"Gimana kalo aku sudah mencapai batas yang Tuhan berikan untukku?"
"Maka Eomma akan datang untuk menjemputmu pulang."
-chapter 20
Abaikan typo, Enjoy!
.
.
.
.
Haechan mengusap-usap punggung tangannya. Perawat baru saja melepaskan infusnya, Doyoung tidak berbohong. Kini punggung tangannya tidak lagi terasa kebas. Haechan tersenyum miris melihat bekas suntikan disana.
Pandangannya beralih pada jendela besar. Matahari mulai condong ke barat. Biasanya Haechan senang. Tapi kali ini ia sedikit was-was.
Walau Doyoung bilang ia tidak janji bisa datang, entah kenapa Haechan sangat mengharapkan kehadirannya. Ia ingin egois.
Haechan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak! Tidak boleh! Ia sudah banyak merepotkan, jangan ditambah lagi.
Dengan lesu, tangan Haechan meraih mangkuk bubur yang disediakan rumah sakit setiap sore. Bubur kacang hijau. Haechan tidak bersemangat. Ia mengaduk-aduk mangkuk itu tanpa berniat menyuap.
Entah pikiran dari mana, bayangan Eomma datang, menelisik setiap rongga kepalanya. Menenggelamkan Haechan dalam ingatan lama yang menyakitkan.
Tanpa sadar air matanya menetes. Tanpa bisa ia cegah, krystal bening itu meluncur bebas. Menunjukkan bahwa kesedihannya tidak cukup lewat kata-kata.
Haechan menunduk. Ia rindu. Rindu sekali. Tubuhnya terlalu lelah menahan sesak. Seolah tidak akan hilang sebelum ia dapat bertemu Eomma.
Sekali saja, ia sangat ingin dipeluk Eomma.
Ruangan putih itu hening. Haechan menangis tanpa suara. Sungguh, itu terasa berkali-kali lebih menyakitkan, disaat kita bahkan ingin berteriak melepaskan segalanya.
Haechan memejamkan matanya. Ia mendongak, mencegah lebih banyak air mata yang berdesakan keluar. Cukup. Jika dirinya terbawa emosi, itu akan memperburuk keadaan.
Haechan menarik nafas dalam, kemudian menghembuskannya pelan. Mengulanginya hingga dadanya tak lagi sesak. Sedikit mengernyit karena sakitnya tak kunjung menghilang.
"Uuh.."
Kepalanya terasa pusing. Karena itu Haechan mendorong mangkuk bubur. Ia berbaring pelan dan memejamkan matanya. Dunia terasa berputar.
Haechan nyaris tertidur, saat telinganya mendengar pintu berderit terbuka diikuti langkah kaki.
Dengan susah payah, ia membuka kelopak matanya. Selanjutnya ialah bibirnya menyunggingkan senyum manis.
"Maaf, mengganggu tidurmu ya?" Sosok itu bersuara.
Haechan menggeleng. Ia menatap penuh binar kedua Hyung yang paling ia sayang itu. Taeyong dan Doyoung.
"Hyung enggak latihan?" Haechan bertanya.
Taeyong duduk di kursi sebelah brankar. Ia menggeleng, "Hyung enggak ada latihan. Tapi si itu seharusnya ada." Taeyong menunjuk manusia yang mendekati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
STRONG - NCT 127
FanfictionLika-liku kehidupan seorang Lee Haechan sebagai maknae NCT 127. Mereka melewati suka-duka dan saling support. Jangan lupakan para penggemar. Mereka juga bagian penting sebagai pemanis dalam hidup Haechan. Tak ada secuil pun kesedihan. Atau lebih te...