Hyunjin dan Yeji mengendap-endap masuk ke rumah saat lampu rumah mati. Sepertinya Ayah dan Ibu mereka sudah tidur. Saat hendak masuk ke kamar, tiba-tiba lampu menyala yang membuat keduanya terkejut.
"Kenapa baru pulang?" Jinyoung bertanya pada kedua anaknya. Beberapa hari ini Hyunjin dan Yeji selalu pulang terlambat. Setaunya pihak sekolah tidak mengizinkan muridnya tetap berada di sekolah jika sudah pukul 9 malam. Lalu apa yang anaknya lakukan di luar sana?
Hyunjin dan Yeji mendekati Jinyoung. Keduanya tidak berani menatap wajah Jinyoung karena mereka tahu mereka telah melakukan kesalahan. Mereka masih beruntung karena itu Jinyoung. Bagaimana kalau Jaebum? Mungkin mereka sudah mati ketakutan.
Jinyoung menarik tas dari tangan Hyunjin lalu memeriksa isinya. Terdapat sehelai kaos berwarna hijau muda dan celana kain berwarna hitam. Jinyoung juga melihat isi tas Yeji, rupanya Yeji juga membawa baju ganti.
"Katakan, kalian bekerja dimana?"
"E-Eomma tahu?" Tanya Hyunjin.
Ya, Jinyoung yakin Hyunjin dan Yeji bekerja secara diam-diam. Belajar dari pengalamannya yang pernah di bohongi Hyunjin, sehingga Jinyoung tidak mudah tertipu lagi.
"Mian, aku tidak bermaksud membohongi Eomma lagi. A-aku hanya..."
"Ini bawa tas kalian. Sebaiknya sekarang kalian tidur. Kalian pasti lelah."
Hyunjin dan Yeji bingung dibuatnya. Kenapa Jinyoung tidak marah?
"Kenapa diam? Ayo masuk kamar. Kalau Ayah kalian tahu, dia pasti akan marah."
Hyunjin dan Yeji tersenyum. Mereka pikir mereka akan di marahi. Lalu keduanya bergegas masuk ke kamar masing-masing.
Jinyoung menghela nafas. Sebenarnya ia tidak mau melihat anak-anaknya bekerja, apalagi Yeji. Gadis itu tidak memiliki pengalaman apapun. Ia takut mereka akan terluka atau ada yang berniat jahat pada mereka. Tapi Jinyoung juga tidak bisa melarang anak-anaknya. Karena percuma jika di larang, mereka tidak akan mendengarkannya dan pasti akan tetap bekerja.
.
.
.Jinyoung menghampiri Seulgi yang sedang menunggu Minjae. Awalnya ia tidak berniat mendekati wanita itu, tapi ia merasa tidak tega melihat Seulgi duduk sendirian. Jinyoung ingin sekali memperbaiki hubungannya dengan Seulgi seperti dulu. Dulu mereka berteman cukup dekat karena mereka berada di sekolah dan di kelas yang sama. Tapi Seulgi mulai menjauhinya saat tahu ia dan Jackson menjalin hubungan. Wanita itu selalu sinis dan selalu menghinanya. Padahal saat itu ia tidak tahu Seulgi juga menyukai Jackson.
"Sebentar lagi Minjae akan keluar." Jinyoung membuka suara setelah beberapa menit diam.
"Apa kau menikmati hidupmu yang sekarang?" Seulgi tiba-tiba bertanya yang membuat Jinyoung menoleh ke arahnya.
"Hm aku merasa sekarang hidupku jauh lebih baik."
"Karena kau berhasil menikah dengan Jaebum."
Jinyoung tersenyum kecil sambil menatap ujung sepatunya.
"Ya, sepertinya begitu." Jawabnya.
"Aku iri padamu. Kau selalu mendapatkan apa yang kau inginkan."
"Terlihat memang mudah. Tapi butuh perjuangan untuk mendapatkan apa yang aku inginkan. Kebahagiaan, hal sederhana yang sangat sulit untuk aku dapatkan. Setelah aku mendapatkannya, justru ada masalah lain yang membuatku tidak menikmati kebahagiaanku."
Seulgi mengangguk paham. Rasa bencinya terhadap Jinyoung bukan karena Jackson ataupun Jaebum yang mencintai Jinyoung, tetapi ia iri karena Jinyoung begitu kuat dan sabar menjalani hidupnya. Itu adalah hal yang tidak bisa ia lakukan. Jinyoung mampu hidup tanpa ada siapapun yang mendampinginya. Jinyoung berhasil membesarkan Hyunjin walau hidup mereka serba berkecukupan.