—-•••—
"Ternyata seperti inilah yang terjadi
dengan hati yang hancur.
Tidak peduli bagaimana usahamu mencoba,
kepingan-kepingan itu tidak pernah cocok seperti sebelumnya."
—-•••—Ia terus menahan sesuatu yang semakin memanas, menyesakkan dan semakin kuat ingin meledak. Pelupuk mata yang mulai basah, air mata turun mengalir dengan deras. Sekuat apapun Mahesa menahannya semakin air itu turun seiring dengan kesakitan dan pengkhianatan ia rasakan.
Hari ini adalah hari kelulusan SMA tentu semua anak seangkatan sedang berbahagia termasuk Mahesa. Tetapi sebelum tiga jam yang lalu. Sekarang telah berubah setelah ia melihat kekasihnya di sudut sekolah dengan lelaki lain.
"Aku sayang sama kamu, bukan dengan lelaki penyakitan itu," ucap Zineta kepada selingkuhannya.
Mahesa kemudian menghampiri mereka dengan kepalan tangan yang keras, tubuhnya gemetaran mencoba menahan emosi. Mahesa menendang semua yang ada didepannya hingga ia menarik kera baju selingkuhan Zineta, namanya Adit.
Mereka saling pukul hingga Mulut Adit berdarah dan sudah tidak berdaya lagi."Gak akan ada yang mampu mencintaimu seperti aku!" Kata Mahesa.
"Maaf Sa,Tapi hubungan kita terlalu membosankan. Kita banyak persamaan. Dan rumah pohon itu, aku benci, aku bosan setiap hari kesana. Hidup kamu flat." Ucap Zineta
"Kenapa harus bilang sekarang ? Gak gini caranya. Gak harus berkhianat." Jawab Mahesa dengan mencoba tenang
"Maafin aku Sa!" Kata Zineta
Dan Mahesa meninggalkan Mantannya pengkhianat itu.Brumm....brummm.....brumm.....
Terdengar suara motor tanda perayaan kelulusan dimulai. Semua anak SMAN 4 Denpasar ikut merayakan hari kebahagiaan mereka, kecuali Mahesa yang sudah lebih dari tiga jam ia berada di rumah pohonnya. Rumah pohon yang ia bangun bersama Zineta. Tempat favorite Mahesa. Segala kenangan dari 4 tahun lalu ada di rumah pohon itu. Ia menatap barisan foto yang tertata rapi di dinding yang terbuat dari pohon kayu jati. Dengan lampu-lampu tumblr menyala redup mengisyaratkan hubungan mereka yang baru saja kandas.
Ia benar-benar lepas kendali. Memberontak tak tertahankan. Mahesa mengamuk dan menarik kasar semua foto-foto itu, lalu ia merobek sebuah amplop yang berisi formulir pendaftaran Universitas Indonesia. Semua impian mereka berdua untuk kuliah bersama telah hancur dan luluhlantah. Mahesa baru sadar ternyata hanya ia yang mencinta. Dirinya sama sekali tidak dicintai oleh Zineta. 4 tahun lamanya Zineta hanya memberi kepalsuan kepadanya.
"Dasar jalang!" ucapnya penuh emosi.
Gigi-giginya saling menggigit. Kepalan tangannya semakin keras. Tubuhnya gemetaran mencinta menahan emosi yang tak kunjung reda.Air matanya terus mengalir. Matanya semakin memerah. Ia terus berusaha menahan. Mencoba menguasai dirinya. Tetapi, semakin ia menahan, semakin ia benci dengan apa yang kini ia dapatkan. Rasa sesak yang semakin menikam. Perasaannya campuraduk. Kecewa atas sebuah pengkhianatan.
Perjuangannya selama ini, menyeretnya jatuh ke dalam sumur kekecewaan paling dalam. Ia sungguh menyesali atas segala usahanya terhadap perempuan itu. Menyurutkan harapannya. Membunuh impiannya bahkan memaksanya hidup tanpa dirinya lagi. Namun, tidak ada alasan untuk tetap mempertahannya. Seburuk apapun itu, cinta tidak semudah itu pergi dari perasaannya.
"Setia ku percuma," Ia merobek foto yang tersisa.
Emosinya mulai reda, namun hatinya tidak.
Ia menghidupkan motornya lalu pergi tanpa arah.
Andai bisa berandai-andai kembali, tentu aku akan memberimu cinta sewajarnya saja. Kesungguhan seperti apa lagi yang ia tidak tunjukkan. Hal apa lagi yang membuat Zineta berpaling dari Mahesa. Bukankah selama ini ia selalu menjadikan Zineta yang terpenting dari apapun termasuk dirinya sendiri. Separah itukah aku jatuh cinta kepadamu hingga aku rela jatuh pada luka yang dalam.Dulu, kita pernah membangun impian, sederhana dan hanya kita berdua. Ada secercah harapan yang kita tuang membaur dengan air laut. "Aku udah gak sabar kuliah sama kamu, terus kita kerja eh enggak. Kita bangun usaha bareng aja deh. Terus udah besar, karyawan kita udah banyak. Kita nikah deh". Kata Zineta.
