17.

695 81 7
                                    

Jo menuruni tangga dengan malas, penampilan yang acak-acakan bangun tidur, jika bukan karna diteriaki untuk sarapan, Jo tak akan bangun dari kasurnya, apalagi hari ini ia sedang tidak memiliki satu jadwalpun, bangun siang hari adalah impiannya.

"Jo itu libur hari iniii." Rengeknya dengan matanya yang setengah memejam menghampiri meja makan.

"Ini ada yang ngapel masa dianggurin." Celetuk Reva menggoda Kakaknya yang masih belum sadar bahwa ada satu pria sudah ikut duduk dimeja makan.

"Jeremy ngga ngomong mau kesini--hoaam." Tangannya menutupi mulut yang menguap lebar, masih tetap berjalan menuju kursi tempatnya biasa duduk untuk makan.

"Bangun, aku Jovian bukan Jeremy." Jovian, pria yang duduk ditempat Jo biasanya duduk hanya menatap wanita itu dengan mulut penuh makanan.

"Eh?" Mata Jo langsung melek terkaget dan melihat pria tampan itu. "Ngapain??!" Pekiknya kaget.

"Main sama kamu, sinih duduk." Ia menepuk pahanya mengkode Jo untuk duduk disana.

"Idih, gue udah punya cowok, Jangan ganggu!" Jo langsung melengos pergi masuk kedalam kamarnya dengan para saudari yang melihat tanpa melakukan apapun.

"Ngga dikejar?" Silvi menanyai Jovian yang masih anteng memakan sarapannya. "Ke kamar emang boleh?"

"Boleh."

"Nanti, sarapan dulu." Semuanya pun memakan sarapan masing-masing dengan hikmat. Jovian sudah beranjak mengambil sarapan untuk Jo dan pergi kekamar wanita itu.

Ia membuka pintu kamar tanpa permisi dan melihat Jo tertidur memunggungi pintu. "Sarapan, Sayang. Bangun, hm." Meletakan piring dinakas dan mengelus pundak Jo agar segera bangun.

"Apasi??! Capekk." Melenguh karna tidurnya diganggu untuk yang kedua kalinya. Jovian menghela nafas dan bergegas mengambil tempat dihadapan Jo tidur menyamping.

"Bangun Sayang." Mencium puncak hidung Jo yang masih tidak bergeming, Jovian pun melingkarkan satu lengannya pada punggung Jo, menepuk-nepuk pelan.

Tetap tidak ada pergerakan, akhirnya pria itu menggigit ujung hidung Jo dengan pelan membuat sang pemilik meringis sakit.

"Aakhh! Sakitt." Rengeknya dengan membukan mata yang langsung melihat wajah tampan Jovian dihadapannya.

Tangan Jo terulur mengelus pipi Jovian dengan lembut, entah mengapa padahal tadi menolak-nolak dengan alasan punya kekasih.

"Apa kabar, hm?" Jo mendekatkan wajahnya pada wajah Jovian, menggesek ujung hidung keduanya.

"Tidak baik tanpa kamu." Mata Jovian terpejam menikmati semua yang dilakukan wanita itu.

"Kenapa? Dulu saat aku mengejar-ngejar kamu, kamu acuh. Sekarang malah begini."

"Karena sekarang kamu tahu siapa aku, bukan hanya sekedar asisten Jenandra, kamu tahu aku." Setelah mengatakan itu Jovian bergerak cepat menindih Jo, mencium bibir wanita itu rakus, menggerakkan tangannya untuk mengangkat piyama Jo hingga terlihat payudaranya.

Bibir pria itu turun menuju buah dada Jo, satu hal yang ia inginkan dari tadi adalah menyusu pada kedua benda ini.

"Akh! Pel-lanhh, Jooovhh." Jo mendongak karna tidak tahan akan sensi yang diberikan pria itu pada badannya.

Jovian tiba-tiba berhenti dari kegiatannya membuat Jo mengerut kesal. "Putuskan kekasihmu." Ucapnya dengan nada serius.

"Hah?!"

"Putuskan kekasihmu!"

"Bagaimana bisa aku punya kekasih disaat hati dan pikiranku tertuju padamu??!" Nada suara Jo meninggi karna rasa kesal kehilangan kenikmatan yang tadinya diberikan Jovian dan juga kelakuannya tadi yang berbohong akan kekasih.

Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang