25

623 133 2
                                    

***

Sembari berfikir kalau semua orang sudah pergi tidur, Lisa melangkah keluar kamarnya. Ia berencana untuk menghampiri Jiyong di kamarnya, namun di depan pintunya, Ten sudah lebih dulu berdiri.

"Apa kesalahanku?" susul Ten, dengan aroma alkohol yang semerbak dari mulut serta tubuhnya. Apakah pria itu mandi dengan whiskey? Lisa hampir berfikir begitu. "Kenapa kau melakukan semua ini padaku? Apa salahku? Apa salah Jennie? Kenapa kau ingin menyiksa kami sampai mati?"

"Pergi," usir Lisa, sebab percuma saja bicara pada orang mabuk yang besok pagi akan melupakan segalanya. Ten terus bertanya, enggan membiarkan Lisa masuk ke dalam kamar Jiyong yang sebenarnya terkunci. "Aku bilang pergi!" kesal Lisa yang dengan sekuat tenaganya menendang Ten, membuat pria mabuk itu terhuyun kemudian jatuh tersungkur dan pingsan di atas lantai.

Dengan kesal, Lisa mendesah. Pria itu meninggalkannya di saat ia memintanya untuk tetap tinggal, tapi justru tidak mau pergi saat ia suruh. Menjengkelkan, semua orang di tempat itu membuat Lisa jengkel– termasuk Jisoo yang tidak punya hubungan apapun dengannya.

Mendengar suara Lisa, Jiyong membuka kunci kamarnya. Pria itu tidak membukakan pintunya, sampai Lisa dengan sendirinya melangkah masuk dan melihat Jiyong berdiri di sebelah ranjangnya, menarik selimut untuk kembali tidur.

"Kau bisa tidur sekarang?" tanya Lisa, terdengar ketus.

"Apa alasan aku harus terjaga? Ini sudah jam empat pagi-" balas Jiyong yang tidak sempat menyelesaikan ucapannya sebab Lisa sudah lebih dulu membanting pintu kamarnya.

"Kau menipuku!" jerit Lisa. "Tega-teganya kau melakukan semua itu padaku!" marah gadis itu sembari memukul punggung Jiyong, kemudian memukul perut dan dadanya saat pria itu berbalik dengan begitu tenang. Tidak seperti si pria mabuk yang langsung tumbang, Jiyong dan tubuhnya begitu kokoh saat Lisa memukulinya. "Kau merencanakan semuanya! Kau yang membuat Lee Seungri datang- kau yang- kau!"

Dengan kedua tangannya, Jiyong meraih bahu Lisa. Ia remas bahu itu kemudian memaksa Lisa untuk menatap matanya. "Apa alasanmu marah? Karena aku menipumu atau karena kau merasa bodoh sebab tidak menyadari tipuanku padahal selama ini aku sering menyinggungnya?" tanya Jiyong. "Tidak perlu menjelaskannya," susulnya sebelum Lisa sempat menjawab pertanyaan tadi. "Sekarang kau tahu segalanya. Apa yang akan kau lakukan? Memberitahu Seunghyun? Kau tidak perlu Seungri sekarang, kau tahu siapa yang harus ku balas, aku. Apa yang akan kau lakukan padaku?"

Lisa mengigit bibirnya, rasa bimbang menggerayangi tubuhnya. Kini Lisa tahu kalau penculikan itu adalah ancaman yang Jiyong buat untuknya. Jiyong cerdas, ia tahu Lisa tidak akan tergiur dengan uang yang bisa ia berikan. Gadis itu tidak butuh uang, ia sudah punya banyak. Karena itu ia menggunakan senjatanya yang lain– kematian. Ia ancam Lisa seolah-olah gadis itu berada dalam ambang kematian yang tidak bisa dikendalikannya.

Sialnya, Lisa terlanjur tersentuh. Sialnya, Lisa terlanjur mengagumi Jiyong, ia terlanjur merasakan kasih yang sebenarnya tidak pernah ada dalam rencana sialan itu. Ini alasan Lisa tidak langsung menemui Jiyong sejak meeting tadi berakhir, ia terlalu bimbang pada perasaannya. Alih-alih membenci Jiyong, gadis itu jauh lebih membenci perasaannya sendiri.

Jiyong sudah menyelamatkannya, Jiyong satu-satunya orang yang bisa ia ajak bercanda, orang yang tidak menolaknya, orang yang mendengarkannya bahkan orang yang pertama kali memeluknya setelah enam tahun lamanya. Katakanlah Seunghyun menyukainya, pria itu suka berbincang dengannya, namun tidak ada ketertarikan seksual dalam hubungan mereka. Lisa tidak keberatan dengan cara Seunghyun memperlakukannya, ia bisa mengimbangi Seunghyun dan kebutuhannya. Namun Jiyong seperti paket eksklusif di restoran yang ia datangi, paket lengkap mulai dari makanan pembuka sampai pencuci mulut dan wine. Lisa marah sebab ia terlalu menikmati paket eksklusif itu, sama seperti ketika ia begitu kecewa akan sikap Ten enam tahun lalu.

"Kali ini aku tidak akan menipumu lagi," ucap Jiyong sebab Lisa tidak kunjung menjawab pertanyaannya. "Aku harus menipu diriku sendiri kalau aku ingin menipumu dan itu merepotkan. Kau benar-benar sulit ditipu, aku pernah gagal saat mencoba menipumu di penjara waktu itu. Uang dan seks tidak bisa menipumu. Karena itu aku harus-"

"Aku tidak akan sekesal ini kalau kau melakukannya dengan benar!" potong Lisa. "Kau seharusnya meninggalkanku di sana setelah aku membeberkan semuanya! Atau- atau kau bisa membunuhku di sana dan menjadikan Lee Seungri kambing hitamnya!"

"Aku sudah memikirkan itu. Membunuhmu adalah rencana utamanya," balas Jiyong, sembari melangkah melewati Lisa untuk mengunci pintu kamarnya sendiri, dari dalam. Bukan agar Lisa tidak bisa pergi, tapi supaya tidak ada seorang pun yang bisa masuk ke sana. "Kalau kau tidak takut, atau setidaknya berpura-pura berani dan membuatku kesal, aku akan membunuhmu. Aku akan menembak kepalamu tepat setelah kau berbalik dan berlari pergi. Tapi kau terlihat sangat ketakutan. Ah... Wanita yang bisa membuat semua mahluk hidup kesal, ternyata juga bisa begitu ketakutan. Bagaimana wanita ini bisa bertahan di penjara? Aku penasaran. Kau pasti kesulitan di tahun-tahun pertama, tidak ada tahanan yang mau mendengarkan ucapan orang lain sebelum memukulinya. Ah... Ini alasan ia suka membaca buku bela diri? Ah... Ini alasan ia langsung menindas orang lain dengan kata-katanya? Begitu banyak bicara hingga empat orang di luar sana muak mendengarkannya dan lebih baik pergi?"

"Bajingan berengsek-"

"Kau keren, kau luar biasa, sungguh," potong Jiyong. "Kau membuatku ingin bekerja denganmu. Kau tidak perlu berkelahi, kau tidak perlu membunuh, akan ku lakukan semua itu untukmu. Kau hanya perlu berada di sisiku, mengintimidasi semua orang yang bertemu denganmu. Kita bisa jadi tim yang luar biasa."

Lisa duduk di atas ranjang, bukan karena kakinya lelah tapi karena Jiyong yang mendorongnya, membuatnya duduk terpaku di atas ranjang. Kini Jiyong mengintimidasi Lisa, seperti saat pria itu mencoba menipunya di sel tahanan yang sempit. Lisa telah menemukan musuh yang sepadan dengannya– atau justru lebih hebat sebab ia punya kekuatan fisik yang tidak Lisa miliki.

"Kau sedang mengancamku?"

"Tidak, ini sebuah tawaran," tulus Jiyong. "Bekerja padaku, kau akan mendapatkan segalanya. Kematian Ten? Atau Jennie? Aku bahkan bisa membunuh Seunghyun dan Jisoo, kalau itu yang kau inginkan."

"Bagaimana kalau aku menolak?"

"Maka ini jadi ancaman, kau akan mati. Tidak perlu menunggu matahari terbit," jawab Jiyong, dengan sebelah tangannya yang merayap menyentuh leher jenjang gadis di hadapannya. Jiyong belum mencekik Lisa, tapi rasanya gadis itu sudah kesusahan untuk bernafas, dadanya terasa sesak bahkan sebelum Jiyong menyakitinya. "Aku masih menginginkanmu, sungguh. Tapi kalau kau menolak tawaranku kali ini, aku tidak punya pilihan lain selain menghabisimu. Kau bisa berlari dan memberitahu Seunghyun segalanya, kalau aku membiarkanmu hidup. Aku tidak bisa membiarkan itu terjadi. Kau tidak perlu melakukan apapun untukku, aku tidak butuh rekam medis itu, aku juga tidak perlu cintamu. Aku hanya memerlukanmu, berada di sisiku," ucap Jiyong, dengan tangan yang terus berada di leher Lisa, siap mencekiknya kapan saja, siap menghancurkan tulang leher yang rapuh itu.

Tentu awalnya Lisa sempat gemeter, takut juga khawatir. Namun kali ini tidak seburuk penculikan tempo hari. Kali ini Lisa berani meraih tangan Jiyong, meremas pergelangan tangan itu kemudian menyingkirkannya, mendorong Jiyong sampai punggungnya membentur dinding dan balas mencekik pria itu. Satu tangan Lisa tidak cukup untuk menahan Jiyong tetap di dinding, meski pria itu tidak berusaha membalas sama sekali. Dengan lengannya, ia menekan dada Jiyong ke dinding.

"Orang akan berfikir kalau kau sedang melamarku," sinis Lisa, yang justru membuat Jiyong menyunggingkan senyumannya. "Kalau kau tidak memerlukanku, untuk apa kau melakukan semua ini? Kau hanya perlu membu-" Lisa tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Ia tidak bisa meminta Jiyong membunuhnya. Sebab, berbeda dengan Seunghyun, Jiyong bisa benar-benar membunuhnya. Selama ini Lisa pikir Jiyong ada di bawah kendalinya, sebab pria itu tidak pernah menolak keinginannya. Namun sepertinya Lisa salah, Jiyong hanya membiarkannya berfikir begitu, sebab ia harus menipu dirinya sendiri agar bisa menipu Lisa.

***

True CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang