12.

798 85 21
                                    

"Kalian semua sekarang jujur sama Kakak tentang kekasih kalian." Silvi tiba-tiba berucap saat rutinitas biasa mereka diminggu sore, berkumpul bersama dan saling bercerita.

Semua tubuh adik-adiknya menegang, sangat kaku sekali seperti pencuri yang kepergok oleh polisi, takut mengaku dirasakan oleh mereka kecuali Airin yang entah mengapa setelah menerima panghilan telepon dari orangtuanya kemarin sore, wanita itu selalu melamun berkepanjangan.

"Aku tak punya." Jo berucap dengan pikirannya melalang buana pada kejadian beberapa hari lalu, dan itu adalah terakhir kalinya ia bertrmu Jovian, tak ada kesempatan lagi untuknya bertemu pria itu, bahkan ia tak akan mau membuat kesempatan itu.

"Lalu Jovian?" Entah ada apa dengan Silvi, wanita itu seakan ingin mrmojokan para adiknya untuk mengaku tentang kekasih hati masing-masing.

"Jangan membahasnya." Jo melengos malas, sungguh jika mngingat pria itu tubuhnya kontan bergetar hebat, sangat ketakutan.

"Jujur saja Jo, Jovian itu kriminal jangan mende--"

"Aku sudah bilang jangan membahasnya! Aku bahkan tak punya hubungan dengannya!" Teriak Jo mengagetkan para saudarinya, jarang sekali mereka saling membentak.

Silvi menatap Jo dengan pandangan yang sulit diartikan, lalu mengangguk paham. "Baguslah, dia memang tidak baik untukmu. Lalu kalian lakukanlah seperti Jo, jauhi kekasih kalian saat ini, mereka tidak baik untuk kalian." Silvi berucap seperti ini karna saat menyidak ponsel Julian dadakan, ia melihat beberapa foto para adiknya dengan pria yang kata Julian itu adalah para sahabatnya dan kekasih mereka.

Silvi pun tahu nama bahkan pekerjaan para pria itu dari Julian, ia sungguh tak menyangka, bagaimana bisa satu keluarga berhubungan dengan kriminal semua? Silvi yang tidak ingin terjadi sesuatu yang burukpun menyuruh hal yang sangat susah dilakukan, bahkan untuk dirinya sendiri.

"Lalu apa masalahmu jika kekasihku adalah pria bajingan pemilik club malam! bahkan jika kekasih Lily dan Reva seorang bandar narkoba! kekasih Kak Windy penjual manusia yang seharusnya sangat-sangat dibencinya! Kekasih Yuri seorang pembunuh bayaran yang sudah beredar dimana-mana wajahnya pun itu bukan urusanmu! Dan jika pria yang dekat dengan Kak Jasmine adalah Tuan Muda organisasi gelap sekalipun! Sekali lagi itu bukan urusanmu!

Jangan menyuruh orang lain untuk melakukan hal yang tidak bisa kamu lakukan! Apa Kakak mau menjauhi kekasihmu yang bahkan mantan tahananmu sendiri?! Kau sudi?! Jika tidak jangan menyuruh kami!" Ucap Jelena panjang lebar yang dipenuhi emosi, berbeda dengan para saudarinya yang syok bagaimana bisa Jelena tahu semua itu?

Silvi hanya bisa terdiam, benar, sangat benar ucapan Jelena, ia bahkan tak mau untuk menjauhi Julian, tapi ia tak ingin adik-adiknya akan meresakan hal yang seharusnya tidak dirasakan mereka karna berhubungan dengan para kriminal.

"Je tenangkan dirimu, untuk kalian lakukan apa yang kalian inginkan, jika itu benar dan membahagiakan lakukan saja. Malam ini Kakak akan berangkat ke Solo menemui Ibu dan Bapak." Airin membuka suara setelah dari tadi diam dan beranjak untuk mempersiapkan diri karna langit sudah berganti jingga.

"Kakak mau mengadu, huh? Lihat dirimu sendiri yang berhubungan dengan pembu--"

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, jika kamu tahu segalanya lindungi para saudarimu, dan tolong hormati Silvi yang notabenenya lebih tua darimu, Kakak pergi." Airin berkata lembut tanpa membalikkan badannya, kepalanya seperti ingin pecah, pertama karna ucapan orangtuanya ditelepon dan yang kedua kenyataan tentang para adiknya.

Satu haru berlalu tepatnya senin malam Bara, Jay, Jaka, Julian dan Adam berkumpul dirumah Jaka dan Adam, ada kepentingan yang harus dirundingkan bersama.

Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang