3. Melepas, benar-benar Melepas

249 140 270
                                    

Kintanami, Bali

Udara yang sejuk, pemandangan Danau dan Gunung Batur Kintanami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Udara yang sejuk, pemandangan Danau dan Gunung Batur Kintanami. Mahesa yang sedari tadi tersenyum menyaksikan apa yang didepan matanya.

"Indah banget bro, aku baru kesini." Kata Mahesa

"Kamu gak pernah kesini ? Gila yah. Tubuh kamu terbuat dari tanah Bali. Dan kamu gak pernah ke tempat ini?" ucap Nugraha mengejek sahabatnya

Mahesa hanya tersenyum atas apa yang dikatakan oleh Nugraha.

"Kamu terlalu sibuk bercinta, sampai kamu lupa banyak hal yang lebih indah dari sekedar cinta." Kata Nugraha yang membuat Mahesa tersadar akan kesia-siaannya selama ini bersama Zineta.

"Tau gak ini tempat pertama kali aku bertemu dengannya. Seseorang yang lebih dulu dipanggil semesta." Nugraha kembali mengingat kenangannya dengan pujaan hatinya yang telah meninggal setahun lalu.

Mahesa mengusap pundak sahabatnya berusaha menenangkan. Mereka adalah sepasang sahabat yang sama-sama sedang hancur ditinggal oleh perempuan.

"Sabar bro, kita semua punya rencana tapi semesta lebih tahu yang terbaik." Kata Mahesa yang berusaha menguatkan sahabatnya, diam-diam itu juga cara ia menguatkan dirinya sendiri.

Mereka berdua kemudian berteriak sekencang mungkin meluapkan segala kekecewaan dan rasa sakit yang menggrogoti diri. Dan berjanji satu sama lain, setelah ini tidak ada lagi sedih dan air mata yang menetes. Tempat ini terlalu indah jika hanya membuang sementara lalu memungutnya kembali.

Setelah itu, mereka makan di Grand Puncak Sari, warung prasmanan yang dikeliling dengan pegunungan.

Pukul 03:00 siang mereka segera pulang karena kabut mulai menyelimuti desa itu.
Setelah teriakan tadi membuat kedua lelaki itu merasa sangat lega. Beban itu sudah tidak terasa lagi. Mereka sepertinya sudah sangat siap memulai langkah baru.

Ditengah perjalanan membelah kabut, Mahesa mengayun-ayunkan tangannya kesamping. Merasakan kabut dengan lembut menyentuh lengannya.

"Sa, minggu depan aku mau ke Bandung. Aku diterima kerja disana." Kata Nugraha

"Ha? Serius?" tanya Mahesa kaget

"Iya serius!" Jawab Nugraha meyakinkan Mahesa

"Kerja apaan disana ? Disini kan banyak." Tanya Mahesa

"Om gua punya usaha barber Shop, daripada nganggur,kan?" ucap Nugraha membuat Mahesa terdiam.

Ia mendadak sedih karena sahabatnya juga akan meninggalkannya. Dan tersadar bahwa dia harus terus mengejar impiannya juga.

Cinta boleh kandas tapi impian harus tetap berjalan.

*************************

Sejak kepergianmu, aku berusaha menyibukkan diriku dengan bermain musik. Belajar untuk persiapan kuliah dan fokus pada apa yang aku jalani. Aku memang harus terbiasa dengan sebuah kehilangan. Itulah sebabnya, aku memilih menyibukkan diri, memilih menyibukkan hari-hari ku dengan hal-hal yang membuatku lelah. Hal-hal yang membuat pikiranku penuh tanpa mengizinkan mu sedikitpun mengisinya.

Suatu pagi, Mahesa sedang mencuci motornya kesayangannya dan tanpa disadari tiba-tiba papanya datang mengagetkannya.

"Kok melamun sih?"

"Papa .... udah pulang?" tanya Mahesa kemudian memeluk papanya yang cuman seminggu sekali ia pulang menemui anak dan istrinya itu.

"Formulirnya udah kamu isi?" tanya papa Nicholas

Mahesa yang kaget mendengar pertanyaan papanya itu membuat ia bingung harus menjawab apa.

"Udah, tapi hilang pah." Jawab Mahesa dengan nada grogi dan sesekali menggaruk kepala

"Loh kok hilang? pendaftarannya sebentar lagi tutup." Ucap papa

Mahesa terdiam dan mulai berpikir. Langkah mana yang akan ia lewati agar bisa lupa dengan Zineta.

"Pah gimana kalau aku kuliah di luar negeri aja?" Tanya Mahesa kepada papanya sedikit canggung dan takut kalau papanya akan menolak

"Oh bagus dong, mau dimana?" Ucap papanya diluar dugaan yang ternyata merestui anaknya

"Bagaimana kalau di Amsterdam ? Tempat papa kuliah dulu, kan?" Kata Mahesa spontan

Papa mulai menyetujui keinginan Mahesa untuk kuliah di Amsterdam karena ia berasal dari negara Belanda jadi akan lebih mudah Mahesa beradaptasi dengan orang-orang atau kebudayaannya karena separuh dari diri Mahesa masih keturunan Belanda.

**********************

Pukul delapan pagi, Mahesa keluar rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul delapan pagi, Mahesa keluar rumah. Ia berjalan pelan sambil membawa papan surfing. Mahesa mencoba ingin mengembalikan dirinya yang dulu. Ia yang sangat suka surfing.

"Aku mencintaimu sebagaimana aku mencintai ombak pantai yang menggebu-gebu."

Kembali teringat kalimat yang pertamakali ia katakan kepada Zineta setelah menyatakan cintanya.

Akkhhhh ...
"Lagi-lagi aku mengingatnya."

Selain terkenal dengan ombaknya yang menarik, Kawasan Uluwatu merupakan salah satu kawasan yang terkenal sebagai destinasi wisata budaya di Indonesia. Pura Luhur Uluwatu adalah tempat terbaik untuk menikmati sunset yang cantik dan menawan. Dulu, aku seringkali kesini menyaksikan perhelatan kompetisi surfing yang berkelas nasional maupun internasional. Bahkan aku pernah mengikuti kompetisi itu tapi hanya sekali. Itupun tidak sampai final karena waktu itu Zenita datang melihatku yang hampir termakan ombak. Ia sampai nangis dan melarang ku untuk surfing lagi.

Puluhan bahkan ratusan orang yang ada di Pantai Uluwatu ini, tak satu pun membuat mata Mahesa terpaku. Tidak satupun ia kenali. Hingga ia hanya memilih duduk terdiam ditepian pantai. Membiarkan tubuhnya basah terkena ombak sembari duduk diatas papan Surfingnya. Ia hanya melamun pikirannya lagi-lagi dipenuhi dengan kenangan perempuan itu.

Tiba-tiba seorang wanita cantik datang dengan mengenakan bikini yang dibalut outer transparan berwarna putih. Perempuan cantik itu bernama Emma, teman sekolahnya Mahesa. Hanya saja, mereka jarang ngobrol karena sifat Zineta yang posesif dan cemburuan jadi teman-teman perempuan Mahesa tidak ada yang berani. Dan karena cinta Mahesa berani nurut kepada Zineta, sehingga hanya Nugraha yang boleh menjadi temannya Mahesa.

"Hai .... Mahesa." Sapa Emma

"Emma. Hei apa kabar?"

"Baik Sa. Kamu gimana?" Tanya Emma lagi

"Ya baik." Sembari tersenyum

Setelah ngobrol, Mahesa mengajak temannya itu untuk makan siang bareng.

Menyaksikan Pagi dari MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang