Sejak hari dimana Yeji memintanya menjadi ibu, hubungan Jinyoung dan Jaebum menjadi semakin kaku. Sebenarnya Jinyoung yang merasa tidak nyaman saat bertatapan dengan Jaebum. Sedangkan Jaebum sendiri tidak tahu apa-apa mengenai sang anak yang meminta Jinyoung menjadi ibunya.
Seperti sekarang ini, Jaebum mengantar Yeji ke sekolah dan berpapasan dengan Jinyoung. Namun Jinyoung buru-buru pergi ke tempatnya mengajar. Jinyoung juga tidak mengajar Yeji lagi karena alasan Jinyoung yang sangat sibuk. Sehingga Hyunjin lah yang sering datang ke rumah membantu Yeji belajar. Sebenarnya Jaebum tidak mempermasalahkan hal itu, karena Hyunjin anak yang pintar. Akan tetapi sikap Jinyoung akhir-akhir ini menjadi tanda tanya di benaknya.
Jaebum merasa sangat tidak nyaman melihat Jinyoung seperti itu. Ia memilih menyusul Jinyoung ke tempatnya mengajar.
"Jinyoung-ssi... Jinyoung-ssi tunggu."
Jaebum meraih pergelangan tangan Jinyoung hingga langkahnya terhenti.
"W-wae?"
"Kenapa kau tidak mau mengajar Yeji lagi?" Tanya Jaebum.
"Bukankah aku sudah bilang, aku sangat sibuk. Boss ku di restoran memintaku bekerja tujuh hari penuh. Apa kau menyesal telah membayarku?"
"Tidak, tidak, bukan itu. Hanya saja aku... Tidak bisakah kau kembali lagi?" Jaebum bingung sendiri dengan perasaannya. Seharusnya ia tidak perlu mempermasalahkan pekerjaan Jinyoung, namun ada sesuatu yang kosong saat Jinyoung tidak pernah datang lagi ke rumahnya.
Jinyoung melepaskan cengkraman Jaebum dari tangannya.
"Maaf, aku harus masuk. Anak-anak sudah menungguku."
Jaebum hendak menyusul Jinyoung, tetapi sekumpulan wanita-wanita datang mengerubunginya. Jaebum tidak bisa berbuat apa-apa selain pergi meninggalkan tempat itu.
.
.Jackson menghentikan mobilnya di depan bangunan flat tempat Jinyoung tinggal. Ia mendapatkan alamat Jinyoung dari restoran tempat Jinyoung bekerja. Ia sangat berterima kasih pada adiknya yang bersusah payah menjadi penguntit selama beberapa hari ini. Pria tampan itu terlihat ragu. Apakah keputusannya mendatangi Jinyoung adalah keputusan yang tepat? Luka yang pernah ia tinggalkan pada pria manis itu pasti akan sangat sulit di obati. Jinyoung pasti sangat membencinya.
Tapi ia punya alasan kenapa waktu itu ia pindah keluar negeri. Ayahnya merupakan orang China sedangkan ibunya orang Korea. Ayahnya adalah orang yang sangat tegas. Semua akan dilakukan nya agar masa depan anak-anaknya tidak rusak. Ayahnya murka saat tahu bahwa ia mengencani seorang laki-laki dan membuat laki-laki itu hamil. Awalnya ia tidak percaya dengan Jinyoung, karena sangat mustahil seorang pria bisa hamil.
Ayahnya memaksanya pindah ke Hongkong dan melanjutkan sekolah disana. Jackson tidak punya pilihan lain selain menurut, karena ayahnya mengancam akan merusak hidup Jinyoung jika ia membantah. Sekarang ayahnya sudah meninggal karena sakit jantung. Jadi ia yang menggantikan posisi ayahnya sebagai direktur di perusahaan yang berdiri di Seoul. Tak hanya itu, ia kembali kesini karena ingin menebus rasa bersalahnya pada Jinyoung. Selama 17 tahun ia melukai hati Jinyoung. Sekarang ia akan memperbaiki hubungan mereka, walau ia tidak yakin.
"Ahjussi?"
Jackson menoleh ke arah remaja tinggi yang menghampirinya. Ia menatap Hyunjin sambil memikirkan sesuatu.
"Bukankah kau bocah yang waktu itu?"
Hyunjin mengangguk.
"Kau tinggal disini?"
"Hm iya." Jawab Hyunjin.
"Apa Ahjussi sedang mencari seseorang?"
"Iya, tapi aku rasa dia sedang pergi."