Abaikan typo, Enjoy!
.
.
.
.
Debur ombak memasuki gendang telinga. Tercium aroma laut yang khas. Terdengar pula gemerisik daun-daun dari semak. Juga cuitan burung yang terbang rendah.
Sosok lelaki manis itu terbaring talentang. Tangannya bergerak-gerak meraba tempatnya berbaring. Lembut pasir menyapa indra perabanya.
Tunggu.. ombak? Pasir?
Dengan segera ia membuka mata. Tak lama segera menutup kembali sambil mengerang. Astaga, terik matahari membuatnya silau.
Lelaki itu mengerjapkan matanya pelan. Hal pertama yang menyambutnya ialah angkasa cerah berwarna biru.
Ia bangkit mendudukkan diri. Mengucek-ucek matanya pelan. Membiasakan cahaya.
Hingga netranya kembali normal, ia dapat menangkap pemandangan di hadapannya. Laut berwarna hijau zamrud dengan ombak kecil, dikelilingi oleh pagar bakau.
Haechan menggenggam pasir putih yang ia tiduri. Terasa lembut. Rasanya, Haechan tidak pernah menemui pasir selembut ini.
Asyik memandangi hamparan di hadapannya, matahari muncul dibalik awan. Sinarnya membuat terang sekitar, hingga pantulan di ujung pantai menarik perhatian Haechan.
Haechan memicingkan matanya. Terlalu jauh, ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.
Diliputi rasa penasaran, Haechan berdiri dan mendekat. Semakin terkikis jarak mereka, benda itu memantulkan sinar lebih terang.
Sebuah kotak yang sudah terbuka.
Tangan Haechan terjulur. Jemarinya menyentuh sesuatu didalam kotak. Tanpa basa-basi, Haechan menariknya.
Haechan mengernyitkan keningnya. Benda di tangannya adalah sebuah papan selancar dalam ukuran kecil.
"Kenapa papan ini terlihat familiar?" Haechan bergumam. Ia memperhatikan lebih jeli.
Ah! Haechan memekik riang. Ini adalah papan yang ia pakai untuk berselancar 10 tahun lalu.
Mendadak pandangannya berubah sendu. Artinya ini juga papan yang membawa pergi Appa dan Minnie.
Haechan menarik nafas panjang. Ia meletakkan miniatur papan selancar itu, dan meraih kembali sesuatu didalam kotak.
Haechan kembali mengernyit.
"Benda ini.. bukankah sepatu Yuta Hyung?" Benar. Itu sepatu yang ia sembunyikan dulu.
Haechan terkekeh kecil. Ia ingat bagaimana Yuta mencari sepatunya hingga membuat berantakan barang-barang. Lucu sekali saat itu.
Haechan meletakkan sepatu itu di sampingnya. Ia menjulurkan tangan untuk mengambil benda berikutnya.
Haechan kembali tertawa memperhatikan benda-benda itu. Mereka seolah membuka kembali ingatan Haechan secara berurutan.
Hingga tangannya menyentuh dua benda terakhir. Lagi-lagi Haechan memasang wajah bingung.
"Eh? Ini kan.. baju rumah sakit dan.. handycam?"
Haechan memperhatikan dua benda itu tak mengerti. Kenapa ada disini? Rasanya ia tidak mengingat satupun yang berhubungan dengan benda-benda itu.
Apakah ia melupakan sesuatu? Haechan berpikir keras. Nihil. Tidak ada ingatannya yang merekam kejadian seperti itu.
Konsentrasi Haechan buyar saat seseorang menepuk pundaknya pelan. Dan ketika ia menoleh, sosok yang ia rindukan itu terlihat.
"Eomma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG - NCT 127
FanfictionLika-liku kehidupan seorang Lee Haechan sebagai maknae NCT 127. Mereka melewati suka-duka dan saling support. Jangan lupakan para penggemar. Mereka juga bagian penting sebagai pemanis dalam hidup Haechan. Tak ada secuil pun kesedihan. Atau lebih te...