Sega duduk di kursi kecil di sisi ranjang. Eveline juga terdiam. Dalam beberapa menit selanjutnya, tidak ada lagi percakapan. Mereka seakan sibuk dengan pikiran masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal Marriage #4 [TAMAT]
RomansaKisah Sega Prabudingrat, series 4. Dokter Tampan Spesialis Pediatri yang menyimpan rahasia tentang pernikahannya sampai skandal sang Istri membuatnya memperjelas status Pernikahan mereka. Sega di didik dengan keras, menghormati perempuan dan kebuday...