16.

690 77 12
                                    

Yuri memasuki ruang meeting yang biasa mereka pakai untuk meeting pagi, tadi setelah makan siang rekannya memberitahu bahwa ia disuruh menemui Mba Anne selaku ketua acara berita yang ia kerjakan.

"Ada apa, Mba?" Yuri duduk dihadapan Mba Anne yang tengah menyeruput kopi yang pastinya berasal dari pantry.

"Engga, gimana kerjaan? Lancar? Betah ngga?" Mba Anne mulai menanyai Yuri yang sekarang membuka notenya bersiap untuk mencatat apa yang akan mereka bahas.

"Lancar Mba, masih menyesuaikan tapi sudah nyaman." Yuri tersenyum canggung dan bertanya-tanya apa gerangan ia dipanggil kesini.

"Syukurlah, Mba ada pekerjaan untukmu, carilah info tentang orang ini, seluk beluknya, semuanya yang terkait dirinya." Yuri sudah bersemangat karna ia diberi tugas menyelidiki seseorang bagi reporter baru seperti dirinya ini merupakan keberuntungan yang tak boleh ia sia-siakan.

"Siapa yang harus aku cari infonya Mba?" Jarinya sudah menggoyang-nggoyangkan pena siap menulis siapa yang harus ia selidiki.

"Kekasihmu." Satu kata yang memaku Yuri, jarinya langsung lemas hingga terlepaslah pena yang tadi digoyangkannya.

"Beri kami informasi tentang kekasihmu, keluarganya, alasan ia bisa bebas secepat ini, partnernya atau apapun itu terkait dirinya, dua minggu waktu untukmu." Mba Anne berkata tegas dengan lengan bersedikap didada.

"Mm-ak-makk--sud-nya?" Yuri terbata-bata membalas ucapan atasannya itu, bagaimana bisa ia biasa saja jika ia harus membeberkan semua aib dan keburukan sang kekasih?

"Jaka Hardian, pembunuh bayaran yang kau wawancarai dan sekarang menjadi kekasihmu, lakukan perintahku jika kau ingin terus bekerja disini, dan jika ingin lebih betah bantahlah semua gosip yang menuju padamu tentang dirinya, jangan hancurkan kariermu hanya karna kekasih pembunuhmu itu."

"Ba-bagaimana bisa kau berkata seperti itu?" Yuri tidak percaya akan Mba Anne yang terkesan mencela kekasihnya.

"Bisa, karna aku wanita bermoral dan berpendidikan, jadi jika kau sama denganku pasti kau tahu apa yang harusnya kau lakukan, dua minggu waktumu dari sekarang, semua tugas lapanganmu akan kualihkan kepada Rizka, selamat bekerja." Mba Anne pun beranjak pergi meninggalkan Yuri yang sedang kalut pikirannya.

Apa yang harus ia lakukan? Tak mungkin ia membeberkan semua tentang kekasihnya, tapi jika ia dipecat? Apa yang harus ia lakukan? Menjadi Reporter adalah impiannya sejak kecil, batin Yuri mengadu.

Wanita itupun beranjak setelah mengusap air mata dipipinya dengan kasar, mari tinggalkan tempat ini sejenak, pikirnya.

Suara desahan terdengar dipenjuru ruangan, Reva tengah mendesah pelampiasan gairah karna dirinya tengah dinikmati oleh kekasihnya.

"Ouhh! Sayanghh." Gerakan Jay semakin cepat menabrakkan kejantanannya pada vagina Reva dari belakang.

Sudah sekitar 30 menit mereka melakukan hal nikmat itu, disofa ruang tengah rumah milik Bara dan Jaka atau bisa dibilang rumah milik semuanya, karna mereka begitu seenaknya memakai rumah ini.

"Argh! Kenapa kau makin seksi, huh?!" Jay berbisik ditelinga Reva sembari menggigit cuping wanita itu yang makin melenguh kenikmatan.

Pakaian Reva masih ada tanpa celana dalam yang sudah menggeletak diatas karpet, dengan crop top yang dinaikkan memperlihatkan buah dadanya yang menggantung dan bergoyang seirama dengan tumbukan Jay, tak lupa rok mini yang masih terpakai baik pada pinggangnya.

Tak jauh berbeda dari sang kekasih, pakaian Jay masih lengkap, ia hanya melorotkan risleting celana dan dalamannya agar kejantanannya tersembul keluar.

Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang