34. Niskala

8 1 0
                                    

—-•••—-

"𝕃𝕚𝕙𝕒𝕥! 𝔸𝕡𝕒 𝕪𝕒𝕟𝕘 𝕥𝕖𝕣𝕛𝕒𝕕𝕚 𝕕𝕖𝕟𝕘𝕒𝕟 𝕔𝕚𝕟𝕥𝕒 𝕤𝕖𝕡𝕖𝕣𝕥𝕚 𝕚𝕥𝕦,
𝕀𝕒 𝕞𝕖𝕟𝕖𝕣𝕒𝕟𝕘𝕚 𝕝𝕒𝕟𝕘𝕚𝕥-𝕝𝕒𝕟𝕘𝕚𝕥 𝕙𝕒𝕥𝕚𝕜𝕦"

—-•••—-

Lani yang tengah berada dibawah Mahesa berusaha untuk tetap tenang dan mulai menerima jika Mahesa tiba-tiba menciumnya.

"Saaaa ...." panggilnya lembut

Mahesa menaikkan alis sebelah kanannya sembari berbisik lembut,"kenapa ?"

Lani bingung harus jawab apa pertanyaan Mahesa, karena sejujurnya ia menyebut nama kekasihnya tanpa sadar. Mungkin karena efek grogi atau hal lain.

"Haha tenang aja! aku gak akan apa-apain kamu kok." balas Mahesa sembari tersenyum lebar memperlihatkan semua deretan giginya yang rapi.

"Aku cuman mau mandang kamu sedekat ini hanya untuk memastikan kalau aku tidak sedang bermimpi sekarang." Lanjutnya mengelus lembut pipi kekasihnya.

Lani sangat tersentuh dengan perkataan Mahesa barusan, perempuan mana yang tidak klepek-klepek jika dipandang oleh lelaki tampan seperti Mahesa. Lani hanya tersenyum simpul sungguh ia benar-benar tidak mampu menyembunyikan perasaan bahagianya, saking berbahagianya, Lani menaruh tangan kanannya kearah pipi Mahesa lalu mengelusnya dengan lembut.

Plakk

Mahesa sontak kaget lalu memegangi pipinya yang baru saja terkena gamparan manja dari sang kekasih,"loh kok kamu nampar aku ?"

"Sakit yah ? Berarti kamu gak mimpi sayang." Canda Lani tertawa mengejek.

"Ihh mulai kasar yah sekarang." Kata Mahesa lalu menggelitik perut kekasihnya.

Mereka sedang hanyut dalam candaan, entah mungkin ini adalah cara mereka saling melepas rindu setelah beberapa hari tak bertemu. Mahesa selalu berusaha meraih perut dan pinggang Lani agar dapat menggelitiknya sedangkan Lani dengan penuh tenaga melawan Mahesa agar tidak digelitik, suara teriakan dan tawa memenuhi kamar hotel Mahesa.

"Udah sayang! pliss .." mohon Lani sembari tertawa karena kegelian.

"Siapa suruh udah nampar calon suami kamu," ucap Mahesa terus menggelitik kekasihnya.

"Iya aku minta maaf," teriak Lani.

Nafas mereka menderu, detak jantungnya sangat cepat dan berirama ketika lagi dan lagi sepasang mata indah milik Lani terpaku pada kornea mata milik Mahesa. Seketika hening, yang terdengar hanyalah suara hembusan nafas mereka berdua.

Mahesa tersenyum,"boleh gak nyium pipi kamu ?" Pinta Mahesa lalu menepikan rambut yang menempel pada wajah cantik kekasihnya, dengan cucuran keringat yang keluar melalui pori-pori wajah yang sama sekali tidak terlihat.

Sedangkan Lani hanya terdiam tanpa kata, ia hanya memandang Mahesa datar tanpa ekspresi apapun. Perasaan Lani sekarang tidak bisa ia mengerti, perasaannya abstrak tak mampu merasakan apapun.

"Laniiiii ..... lan ...." teriak seseorang dari luar.

Mahesa dan Lani berbalik dan mencari asal suara tersebut lalu saling pandang," Geri" seru Lani melompat turun dari tempat tidur menuju asal suara tersebut. Mereka berlari menuju kamar sebelah karena Mahesa memesan hotel yang mempunyai dua kamar tidur.

Terlihat Rachel tengah berjongkok pada pinggiran closet sembari muntah-muntah mengeluarkan makanan yang tadi dimakannya sembari memegangi perutnya. Sedangkan Geri menutup mata sembari memijit pundak Rachel. Suara muntahan orang membuat siapapun di sekeliling ikutan mual. Sedangkan Lani tidak merasakan mual sehingga ia meminta Geri untuk keluar saja.

Menyaksikan Pagi dari MatamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang