11.

772 92 14
                                    

Jaka memberhentikan motor milik Adam yang sengaja dipinjamnya untuk menjemput Yuri. Kalian tahu seberapa tidak modalnya Jaka? Tadi pagi saat mengantar Yuri, Jaka meminjam mobil milik Bara dan sekarang saat menjemput ia meminjam kendaraan juga.

"Lama, yah?" Yuri datang dari gerbang sembari berlari-lari kecil tak mau Jaka menunggu.

"Engga, aku baru sampe." Jaka menyodorkan helm pada Yuri agar dikenakan wanita itu.

"Ini harus fullface banget?" Yuri mengernyit heran melihat helm berwarna abu-abu tua bercorak merah ditangannya.

"Adanya, Yang. Lagipula kalo aku ngebut lebih aman kamu pake helm begituan." Yuri mengendus bau helm ditangannya, sedikit bau apek menguar darisana.

"Punya siapa sih ini? Bau, Yang." Sudah tahu bau tapi Yuri masih saja mencuri-curi bau yang keluar darisana, mungkin berharap jika ia membaui berulang-ulang wanginya akan berubah.

"Punyaku itu, yang aku pake ini punya abangku." Jaka mengelus helm milik Adam yang ia letakan diatas tangki bensin.

"Ini motor juga punya abangmu?" Yuri masih betah berdiri mengobrol dengan Jaka, ia sedang mempersiapkan mental untuk memakai helm milik Jaka.

"Iya, besok rencananya aku mau beli motor trail, kerenkan Yang?" Jaka menyibak rambut panjangnya yang memang sengaja tidak ia ikat.

"Kalo ngerepotin gini mending aku besok berngkat sendiri ajalah, uangmu pake buat yang lain aja." Yuri jadi tidak enak hati jika Jaka meminjam bahkan hendak membeli hanya kendaraan hanya untuk mengantar-jemputnya.

"Jangan, aku emang punya rencana mau beli kok, kamu pulang malem terus gimana aku tega?" Beberapa waktu lalu Jaka memang selalu menunggu Yuri pulang dengan berdiri ditempat biasa, tapi hari ini ia sedikit ingin melakukan perubahan agar wanita itu tak harus menyetir motor sendiri disaat tubuhnya pasti sudah lelah.

Yuri hanya menganggu lalu memakai helm milik Jaka, naik keatas motor dengan berpegangan pundak Jaka dan memeluk erat pinggang pria itu. "Yang, beli martabak, yah?" Yuri menyandarkan kepalanya yang sudah terlindungi helm pada pundak kiri Jaka.

Motor melaju menuju tempat martabak dengan arahan Yuri dan pergi lagi menuju gedung tak terpakai yang sudah dianggap rumah oleh Jaka dan Adam, bahkan sekarang Julian pun tinggal disana.

"Kamu tinggal disini?" Mata Yuri memandang ngeri pada gedung itu, Jaka memasukkan motor kedalam ruangan yang sudah dianggap garasi oleh mereka.

"Iya, jelek yah?" Jaka membantu Yuri untuk melepas helmnya, dan wanita itupun menggeleng akan pertanyaan barusan. "Ngga ada setan, kan? Ini kamu ngga nyulik aku, kan?" Pikiran negatif mengelilingi otak Yuri membuat Jaka tertawa keras, merasa lucu akan pertanyaan wanita itu.

"Ya ngga ada lah, Sayang. Lagian kalo aku mau nyulik kamu udah dari lama aku lakuin." Jaka merangkul pinggul Yuri menggiringnya menuju ruangan yang dijadikan rumahnya.

Rumah itu kosong, mungkin Julian dan Adam sedang ada urusan atau menemui kekasih masing-masing, Jaka tidak peduli yang penting ia bisa berduaan dengan Yuri.

"Ini komputer banyak banget, kamu buka warnet?" Yuri sedikit terkagum melihat ruangan itu, sangat lengkap. Dan lagi ini dihadapannya ada beberapa buah komputer berjejer rapih.

"Hahaha, itu buat ngegame sama abang-abangku, Yang, biasa anak laki." Jaka melepas semua pakaiannya tersisa kolor hitam selutut karna ia memang sengaja membawa Yuri kesini untuk menemaninya berolahraga.

"Enak ngga, Yang?" Dengan tiba-tiba sebelah tangan Yuri meremas dada Jaka dan sebelahnya lagi mencubit puting milik pria itu.

Jakapun mengaduh karna kaget, lalu menyeringai menarik Yuri kedalam pelukannya sambil meremas-remas kedua bokong Yuri.

Criminal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang