27. Melenyap

93 28 199
                                    

—-•••—-

"Jangan membiarkanku baik-baik saja tanpa dirimu karena itu takkan mungkin, aku ingin bertemu lalu memelukmu dan tak membiarkanmu lepas dari genggagamku lagi"

—-•••—-

Hanya pertanyaan Dimana ? Dimana ? Dimana ? Dan Dimana ? Yang selalu memenuhi isi kepala Mahesa. Entah, ia masih belum mampu mendapatkan solusi untuk menemukan Lani.

Ia terus menekan tuts-tuts piano nya dengan nada yang tak berarah dan terdengar aneh.

Hiks,hiks ...
"Kamu dimana sayang ?"

Pikirannya kacau balau tak tahu apa yang harus dilakukannya, langkah mana yang terbaik untuk menemukan kekasihnya. Lelaki tampan itu kehilangan arah bahkan merasa tak berguna.

Toktok, Toktok ...

Mahesa membuka pintu kamar hotelnya dan mendapati Rachel dan Geri.

"Sa, gue mau tanya kok bisa sih Lani hilang dan lo gak liat ?" Tanya Rachel serius

Mahesa memperbaiki posisi duduknya agar saling berhadapan dengan mereka," gue gak tau, gue dengan bodohnya sibuk nelfon tanpa mempedulikan pacar gue sendiri."

"Terus lo gak sadar gitu ? Tasnya lo tenteng tapi orangnya gak ikut ?" Tanya Geri kesal

"Gue bahkan gak sadar kalau tas yang gue tenteng itu tasnya Lani." Jawab Mahesa sedih.

Geri memandang Mahesa sinis.

"Maafin gue Ger, gue bener-bener ceroboh."

Geri terlihat sangat kesal kepada Mahesa.

"Udah! Sekarang kita pikirankan solusinya gimana." Tutur Rachel mencoba menenangkan Geri.

"Percaya deh. Lani pasti baik-baik aja kok." Lanjutnya.

***

Lani memutari Restaurant melihat kesana kemari tiap sudut Restaurant ia telusuri tapi tak ada satupun wajah yang mampu ia kenali. Tak ada Geri sahabatnya, Rachel bahkan tak ada Mahesa kekasihnya.

Meja tempat mereka makan pun sudah diisi dengan orang yang lain dan menu berbeda. Lani sangat pusing memaksa otaknya berpikir.

"Kenapa mereka ninggalin aku ?" Ucapnya lirih dengan mata berkaca-kaca.

Ia segera meraih handphone disaku tasnya, tapi nihil ternyata Lani menitipkan handphonenya ditas Rachel.

"Geriiiii ....." berlari keluar dari Restaurant sambil berteriak memanggil sahabatnya dan pacarnya.

Suasana jalanan sedang penuh dengan orang-orang yang sedang berjalan kaki menelusuri jalanan. Lani melihat sebelah kanannya tak satupun ia kenali, Lani melirik sebelah kirinya juga tak ada orang-orang ia kenali.

Apa yang harus ia lakukan ? Ia sama sekali tidak membawa apa-apa. Pakaian, handphone bahkan dompet. Lani seorang diri dikota sebesar ini tanpa tanda pengenal dan passport. Ia juga tidak tahu daerah yang Mahesa kunjungi untuk liburan.

"Negara ini asing bagi aku," lirih Lani

Ia terus berjalan tanpa arah dan tujuan bahkan hari sudah mulai gelap, bulatan berwarna jingga mulai tidak menyinari langit lagi. Udara mulai dingin disusul dengan hujan salju ringan. Sedangkan Lani tidak memakai pakaian tebal yang mampu membalut dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Lani bingung harus kemana, ia memilih untuk berhenti sejenak dipinggiran jalanan Times Square. Orang-orang terlihat sangat sibuk, ada sepasang kekasih saling gandeng sembari membawa banyak belanjaan bermerek, ada juga mereka sepasang belahan jiwa ditambah dengan buah hati yang menggemaskan tanpa membawa barang belanjaan mereka sudah terlihat sangat harmonis, dan ada juga segelintir orang yang hanya berjalan sendirian tanpa belanjaan dan tanpa pendamping. Persis seperti Lani.

Menyaksikan Pagi dari MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang