Part 14

1.4K 234 70
                                    

Jaebum benar-benar menepati janjinya akan menikahi Jinyoung. Tidak ada seorangpun yang mampu menghentikannya, termasuk Ibunya sendiri. Meski pernikahan dilaksanakan secara sederhana, Jaebum tetap senang karena pada akhirnya ia bisa memiliki Jinyoung, orang yang sangat ia cintai.

Namun, ada satu janji yang tak mampu ia tepati, yaitu membahagiakan Jinyoung. Ia pikir setelah mereka menikah, ia bisa memberikan Jinyoung seperti yang dulu ia berikan pada Jisoo. Ternyata ia salah. Justru ia tidak mampu memberikan itu semua karena ia harus kehilangan perusahaan yang sudah dari nol ia bangun.

Cobaan itu datang beberapa hari setelah ia menikahi Jinyoung. Ia bangkrut setelah media memberitakan dirinya yang menikahi seorang laki-laki. Banyak yang membatalkan kerja sama dengannya sehingga perusahaannya langsung jatuh begitu saja. Tak hanya itu, ia juga terpaksa menjual rumah dan barang-barang berharga untuk membayar gaji terakhir karyawannya. Jaebum sempat berpikir ia mengalami musibah ini karena ia menentang perkataan Ibunya. Tapi ia yakin Tuhan memberikannya cobaan karena alasan lain.

Hari ini mereka pindah ke rumah baru yang jauh lebih kecil yang Jaebum beli menggunakan tabungannya yang tersisa. Jinyoung dan Hyunjin tampak baik-baik saja karena mereka sudah terbiasa hidup susah. Tapi tidak dengan Yeji. Gadis itu terlihat murung sejak Ayahnya bangkrut. Bahkan ia terlihat risih saat memasuki rumah ini. Jaebum paham seperti apa perasaan Yeji sekarang. Yeji yang biasanya hidup mewah sekarang harus hidup serba berkecukupan.

"Maaf karena kalian harus tinggal disini. Yeji, kau tidak apa-apakan?" Jaebum menepuk pelan pundak anaknya.

"Hm tidak apa-apa. Itu kamarku kan? Aku ke kamar dulu."

Jinyoung merasa bersalah atas musibah yang menimpa Jaebum. Jaebum dan Yeji harus susah seperti ini karena dirinya. Sejak awal sudah banyak yang menentang hubungan mereka. Setelah mereka menikah, orang-orang semakin murka dan melakukan apa saja untuk menjatuhkan keluarganya. Jaebum yang dulu di kagumi banyak orang kini sudah banyak membencinya.

"Kalau begitu aku ke kamar juga." Hyunjin juga memilih pergi ke kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Yeji.

"Sepertinya anak-anak kelelahan. Jadi, tidak apa-apakan hanya kita yang beres-beres?" Tanya Jaebum.

Jinyoung mengangguk sambil tersenyum. Ia tidak boleh menunjukkan kesedihan karena ia tidak mau semakin membebani Jaebum. Ia tidak pernah memandang Jaebum kaya atau miskin, ia juga tidak peduli dengan kekayaan Jaebum. Ia mencintai Jaebum tulus dari lubuk hatinya yang paling dalam. Ia akan menunjukkan pada mertuanya bahwa ia tulus mencintai Jaebum dan Yeji.

.
.
.
.

Dengan sedikit keluhan, Yeji keluar dari kamarnya masih menggunakan piyama. Semalam ia tidak bisa tidur nyenyak karena kepanasan, AC di kamarnya rusak sehingga harus di perbaiki. Ia terbangun pagi-pagi sekali karena haus. Di rumahnya dulu, jika ia haus, ada dispenser dan kulkas mini di kamarnya. Sedangkan sekarang ia harus pergi ke dapur untuk mengambil air.

Namun langkah Yeji terhenti saat mencium wangi masakan. Ia mengintip dan menemukan Jinyoung sedang memasak untuk sarapan mereka nanti. Bahkan Jinyoung sudah bangun sepagi ini? Ia kagum sekali padanya. Ia tidak habis kenapa orang-orang membenci orang sebaik Jinyoung. Menurutnya mereka hanya iri karena mereka tidak bisa lebih baik dari Jinyoung, karena itulah mereka selalu menjelek-jelekan Jinyoung.

"Oh Yeji? Kau sudah bangun?"

Yeji tersentak saat mendengar suara Jinyoung. Yeji mendekati Jinyoung untuk melihat apa yang Ibunya itu masak. Ibu? Ya Jinyoung adalah Ibunya. Sekarang keinginannya terkabul, ia sangat senang karena pada akhirnya manusia baik hati ini telah menjadi Ibunya. Masa bodoh dengan penilaian orang-orang, yang penting sekarang ia sudah memiliki Ibu seperti yang dulu ia impikan.

DADDY & ME -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang