"Kak Ai pulang." Teriak Airin dengan lesu memasuki rumah dua lantai yang sudah ditempati bertahun-tahun bersama adik-adiknya.
"Sarapan, Kak?" Tangan Windy penuh akan makanan untuk sarapan, ia memang yang paling rajin untuk bangun pagi dan menyiapkan makan untuk para saudarinya.
"Sisain aja, Kakak ngantuk banget." Airin melambaikan tangannya tidak kuat setelah shift malam yang ia lewati dengan menangani pasien kecalakan ditengah malam hari, sungguh lelah yang ia butuhkan hanya kasur empuk diselimuti sprei berwarna ungu miliknya.
Airin menaiki tangga dengan setengah memejam ia mendengar suara ribut bahkan bentakan yang asalnya dari kamar Lily. Sambil menguap Airin juga harus menahan pening dikepalanya ditambah dengan suara ribut para adiknya, sambutan pulang kerja yang sangat baik bukan?
"Yak! Maksudmu apa hanya bermain ponsel dipagi hari?! Jika tidak punya pekerjaan itu cari!! Jika terlalu malas bantu kakak-kakakmu membersihkan rumah, bukan hanya bermain ponsel menompang dagu layaknya saudagar kaya!" Silvia atau biasa dipanggil Kak Silvi oleh para adiknya kini tengah memaki-maki penuh kekesalan pada Lily adik penganggurannya.
"Apasih Kak? Aku harus apa? Bantu memasak tidak boleh oleh Kak Windy lalu harus apa? Mengepel? Menyapu? Malas." Pemilik nama lengkap Lily Aerlyn Mabella itu melengos tak mau mendengar ucapan sang kakak.
"Dasar adik tak tahu diri! Cari kerja sanah! Jangan mempermalukan Kak Ai yang sudah susah payah membiayai sekolahmu sampai wisuda! Kau tak malu pada Gale, huh?! Ia baru lulus satu tahun lalu kini sudah memiliki pekerjaan sedangkan kau? Cih! Pergi saja bersama kekasih bajinganmu itu tak usah kembali." Kesabaran Silvi sudah habis, ia sungguh tak habis pikir akan kelakuan salah satu adiknya itu.
"Walaupun ia bajingan, walaupun ia bandar narkoba tapi hanya dia yang mengertiku, hanya dia yang mampu memahamiku, melindungiku, menyayangiku yang seharusnya kudapat dari kalian! Keluargaku! Tapi apa? Aku hanya dicaci maki, dibanding-bandingkan seolah aku pengemis paling menjijikan didunia ini." Ucapan Lily membuat semuanya mematung, bahkan Airin yang kini sudah berdiri dipintu dengan raut lelahnya kini sudah berganti kaku mendengar ucapan sindiran telak adiknya.
"Apa maksudmu, hah?! Tarik kembali ucapanmu, tarik kembali ucapanmu Lil!!" Silvi berteriak tepat didepan wajah Lily yang mengeratkan kepalan kedua tangannya menahan diri.
"Haha, lucu sekali, buat apa aku menarik ucapanku? Memang itu nyatanya, kan? Kakak ingi--uh bukan Kakak tapi Silvi kau ingin aku pergi dan tak kembali? Maka akan aku lakukan." Lily tertawa sarkas bahkan meninggalkan panggilan sopannya pada Silvi, ia beranjak menyambar dompet dan juga ponselnya lalu hendak melangkah tetapi terhenti karna melihat Kakak tertuanya mematung disana.
"Tahan, Oke cut!!" Teriak Jovanka yang sedari tadi duduk dibelakang kamera merekam semua adu mulut yang ada.
Tepuk tangan terdengar begitu keras berasal dari Jasmine dan Yuri yang sedari tadi berdiri disamping Jovanka mengamati adu mulut yang sengaja dibuat untuk mencarikan Lily pekerjaan, Lily memang belum memiliki pekerjaan ia lulusan Matematika disebuah Universitas Swasta tetapi karna memang tidak begitu menyukai jurusannya jadi ia menganggur 3 tahun lamanya.
"Ini apa?" Airin bersuara sambil memijat pelipisnya yang tambah berat karna membutuhkan tidur yang tak kunjung dituruti.
"Ini Lily ingin menjadi pemain film seperti Jovanka jadi ya kita hanya membantu." Jasmine menjelaskan dengan cengiran lebar membuat Airin memejamkan matanya berusaha memendam kekesalannya.
"Ah sudahlah, cepat turun untuk sarapan, Windi sudah selesai memasak, Kak Ai istirahat dulu." Airin pergi sembari meregangkan badannya yang pegal-pegal.
"Keren sekali akting Kak Lily, Yuri yakin Kak Jo akan kalah dengan Kak Lily." Yuri bertepuk tangan girang memuji Lily melupakan Jovanka yang tidak terima akan pernyataan adik termudanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal [END]
FanfictionBlackvelvet Lokal Mempunyai kekasih seorang kriminal? Hah! Itu hanya film action semata. -BlackvelvetLokal- 18+