Ny. Im keluar dari mobilnya. Sebelum kembali ke Jeju, ia mampir ke swalayan untuk membeli beberapa barang. Namun, langkahnya terhenti di depan pintu saat ia melihat Hyunjin sedang di marahi oleh seorang pria paruh baya yang sepertinya pemilik swalayan. Pria itu memukul kepala Hyunjin menggunakan satu bungkus tissue.
Selain bekerja di restoran, Hyunjin juga bekerja di swalayan di dekat rumahnya setiap hari libur. Hyunjin bekerja disana untuk menambah uang jajan agar tidak menyusahkan Jinyoung dan Jaebum. Sekarang ia di marahi habis-habisan karena ia melakukan satu kesalahan, yaitu uang di dalam laci hilang dan pemilik swalayan menyalahkan Hyunjin karena mengira Hyunjin yang mengambil uang itu.
"Kau tahu, gaji mu dalam tiga bulan pun tidak bisa mengganti uangku! Apa kau tidak punya orang tua? Bagaimana bisa mereka membiarkan anak sepertimu bekerja. Apa mereka yang mengajarkanmu mencuri?!"
Hyunjin mulai jengah. Akhirnya ia melakukan perlawanan'.
"Ahjussi! Jangan sesekali kau menjelek-jelekkan orang tua ku! Aku tidak salah. Anakmu yang mencuri uang itu!" Hyunjin menunjuk pemuda yang seumuran dengannya. Karena memang orang itulah yang mengambil uang itu.
"Yak bicara apa kau ini? Appa, aku tidak melakukannya. Aku sendiri yang lihat semalam dia mengambil uang itu. Hei mengaku saja kau pencuri!"
"Berhenti memanggilku pencuri! Kau yang pencuri brengsek!"
PLAK!
Hyunjin mendapat tamparan keras di pipinya.
"Berani sekali kau bicara seperti itu pada anakku! Anakku tidak pernah berbohong. Kau yang mencuri uang itu, sekarang kembalikan uang ku dalam keadaan utuh!"
"Aku tidak mencurinya!"
"Kau masih mau mengelak? Baiklah, aku akan telpon polisi."
Hyunjin mulai takut. Bagaimana kalau pembelaannya tidak berlaku? Disini tidak ada CCTV. Jika ia di bawa ke kantor polisi, itu pasti akan menyulitkan Ibu dan Ayahnya.
"Kenapa kau tidak percaya padaku? Aku tidak mencurinya! Aku memang membutuhkan uang, tapi aku bukan pencuri!"
"Lalu kalau bukan pencuri, kau mau di panggil apa huh?! Anak-anak miskin sepertimu memang patut di beri pelajaran!"
"Geumanhae." Ny. Im datang menghampiri.
"Ah maaf kau harus melihat keributan tadi. Aku sedang memberinya pelajaran karena dia mencuri."
"Apa kau punya buktinya?"
"Ne?" Pemilik swalayan itu mulai kebingungan.
"Tapi ada saksi mata. Anakku melihat langsung dia mengambil uang di dalam laci."
"Tapi itu tidak bisa di jadikan bukti. Kau tahu, jika kau membawa kasus ini ke polisi, dan setelah di selidiki, anak ini tidak bersalah, kau bisa di tuntut balik."
Pemilik swalayan dan anaknya mulai ketakutan.
"M-mana bisa begitu. Dia pasti di nyatakan bersalah. Ada saksinya disini."
"Penjelasan dari saksi akan jadi sia-sia jika tidak ada bukti. Aku lihat disini tidak ada CCTV. Bisa sajakan anakmu yang melakukannya."
"Ne? Itu tidak mungkin. Hei Ahjuma, kau tidak berhak ikut campur. Ini urusanku dengan bocah ini. Kalau kau tidak suka, silahkan pergi dari sini."
"Apa katamu?! YAK!"
Mereka terkejut mendengar suara Ny. Im yang melengking.
"A-Ahjuma kau tidak perlu berteriak." Pemilik swalayan sedikit menjaga jarak. Ternyata wanita tua ini galak juga, pikirnya