18. Mencari Bahagia

101 49 145
                                    

—••—
"Kebahagiaan sebuah seni untuk
tidak pernah mengingat apapun
yang tidak menyenangkan dibenakmu"
—••—

"Dan peri kecil itu ...." lanjutnya lagi sambil menetaskan air mata. Rachel sama sekali belum siap apabila harus menceritakan aibnya.

"Kenapa ? Ha ?" Tanya Geri penasaran

Lani dan Mahesa hanya diam memandang Rachel lekat seakan tak sabar menunggu lanjutan cerita dari Rachel.

"Gak! Gue gak bisa cerita ini semua." Batin Rachel

"Rachel, udah gak apa-apa. Cerita aja." Pinta Lani membujuk Rachel

Mahesa mengangguk

"Lanjut Hel! Masa lo gak percaya sih sama ki ...." ucap Geri yang terpotong

"Peri kecil itu meninggal. Anak Dirgantara." Kata Rachel dengan nada suara yang sedikit cepat dan memotong perkataan Geri

"Ha ???"

Mata Lani terbelalak

Mahesa memandang Rachel lekat yang jawabannya sudah ia prediksi

Geri terdiam dengan mulut yang sedikit terbuka karena kaget.

"Iya Dirga hamilin gue makanya dia pergi." Lanjutnya lagi

Lani segera memeluk Rachel yang dia anggap sudah menjadi sahabatnya, masalah Rachel kali ini lebih berat dari masalahnya. Ia hanya menghusap-usap lembut lengan Rachel yang setidaknya membuat Rachel sedikit tenang.

"Lo kenapa gak laporin aja ?" Mahesa buka suara

"Gak mungkin ada yang percaya sama gue. Karena waktu itu Dirga masih berstatus sebagai pacar gue, pastilah mereka mengira kalau kita ngelakuinnya atas dasar suka sama suka." Jelas Rachel yang tidak henti-henti air matanya terjatuh.

Geri menghela nafas panjang

"Kita gak boleh diem aja. Kalau kita diem gini si brengsek itu akan makin menjadi-jadi." Ucap Geri mulai emosi.

***

Suatu malam yang dingin, terlihat seorang lelaki tampan mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu, sedang duduk dilantai bersandar ke kasur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suatu malam yang dingin, terlihat seorang lelaki tampan mengenakan kaos oblong berwarna abu-abu, sedang duduk dilantai bersandar ke kasur. Hanya diam entah apa yang memenuhi rongga kepalanya itu.

Terkadang, dalam suatu fase kehidupan kita hanya perlu untuk diam, terdiam dan merenungi segalanya yang pernah terjadi.

Mahesa memandang sesuatu yang bercahaya remang-remang tepat disamping tempat tidurnya. Setelah menghela nafas panjang ketika ia berniat ingin segera menuju ke kamar mandi, kebetulan pandangannya langsung tertuju kearah sebuah kanvas yang berdiri sedikit miring diatas mejanya.

Menyaksikan Pagi dari MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang