***
Setibanya di toko roti, Seunghyun memelototi Lisa yang tersenyum sebab meja rias yang ia pesan akhirnya datang. Seunghyun memang mengizinkan Lisa berbelanja, tapi siapa yang akan menduga kalau gadis itu membeli sebuah meja rias dengan kaca berlampu juga kursi kecilnya.
"Kemarin ada lima belas paket yang datang dan sekarang meja rias?!" gerutu Seunghyun, membuat Jiyong terkekeh sebab ini kali pertama ia melihat Seunghyun mengeluh, kesal, berekspresi dengan begitu natural. "Ya! Kau seorang tahan- augh! Apa kau lupa posisimu?!"
"Aku membelinya dengan uangku sendiri, jadi kenapa? Toh meja rias tidak bisa jadi senjata- eh? Bisa kalau aku memecahkan kacanya, iya kan? Tapi untuk apa aku memecahkannya? Aku perlu cerminnya untuk berdandan. Bawakan itu masuk ke kamarku, atau ku suruh kurirnya yang membawakannya? Pokoknya, aku tidak akan mengembalikan meja riasnya!" tegas Lisa, membuat Seunghyun memanggil seorang karyawan toko roti– yang juga anggota BIN– untuk membawakan meja rias itu ke markas di basement.
Selain enam orang yang punya akses ke basement, ada tiga anggota BIN lain di toko roti itu. Dua orang pria yang berjaga di sekitaran toko dengan kostum karyawan toko, juga seorang wanita yang bekerja di kasir. Tiga orang itu baru beberapa bulan bekerja di lembaga itu, jadi mereka hanya mendapat pekerjaan-pekerjaan remeh seperti menjaga atau menyamarkan markas.
"Sejauh ini ada enam paket lainnya, sudah ku antar ke basement," ucap si gadis di meja kasir. "Semuanya untuk nona Jung," susulnya, membuat senyum Lisa semakin lebar.
"Ya! Apa saja yang kau bel-"
"Tentu saja semua yang bisa membuatku jadi lebih cantik dari Jennie. Waktuku hanya seminggu, aku butuh semua itu," potong Lisa, membuat Seunghyun langsung mengumpat dalam bisikannya. Namun Lisa tidak peduli, gadis itu hanya tersenyum tanpa rasa bersalah dan melangkah ke basement, meninggalkan Seunghyun dan Jiyong yang harus membawakan paket-paket itu.
Lima belas menit kemudian, Lisa selesai memandangi meja riasnya di kamar. Koper-kopernya pun masih di sana. Jennie pasti berbohong tentang mengembalikan kopernya ke rumah– atau Ten sudah mengembalikannya lalu mengambilnya lagi. Kini saatnya gadis itu membongkar paket-paket yang dikirim untuknya.
Di saat semua orang sibuk– Jennie dan Ten harus menginterogasi si pencuri jamur, Jiyong dan Seunghyun membaca beberapa berkas hasil interogasi pertama, sementara Jisoo mengkonfirmasi ucapan si pencuri– Lisa justru tengah melepas plester yang membungkus paketnya. Satu persatu botol ia keluarkan dari paketnya, memisahkan antara peralatan kecantikannya juga bumbu-bumbu untuk memasak.
Jennie baru saja keluar dari ruang interogasi kecil di dekat toilet. Selain pintu toilet, ada dua pintu di sana, satu pintu ke ruang interogasi dan satu lagi pintu ke ruang kontrolnya. Jennie baru saja keluar dari ruang interogasinya, hendak menghampiri Ten yang ada di ruang sebelahnya saat matanya menangkap senyuman Lisa dengan barang-barang belanjaannya.
"Augh! Seharusnya ku biarkan saja dia tetap di penjara," gerutu Jennie, langsung kesal begitu melihat Lisa yang sudah asik dengan dunianya sendiri ketika datang. "Ya! Kau pikir kau sedang berlibur?!" omel Jennie namun Lisa yang tidak peduli hanya mengacungkan jari tengahnya.
"Ups, maaf, maksudku begini, hai sayang," balas Lisa, sembari melambaikan tangannya pada Jennie. "Bekerja lah dengan tekun, kau akan terlihat sangat bodoh kalau aku mulai bekerja," susul Lisa, dengan nada bicaranya yang sedikit ketus. "Lagi pula aku ada di sini hanya untuk seniorku. Dia tidak akan ada di sana, duduk dengan begitu tampan kalau aku tidak di sini. Kau membutuhkannya bukan? Untuk menanyai dugaan tersangkamu di dalam sana? Berterimakasih lah karenaku dia ada di sini sekarang," oceh gadis itu sembari menunjuk Jiyong yang bahkan tidak mengatakan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
True Crime
FanfictionMature Content Selalu ada satu atau dua hal yang jauh lebih penting dari cinta... hidup.