13. Batu adalah hatimu

145 86 184
                                    

—••—
"Batu adalah hatimu
Bagaikan pondasi untuk mulai membangun permata di hatimu"
—••—

Rachel membuka pintu kamarnya, terlihat seorang lelaki dengan balutan kemeja coklat dan celana jeans hitam serta tas punggungnya,"lo belum makan kan ?"

Rachel menggelengkan kepalanya.

"Bisa gak sih lo ke dapur aja tanpa disuruh, mau mati lo disini karena gak makan ?" Mahesa membentak Rachel tanda perhatian.

"Ihhh .... biasa aja kali ! Gue baru pulang. Ini udah mau turun ke dapur." Sangkalnya

"Siapa Hel ?" Lani teriak dari dalam kamar sembari berjalan menuju pintu.

"Ini udah lapar banget. Eh lo bisa gak antar Lani pulang ?" Tanya Rachel sesekali mengeluh karena kecapean.

Mahesa mengabaikan permintaan Rachel dan ingin meninggalkan mereka. Baru beberapa langkah, Rachel lalu menarik tas ransel Mahesa,"plisss .... katanya dia gak tau jalan. Gue juga udah lapar banget nih."

"Buruan ...." kata Mahesa dingin lalu berbalik badan dan lebih dulu untuk turun ke lantai dasar.

Lani masuk ke kamar dan mengambil tasnya lalu saling memberi kode dengan Rachel.

"Thankyou." Sembari mengayunkan tangannya dengan gembira karena akan diantar pulang oleh lelaki dingin itu.

Lani memasuki mobil milik Mahesa Lexus L/C 500 berwarna biru, salah satu mobil mewah keluaran Eropa seharga kurang lebih empat Milliard. Ia sangat bahagia dan senang bukan karena menaiki mobil mewah tapi karena untuk pertama kali dalam hidupnya Lani diantar oleh lelaki selain Geri sahabatnya sendiri.

Ia menghembuskan nafas perlahan,"oke, Lani tenang!" Ucapnya dalam hati

"Lo tinggal dimana ?" Tanya Mahesa

"Oh my God. Dia perhatian banget nanya tempat tinggal gue," batinnya bahagia berusaha menyembunyikan senyumannya.

Saking sibuknya menghalu, Lani sampai lupa menjawab pertanyaan Mahesa hingga ia menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba membuat kepala Lani terbentur di Dashboard.

"Lo itu sebenarnya tinggal dimana sih ? ditanya kok diem a ...." kalimat Mahesa terpotong karena melihat jidat Lani berdarah karena terbentur.

"Aduh ya ampun .... maaf maaf .... gue gak sengaja, kita ke rumah sakit sekarang ya." Ajak Mahesa sembari memegang jidat Lani.

Usapan lembut pada jidat Lani terhenti karena Mahesa melihat mata Lani, bola mata yang indah berwarna coklat dengan motif yang tidak biasa ia lihat pada mata orang-orang Indonesia.  

Seketika terbayang lagi sosok Zenita, Mahesa ingat bagaimana dulu ia sangat suka menatap mata Zenita, dan saat pengkhianatan itu terjadi mata perempuan adalah satu-satunya hal yang paling ia benci.

Kemudian Mahesa melepaskan tangannya lalu fokus menancap gas menuju rumah sakit. Bagaimanapun ia harus tanggung jawab karena dialah yang membuat jidat Lani terbentur hingga berdarah.

Mahesa terlihat sangat panik terlihat dengan cara ia memandang Lani, mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi hingga ia membukakan pintu untuk Lani.

Setelah jidat Lani diobati bahkan diperban Mahesa mengantarnya pulang ke apartemen Lani,"maaf ya tadi."

"Gak apa-apa." Ucap Lani tersenyum

"Ya udah aku pulang yah." Kata Mahesa lalu masuk kedalam mobilnya lagi

Lani juga masuk kedalam apartemennya, menggunakan eskalator dengan kepala yang sedikit pusing ia tetap bahagia dengan perhatian Mahesa kepada dirinya. Ia tersenyum dalam lorong menuju kamarnya.

Seseorang dari salah satu kamar yang ia lewati berteriak,"lu dari mana aja sih? Emang tau jalan ?"

Lani berbalik badan kearah suara lelaki itu untuk menyembunyikan kepalanya yang diperban.

"Jidat lu kenapa ?" Teriak lelaki itu sambil mendekat dan menyentuh jidat Lani

"Gak apa-apa Ger. Tadi kejedot Dashboard." ucapnya menghalau tangan Geri

Lani meninggalkan Geri dan berjalan memasuki kamarnya tetapi Geri mengikutinya dari belakang," Mahesa ya ?"

"Kenapa emang ? Dia tuh lucu tau gak. Dia adalah pupuk yang selama ini aku tunggu untuk menyirami bunga-bunga dihati ku, dia baik dan hummm pokoknya sempurna deh." Kata Lani sesekali berputar dan menari di depan Geri

Geri memandangnya dengan ekspresi jijik dan mengejek

"Eh lo tau gak, hari ini dia dua kali hampir nyium gue. Ohhhhh my God .... rasanya ku ingin terjun kedalam jurang dengan pasrah dan terjatuh dengan lembut." Lanjutnya

"Hahh?"

"Hampir yah .... bukan nyium beneran." Kata Lani mencubit pipi Geri yang kesal dengan ekspresinya.

"Yaudah deh. Gue capek pengen istirahat. Balik sana ke kamar lo!" Pinta Lani

"Tapi jidat lo gak apa-apa kan ?"

"Iya gak apa-apa." Lani menarik paksa tangan Geri agar segera keluar dari kamarnya.

Tak ada yang datang tiba-tiba. Semua pasti telah Tuhan atur dengan sebaik mungkin termasuk perasaan yang tumbuh diam-diam dalam dada. Untuk pertama kalinya kurasakan perasaan yang orang-orang namai jatuh cinta.

Kau dan aku berasal dari planet yang sangat berbeda. Di planetmu, hari berjalan sangat lambat, kau dibuat hilang arah karena dirimu sendiri hingga takut melangkah. Planetmu dingin. Sementara di planetku waktu berjalan cepat, hidupku teratur tapi sudah tidak membosankan lagi semenjak ku belokkan sedikit rutinitas ku untuk membuat planetku dan planetmu bertemu.

"Lika-liku labirin mu membuatku tertantang untuk lebih dalam menyelaminya. Batu adalah hatimu yang menjadi pondasiku untuk mulai membangun permata di hatimu."

"Perasaanku untukmu tak seluas samudra atau lautan. Dia hanya sebesar kedua telapak tanganku saja. Tapi tangan ini rela digandeng kemanapun bersamamu."

"Perasaanku untukmu tak sebesar gunung manapun. Dia hanya sebesar sepasang telinga kanan dan kiri yang mampu mendengar semua celotehmu yang setidaknya sedikit meringankan beban hidup."

"Kamu seperti batu karang di lautan, dan aku ombaknya, izinkan aku terus menerus menerpa mu perlahan lalu melebur denganku menjadi hamparan lautan yang luas."

Seperti itulah Lani memaknai arti Mahesa yang tumbuh dalam dirinya. Meskipun hatinya adalah batu, Lani tetap tidak mempunyai alasan untuk tidak mengaguminya.

Entah sudah berapa canvas yang ia habiskan dengan melukis wajah Mahesa, dulu ia hanya gemar melukis langit malam ataupun senja dan sekarang sedikit berubah.

Menyaksikan Pagi dari MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang