SM 8

6.7K 646 33
                                    

Ini gawat!

Sega segera menerobos wartawan, lalu meraih Eveline dalam pelukannya.

"Tolong! Kalian meyingkirlah!" Sega mulai melangkah menuju lift, namun Wartawan masih terus mengikuti mereka seraya bertanya.

"Anda lelaki yang muncul di acara jumpa pers, mengaku sebagai suami Eveline, kan? Apa tanggapan Anda soal daftar prostitusi yang menyeret Eveline?!"

"Sebagai seorang suami, apa ada kemungkinan bayi yang dikandung Eveline hasil dari prostitusi?!"

Pertanyaan terakhir itu membuat langkah Sega terhenti. Matanya melotot tajam, seandainya tangannya tidak sedang memeluk Eveline, wartawan itu mungkin sudah babak belur sekarang.

"Dengar! Tidak ada keraguan bayi yang dikandung Eveline anak saya! Jika saya sampai menemukan berita tentang kehamilan Eveline yang dikaitkan dengan prostitusi itu, saya akan menuntut kalian!" geram, Sega memeluk Eveline semakin erat dan segera melangkah menuju lift.

"Mbak Eve! Tolong mbak, tanggapannya!"

"Mbak Eve!"

Lamat laun suara wartawan itu lenyap seraya lift semakin naik. Sega menunduk merasakan tubuh Eveline bergetar.

"Eve..." panggilnya lembut.

"Aku tidak tahu, Ga... Aku tidak tahu apapun..."

Sega bungkam dan tambah memeluk Eveline semakin erat sampai pintu lift terbuka. Tanpa aba-aba, Sega menggendong Eveline. Membuat perempuan itu mengangkat wajah menatap Sega. Kaki Sega yang panjang membuat langkahnya lebar dan tidak butuh waktu lama sampai.

"Eve?"

Eveline memeluk erat leher Sega seakan bersembunyi lalu berbisik. "Tanggal pernikahan kita..."

Tertegun. Sega tidak menyangka password apartemen Eveline adalah tanggal pernikahan mereka. Kenapa Eveline menggunakan angka itu? Kenapa?

Pintu terbuka dan Sega segera masuk, Eveline tanpa mengatakan apapun menunjuk ke arah pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Perlahan Sega membaringkan Eveline di sana. Duduk di tepi tempat tidur dan memandang Eveline lama, sampai Eveline malu dibuatnya.

"Kenapa? Jangan menatapku sepertu itu!" Karena malu di tatap seperti itu, Eveline memalingkan wajah.

"Kehidupan seperti itu yang kamu inginkan?"

Pertanyaan Sega menyakiti hati Eveline. Pasti Sega ingin menyalahkan dirinya atas keputusannya menjadi model.

Kebungkaman Eveline membuat Sega menghela napas. Dia berpaling, mengedarkan pandangan, menilai kamar Eveline.

"Pergilah!"

Sega menoleh mengerutkan kening, memandang Eveline. "Pergi? Tidak! Kita kesini karena kamu perlu mengambil sesuatu, kan? Ambil saja. Setelah itu kita pergi dari sini..."

"Wartawan tidak akan menyerah begitu saja! Mereka pasti masih disana, bahkan beberapa dari mereka rela menginap di basement..."

"Karena itulah kita harus pergi dari sini, segera!" Tekan Sega beranjak berdiri. "Apa yang mau kamu ambil? Aku ambilkan..."

Bukannya menjawab pertanyaan Sega, Eveline beranjak turun dari tempat tidur menuju lemarinya. Dia mulai membuka lemari itu lalu sadar kalau dia tidak sendiri. Masih ada Sega dibalik punggungnya.

Eveline berbalik, "Pergi! Keluar, Ga! Kamu bisa, kan memberiku privasi?!"

Walau tampak enggan, Sega akhirnya keluar dari kama Eveline, membiarkan perempuan itu mengambil barang-barangnya. Dalam hati, Sega berpikir, semenjak mereka bertemu, Eveline lebih sering marah-marah. Dulu istrinya sangat pendiam tapi sekarang benar-benar berbeda.

Scandal Marriage #4 [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang