Yeji baru saja bangun dan segera ke lantai bawah untuk sarapan. Wajahnya masih mengantuk dan ia masih memakai piyama dengan corak pororo dan sendal bulu bergambar bebek. Ia mencium aroma masakan yang mengunggah selera. Ia bergegas ke dapur dan menemukan Jinyoung yang sedang membuat omelet. Sementara itu di meja makan sudah tersedia beberapa menu untuk sarapan beserta susu hangat.
"Apa itu untuk Hyunjin?"
Jinyoung tersenyum melihat Yeji yang sudah bangun. Tadi anak itu susah di bangunkan mungkin karena semalam begadang bermain game.
"Hm Hyunjin suka omelet."
"Bisakah kau membuatkan untukku juga?"
"Tentu saja. Kau tunggu saja di sana."
"Ne."
Yeji kembali ke meja makan. Ia menatap hidangan di atas meja dengan mata yang berbinar. Namun ada satu menu yang menarik perhatian Yeji.
"Apakah Paman yang membuat japchae ini?" Tanya Yeji pada Jinyoung yang berjalan menuju meja makan dan meletakkan omelet yang ia buat di sana.
"Bibi Kim bilang ayahmu suka japchae, jadi aku buatkan untuknya."
"Wah. Kau tahu, Daddy sudah lama tidak mencicipi japchae. Kata Paman Shin sejak Mommy ku meninggal, Daddy sudah jarang sarapan dengan menu seperti ini. Biasanya Daddy hanya sarapan dengan roti atau omurice."
"Benarkah?"
"Hm. Kadang dia terburu-buru ke kantor sampai tidak sempat sarapan."
Jinyoung terlihat ragu. Ia takut Jaebum akan marah saat tahu ia membuatkan makanan yang akan mengingatkannya pada Jisoo. Karena akhir-akhir ini Jaebum sangat sensitif mengenai hal-hal yang menyangkut Jisoo.
"Apakah Hyunjin belum bangun?" Tanya Yeji.
"Sudah. Dia sedang olahraga dengan ayahmu."
"Wah jinja! Daddy pasti tebar pesona lagi pada Ahjuma-Ahjuma diluar sana."
Sontak Jinyoung langsung tertawa, hanya tawa kecil. Dari awal ia sudah bisa melihat bahwa anak ini tidak suka ayahnya di kerumuni wanita-wanita di luar sana. Tidak lama kemudian orang yang mereka bicarakan datang. Keduanya terlihat heboh membicarakan mengenai pertandingan tenis yang mereka mainkan tadi. Bahkan mereka lupa kalau di sana masih ada Jinyoung dan Yeji yang menatap mereka dengan tatapan tidak percaya.
Tentu saja. Hyunjin yang sejak kemaren sinis terhadap Jaebum, tiba-tiba menjadi akrab layaknya anak dan ayah.
"Sepertinya permainannya seru sampai kalian lupa kami ada disini." Yeji akhirnya membuka suara.
"Permainannya sangat seru. Seharusnya tadi kau ikut dengan kami. Kau tahu, Hyunjin sangat mahir. Kapan-kapan kau harus belajar dengannya." Ujar Jaebum sambil membayangkan permainan tadi melawan salah satu rekan kerjanya yang rumahnya juga terletak di kawasan elit ini.
Yeji mengangguk dan kembali melanjutkan acara sarapan yang sempat tertunda. Karena perutnya sudah lapar, ia memilih sarapan duluan. Lagi pula ia yakin ayahnya dan Hyunjin sudah memakan roti sebelum pergi berolahraga. Jadi untuk apa ia menunggu.
"Apa Eomma yang membuat japchae ini?"
"Iya."
"Ahjussi, kau harus coba japchae buatan Eomma ku. Ini enak sekali."