"Terus kita punya anak. Aku udah bisa gantiin popok bayi....hehe dan setiap Weekend kita harus liburan berdua aja." Katanya terkekeh
"Haha....bisa aja kamu." Jawab Zenita
"Bli tresna teken adi," ucap Zenita sambil memegang pipi kekasihnya dalam bahasa Bali yang berarti aku cinta kamu.
Mahesa tersenyum
"Eh tapi gimana kalau aku udah beruban, buang air di celana dan gak bisa ngapain lagi. Apa kamu masih mau bersama ku?" Tanya Mahesa
Zenita kemudian berdiri dan menjawab "yaiyalah bli." Sambil mengajak Mahesa berdansa.
Zenita menari ditengah senja mengenakan gaun bermotif Daisy, sesekali menutupi mentari yang menjadi latar kebahagiaan mereka. Mahesa mengiringinya dengan bernyanyi. Sungguh langit sore yang kemerahan itu cemburu melihat warna cinta mereka. Orang-orang yang melihat kebahagiaan mereka tak pernah berpikir akhirnya akan mengenaskan.
Ingatan tentang perempuan itu semakin menyesakkan dada.
Untuk pertama kalinya Mahesa menyambut senja sendirian, tanpa kekasihnya dan tanpa dansaan.
Mahesa hanya duduk diam merenung mengamati pasir putih yang indah dengan tatapan kosong.Orang-orang di sekitar, yang melihat hanya bisa berbisik-bisik kebingungan. Mereka pikir, sepasang kekasih itu sedang bertengkar.
***********************************
Perempuan dengan kemeja kotak-kotak berwarna hitam berdiri menghadap ke arah laut. Ia suka dengan segala hal yang tidak disukai banyak orang. Ia senang sendirian, menikmati udara sore hari, mendengar desir ombak sambil menutup mata.
Sore hari ini tidak seperti sore biasanya. Pantai ini terasa sepi, hanya ada beberapa orang terlihat. Di sisi lain, langit semakin menebarkan pesonanya.
Sesekali ia memotret bulatan mentari yang berwarna itu dengan kamera kecintaan di tangannya. Ia cinta sama senja. Tidak ada foto lain selain foto senja di kameranya itu.
Bulatan itu semakin membesar membuat perempuan itu mundur beberapa langkah dan menabrak seseorang di belakangnya hingga terjatuh.
"Kamu buta yah?" Mahesa yang kesal karena kepalanya tertimpa kamera.
"Maaf...maaf mas, gua gak sengaja," ucap perempuan itu sembari berdiri dari pangkuan Mahesa.
"Kamu gak lihat aku disini ? Kamu pikir aku keong?" Mahesa lebih kesal lagi.
Emosinya atas pengkhianatan kekasihnya masih belum terlalu reda kini ditimpa lagi dengan bertemu seseorang menyebalkan sepertinya.
"Eh gua udah minta maaf yah. Ngerocos aja terus. Lagian siapa juga sih yang mau dipangku sama elo!" Kata perempuan itu mulai kesal
"Perempuan aneh, yang salah siapa, yang marah siapa." Ucap Mahesa mulai mengejeknya
"Lagian ngapain sih disini. Bersedu-sedan. Disini tu tempatnya menutup hari dengan bahagia. Oh gua tau, lagi patah hati yah?" Kata perempuan itu sambil tertawa
"Jangan sok tahu yah mba. Disini tempat aku melepas segala tentang apa yang sudah terlewati hari ini." Jawab Mahendra yang seketika kelihatan sedih tetapi berusaha ditutupinya.
Mahendra berbalik badan dan meninggalkan perempuan itu."Eh mau kemana?" Tanya perempuan itu
"Mau pulang, semuanya udah aku lepasin. Aku udah siap memulai hari yang baru," ucap Mahesa spontan dengan nada teriak.
"Zenita.... segala hal Tentangmu harus aku buang disini. Semua pengkhianatan itu menumbuhkan benci di dada. Ternyata seperti ini rasanya mencintai seseorang yang mencintai orang lain." Batin Mahesa
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyaksikan Pagi dari Matamu
RomanceAda saatnya kita harus merenung apa yang pernah terjadi. Merenung adalah cara terbaik untuk memperbaiki diri dan mulai melangkah lagi. Dan perihal memaafkan apa itu adalah keharusan ? Bahkan untuk seorang pengkhianat ? "Katamu, mari kita saling pe...