Yeji berseru heboh ketika mendengar kabar bahwa mereka bisa kembali menempati rumah lamanya dulu. Gadis itu begitu senang karena akhirnya Ayahnya kembali menjadi direktur lagi. Dan semua itu berkat Jackson yang mau menolong tanpa pamrih.
Yeji berlari ke dapur lalu memeluk Jinyoung yang sedang menyusun makanan di atas meja. Tentu saja Jinyoung terkejut karena tidak biasanya Yeji pulang sekolah secepat ini.
"Eomma tahu, Daddy akan menjadi Direktur lagi dan kita bisa tinggal di rumah Daddy lagi. Aku senang sekali." Jinyoung tersenyum dan mengusap pelan punggung tangan anaknya. Ya, ia sudah tahu semua itu karena Jaebum yang memberi tahunya. Ia juga senang mendengarnya.
Yeji melepas pelukannya lalu menatap wajah Jinyoung.
"Eomma, sekarang Eomma percayakan kalau Daddy selalu menepati janjinya. Daddy tidak akan membiarkan kita hidup menderita. Ya walaupun ini juga berkat Jackson Ahjussi, tapi setidaknya Daddy berjuang membuang semua egonya demi kita semua."
"Kau pasti senangkan bisa kembali ke rumah lama mu lagi?"
Raut Yeji langsung berubah.
"Iya aku senang. Tapi aku juga sedih karena kita akan meninggalkan rumah ini. Aku mempelajari banyak hal sejak tinggal disini."
Jinyoung juga sedih karena harus meninggalkan kediaman sederhana mereka. Tapi mau bagaimana lagi, Jaebum adalah suaminya. Apapun keputusan Jaebum, ia akan menurutinya.
.
.
.
.Jaebum beserta keluarga kecilnya akhirnya kembali ke kediaman lamanya yang bak istana itu. Semuanya kembali normal setelah Jaebum menerima tawaran dari Jackson. Kini perusahaannya berjalan seperti semula, karyawan yang dulu ia pecat ia tarik kembali untuk bekerja disana. Ia sangat berterima kasih pada semua karyawan nya karena sudah banyak membantu.
Ny. Im juga sudah mulai terbiasa dengan Jinyoung dan Hyunjin. Walau sedang berada di Jeju, ia tetap memantau kegiatan anak dan cucunya. Karena bagaimanapun juga Jaebum sudah kembali jaya dan sudah menikah lagi, para pesaing akan semakin tidak menyukainya dan akan melakukan segala cara untuk menjatuhkannya.
.
Jinyoung sedang mengikat rambut Yeji yang panjang. Ia harus turun tangan karena sejak selesai mandi anak itu mengeluh susah menyisir rambutnya.
"Kau tahu, dulu aku sering mengikat rambut Ibumu." Kata Jinyoung.
"Rambut Mommy?"
"Hm. Dia selalu kesulitan mengikat rambutnya."
Yeji tersenyum sembari memandang wajah Jinyoung dari pantulan cermin. Inilah orang yang sangat di cintai oleh Ayahnya.
"Yeji apa kau sudah selesai?"
Terdengar suara Jaebum dari luar kamar. Yeji buru-buru mengambil tasnya karena ia harus berangkat ke sekolah. Hyunjin sudah berangkat terlebih dahulu karena hari ini ia piket.
Jinyoung mengantar keduanya sampai ke pintu depan. Ia memberi senyuman hangat pada suami dan anaknya. Setelah mereka pergi, barulah ia merasa kesepian. Jinyoung menghela nafas. Ia rindu sekali mengajar di taman kanak-kanak namun Jaebum melarangnya bekerja. Sekarang yang bisa ia lakukan hanya berdiam diri dirumah dan membantu bibi pelayan mengerjakan pekerjaan rumah.
.
.Sesampai di sekolah Yeji di perhatikan oleh banyak orang. Mereka menatap Yeji dengan tatapan cemooh. Yeji tetap berjalan walau ia di selimuti kegelisahan. Tatapan mereka sangat mengerikan seolah-olah ia sudah siap untuk di mangsa.
"Wah aku tidak menyangka. Tega sekali dia memperlakukan Solbin seperti itu."
"Bukankah mereka teman dekat?"