Tiga bulan kepulangan dari New York untuk liburan, kini Lani dan Mahesa tengah kembali ke Amsterdam karena liburan musim dingin telah usai.
Sudah memasuki bulan Maret, itu berarti musim panas segera tiba di Amsterdam. Musim yang dinantikan sebagian warga Belanda, dengan begitu mereka bisa bebas berjemur dan bepergian kemanapun.
Mahesa keluar dari Apartmennya seusai sarapan, hari ini adalah hari Weekend jadi tidak ada aktivitas perkuliahan. Mahesa punya banyak waktu untuk bersantai sebelum jam makan siang. Setelah tengah hari ia harus menemui tante Sofie, entahlah. Tiba-tiba saja tantenya menelepon dan meminta untuk datang ke kediamannya.
"Dari mana lo ?" Tanya Mahesa ketika seseorang datang membawa sebuah kotak makanan.
Rachel merapatkan cardigan tipisnya berusaha menutup perutnya yang mulai buncit,"dari beli sarapan." ucapnya berlalu pergi secepat kilat.
Mahesa semakin penasaran dengan sikap dan sifat Rachel yang semakin aneh, ia selalu mengenakan baju-baju oversize dan kerap menghindar ketika diajak untuk sekedar nongkrong bersama.
Bahkan Geri pernah cerita kalau Rachel selalu saja menolak jika ia diajak dinner, seakan tahu kalau Geri akan menyatakan perasaannya.
Mahesa lalu menyapu pandangannya disekeliling bangunan kemudian ia menemukan sebuah restoran shusi yang buka sepagi ini. Lelaki itu memasuki tersebut tersebut lalu memesan Matcha Latte dan sashimi.
***
Seorang perempuan cantik bermata amber masih bergelayut dengan selimut dan bantal kepala kesukaan, ia sesekali menggeliat barangkali efek kelelahan sehabis praktikum mata kuliah. Lani masih mengenakan setelan piyama berwarna pink dengan rambut coklatnya yang dibiarkan terurai begitu saja.
Kringggg ....
Bunyi alarm handphone memecah keheningan kamar Apartmen Lani termasuk memecah pulas tidurnya. Ia segera meraih handphonenya lalu berjalan malas menuju kamar mandi. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, dengan berat hati ia harus segera beranjak karena ia tidak boleh melewatkan sarapan.
Lani mengisi bathup dengan air hangat ditambah lagi dengan campuran sabun yang busanya memenuhi bathup. Perempuan itu menyalakan candle aromatherapy yang mengeluarkan aroma orange lemon yang dapat mengurangi stress.
Menyalakan tiga buah candle lalu menaruhnya pada titik yang menurutnya aman dan mampu mengeluarkan aroma yang lebih. Lani kemudian melepas piyama kesukaannya lalu menyandarkan tubuhnya pada bathup.
Sembari menikmati panorama langit yang indah cerah, Lani masih mengingat perkataan dokter beberapa hari yang lalu. Tentang gejala yang selama ini ia rasakan sangat persis sama dengan yang dikatakan dokter.
Tatapannya masih tertuju pada sesuatu di depannya tapi pikirannya ternyata berkelana, mencari dan memastikan segala sesuatu mengenai Leukimia.
Sudah hampir setiap hari ia selalu mimisan, demam bahkan gampang letih. Nafsu makannya pun perlahan menurun, makanan yang selama ini ia sukai bahkan sudah jarang ia makan dengan rasa selezat dulu.
Setahun mengenyam dunia kedokteran sejujurnya membuat Lani bingung, karena hingga saat ini ia masih tidak mengerti mengenai mata kuliahnya padahal Lani terbilang anak yang cerdas dengan pemahaman yang lumayan cepat.
Bahkan tanpa ia sadari, rambut tebalnya satu persatu mulai rontok. Awalnya Lani menganggap ini adalah hal yang biasa karena rambut yang sudah rusak memang akan rontok dengan sendirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menyaksikan Pagi dari Matamu
Любовные романыAda saatnya kita harus merenung apa yang pernah terjadi. Merenung adalah cara terbaik untuk memperbaiki diri dan mulai melangkah lagi. Dan perihal memaafkan apa itu adalah keharusan ? Bahkan untuk seorang pengkhianat ? "Katamu, mari kita saling pe...