Part 8

1.7K 281 90
                                    

Jinyoung meletakkan omelet yang baru ia masak di atas meja. Sedangkan Jaebum, Yeji dan Hyunjin sudah memulai sarapan sejak dua menit yang lalu. Sesekali Jaebum mengajak kedua remaja itu berbicara agar suasana sarapan pagi ini tidak terasa canggung.

Jaebum melirik Jinyoung yang baru memulai sarapan karena tadi harus membuatkan omelet untuk Yeji dan Hyunjin. Jujur, ini adalah suasana yang sejak dulu ia impikan setelah menikah dengan Jisoo. Akan tetapi semuanya sirna setelah istrinya meninggal. Tiba-tiba ia teringat pada kejadian kemaren sore saat ia dan Jinyoung berciuman. Tanpa sadar ia tersenyum di sela-sela mengunyah makanannya. Yeji menoleh ke arah sang ayah. Sebelah alis gadis itu terangkat melihat tingkah aneh ayahnya.

"Semalam kenapa Daddy dan Paman pulang terlambat?" Suara lantang Yeji membuyarkan lamunan Jaebum. Kedua orang dewasa yang duduk di sana langsung salah tingkah setelah mendengar pertanyaan Yeji.

"Kau tidak perlu tahu." Jawab Jaebum

Yeji menatap ayahnya penuh selidik.

"Daddy tidak melakukan sesuatu pada paman Jinyoung kan?"

Jinyoung curi-curi pandang ke arah Jaebum. Bagaimana kalau Jaebum bercerita yang sebenarnya bahwa kemaren mereka pergi ke danau dan...

"Yeji, cepat habiskan sarapan mu." Kata Jaebum.

"Kalian mencurigakan. Aku tidak mau beberapa bulan kemudian tiba-tiba aku punya adik. Tunggu aku selesai sekolah dulu."

UHUK!

Yeji berhasil membuat semua orang di sana diam tanpa kata. Hyunjin yang sejak tadi hanya diam mencoba menyikut siku Yeji menyuruh gadis itu untuk diam. Sedangkan Bibi Jung memilih kembali ke dapur.

"Ya wae? Kau juga tidak mau kan tiba-tiba punya adik padahal..." Yeji balas menepuk pundak Hyunjin

"Cepat habiskan sarapan mu kalau kau tidak mau berjalan kaki ke sekolah." Ancaman Jaebum berhasil membuat Yeji diam.

Sementara itu kedua pipi Jinyoung sudah memerah seperti kepiting rebus. Ah ia sangat malu mendengar celetukan Yeji barusan. Apa yang sebenarnya anak itu pikirkan? Adik? Bahkan ia dan Jaebum tidak melakukan apa-apa.

.

Jinyoung memperhatikan anak-anak yang sudah di jemput oleh orang tuanya. Senyuman tidak pernah lepas dari wajahnya melihat kelucuan dan kepolosan anak-anak itu. Ia bersyukur Tuhan memberikannya satu seperti mereka. Walau sekarang anaknya sudah besar, baginya Hyunjin tetaplah anaknya yang imut dan menggemaskan.

"Saem." Seorang anak kecil menarik ujung baju Jinyoung. Jinyoung menoleh dan melihat Minjae sedang menatapnya sambil membawa tasnya. Jinyoung menyamakan tingginya dengan anak itu.

"Eomma mu belum datang. Kau mau kan menunggu sebentar?"

Minjae mengangguk. Jinyoung merapikan rambut Minjae yang sedikit berantakan karena tadi habis bermain. Ia juga memasangkan tas itu ke punggung Minjae.

"Kata Eomma, aku tidak boleh dekat-dekat dengan Saem. Tapi aku tidak mau. Saem kan orang baik."

Jinyoung memaklumi itu mengingat Seulgi sangat tidak menyukainya. Bahkan tadi pagi saja wanita itu menatapnya sinis. Sepertinya Seulgi marah karena kemaren Jaebum meninggalkannya dan memilih pergi bersamanya. Tidak lama kemudian Seulgi tiba. Seulgi menarik tangan anaknya agar menjauh dari Jinyoung.

"Minjae, sudah berapa kali Eomma katakan, kau tidak boleh dekat-dekat dengannya. Jika kau membutuhkan bantuan, kau bisa meminta Choi Saem membantumu."

"Waeyo? Jinyoung Saem kan baik."

"Kau menurut saja pada Eomma."

Jinyoung sungguh tidak tahan dengan sikap Seulgi.

"Kang Seulgi-ssi, kau tidak bisa melarang anakmu untuk dekat dengan siapapun, apalagi aku adalah gurunya. Orang yang setiap hari di kelas bersamanya. Jika kau tidak menyukaiku, berterus teranglah. Jangan hasut anakmu seperti ini."

DADDY & ME -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang