19. END 2

1K 87 12
                                    

"Kalian tidak bekerja? Sudah waktunya berangkat bukan?" Ibu menegur para anaknya yang sekarang sedang bergelung didepan televisi, ada yang menjadi satu dalam selimut, ada yang fokus pada ponsel, makanan, raut lesu terpancar diwajah mereka.

"Sinetron Lily tak jadi tayang dan proses syuting dihentikan." Lily menjawab dengan suara seraknya sehabis menangis semalaman penuh.

"Kenapa?" Sanga Bapak ikut bergabung sambil membawa kopinya. "Ya karna Lily hamil, berita kehamilanku sudah dimana-mana mereka takut rugi jadi lebih baik membuangku."

"Itu akibat dari tingkah bejadmu dan pria brengsek itu."

"Bara tidak brengsek, ia sangat ingin menaggung kewajibannya terhadapku tapi Bapak yang membuat semuanya hancur seperti ini." Air mata Lily kembali mengucur ditengah matanya yang makin memerah.

"Kamu itu mbok yo kalo orang tua ngomong itu didengerin, emang nyatanya dia bejad, mau jadi apa kamu kalo sama dia? Pekerjaan tidak jelas, mau menanggung malu sendiri? Silahkan jangan bawa bawa Bapak dan Ibu." Si Bapak tetap kekeh akan pemikiran kolotnya.

"Pak! Harusnya Bapak dan Ibu yang mengerti, memang jika Lily dipisahkan dari Bara tak akan menanggung malu?! Bapak memikirkan anak Lily nanti tidak? Banyak sebutan kotor untuknya nanti jika lahir tanpa Ayah, Bapak berpikir tidak?

Mereka seperti ini memang karna Airin yang menjaganya, membiarkan mereka mengambil jalan masing-masing tak ada paksaan, dan hasilnya mereka bahagia! Karna tidak memikirkan pendapat orang lain, tapi Bapak datang memutuskan semua kebahagiaan adik Airin, bagaimana Airin terima?!

Jika begini? Bapak mau menikahkan Lily dengan orang lain? Ada memng yang mau menerimanya? Ingat! Masih ada kekerasan dalam rumah tangga, apalagi jika diawali dengan paksaan apakah Lily akan bahagia? Jika memang takdir mereka bersama kenapa orangtua tega sekali memisahkan.

Tolong, Sayangi kami tanpa memikirkan pendapat orang lain, kami anakmu butuh kebahagiaan tolong biarkan kami memilih dan bertanggung jawab sendiri.

Tak apa dicaci maki! Tapi jika dijauhkan oleh kekasih hati, itu namanya mati!" Mata Airin berkaca-kaca setelah mengucapkan pernyataan tadi.

"Nak, kami hanya takut jika kalian tetap bersama mereka yang bergantung pada kejahatan masa depan kalian tidak akan baik--"

"Masa depan macam apa?! Kami sudah memasuki umur yang cukup untuk menentukan masa depan bahagia untuk kami sendiri, jika memang yang lain belum Bapak dan Ibu bolehkan tapi tolong, Lily ia butuh Bara sekarang hingga nanti, tolong beri adikku apa yang ia butuhkan." Silvi bersimpuh dihadapan Bapak memohon untuk adiknya.

Tak ada yang lain selain air mata terus mengucur dipagi haru ini, membela diri dan memperjuangkan untuk diri sendiri itulah yang mereka lakukan.

"Suruh Ayah dari kandunganmu kemari, tunjukan itikad baiknya pada Ayah dan Ibu, kami tunggu malam nanti, sebab besok Ayah dan Ibu akan kembali ke-Solo." Setelah mengatakan itu Bapak beranjak pergi menuju halaman belakang.

Lily langsung berhambur pada pekulan Ibunya, menangis tersedu, terbata-bata mengucapkan terimakasih. "Ter--ri--ma--kasih." Ucapnya begitu tulus, Sang Ibu pun ikut menangis dan mengangguk, memang betul sekarang yang terpenting adalah Lily, stress dimasa kehamilan muda sangat tidak baik.

Didepan bengkel banyak orang sekitar yang berseru untuk menutup bengkel ini. Jay yang sudah tidak tahan akhirnya keluar untuk memberhentikkan mereka.

"KALIAN TAHU MANUSIA JAHAT SESUNGGUHNYA?! YA, KALIAN! YANG HANYA BISA MENERIMA ORANG-ORANG SESUAI KRITERIA BAIK MENURUT KALIAN! HANYA BISA MENUNTUT ORANG LAIN TANPA MENGERTI BAHWA KALIAN LEBIH BURUK DARI SIAPA-PUN! BAHKAN BISA SAYA JAMIN KELUARGA KALIAN PUN MERASA TERGANGGU AKAN SIFAT BURUK INI!

Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang