***
"Tidak bisakah kau melepaskanku?" tanya Lisa, setelah ia berbaring di ranjangnya, masih dengan lampu yang sengaja di padamkan. "Aku tidak akan menghancurkan apapun yang kau miliki. Aku tidak perlu diberi uang, aku bahkan tidak ingin lagi membalas dendam karena kau menipuku dengan penculikan waktu itu. Aku hanya ingin pergi," ucap Lisa, menahan tangan Jiyong yang hendak meninggalkan kamar tidur itu untuk mengembalikan kotak obat ke dapur dan mengambil segelas air.
"Kau selalu bisa pergi, kalau kau mau, aku memberimu sebuah mobil, untuk pergi," balas Jiyong, yang meski sedikit berbeda, namun tetap menyiksa Lisa seperti bagaimana ia memperlakukan Nana. Jiyong mengurung Lisa di pondok itu, sama seperti ia mengurung Nana di penjara. Bedanya, karena Lisa sebuah trofi sementara Nana adalah kenangan buruk, Jiyong bisa memperlakukan Lisa dengan lebih baik. Pria itu menjaga Lisa, seperti seorang pemenang menjaga piala penghargaannya.
"Tapi kau selalu membuatku kembali ke sini, kemana pun aku pergi," balas Lisa. "Aku tidak ingin-"
"Aku sudah membereskan masalahmu. Anakku, yang belum kita beri nama, aku akan membawanya."
"Kemana?" tanya Lisa, lantas bangkit dari ranjangnya, menahan Jiyong yang akan pergi keluar. "Kau membuangnya? Penjahat-"
"Wah... jadi sekarang, aku yang jahat? Kau menginginkan anak itu? Tidak 'kan? Kau hanya melahirkannya untuk membuatku kesal, bukan begitu?" potong Jiyong, tanpa mengatakan kalau ia yang selama ini sengaja memanipulasi Lisa dan rencananya.
Dengan sengaja Jiyong memberikan apa yang Lisa mau. Lisa ingin Jiyong tersiksa, Lisa ingin Jiyong marah, sama seperti ketika gadis itu ingin Ten tersiksa sebelum ajalnya. Karenanya, Jiyong memberikan apa yang Lisa inginkan. Ia berpura-pura marah, ia berpura-pura kesal, ia bahkan membunuh Nana yang katanya menghasut Lisa untuk melahirkan anak itu. Jiyong melakukan segalanya, ia menipu dirinya sendiri kemudian menipu Lisa dengan skenarionya, membuat Lisa percaya kalau ia telah menghancurkan Jiyong dan egonya.
Lisa sudah pernah tertipu oleh Jiyong, dan kali ini ia tertipu lagi. Namun Lisa tidak kehilangan kemampuannya, ia tidak berubah dari gadis cerdas menjadi korban penipuan bodoh yang bahkan tidak tahu kalau ia ditipu hanya dalam semalam, hanya karena ia mengandung. Sayangnya, Lisa terlambat menyadari penipuan itu. Lisa baru menyadari skenario buatan Jiyong saat tubuhnya dilumpuhkan, dibuat tidak sadarkan diri dan dibangunkan di pondok kecil itu oleh suara tangisan bayinya.
Lisa yang awalnya ingin menyiksa Jiyong dengan kelahiran anak itu, ingin memerasnya seperti yang Nana katakan padanya, pada akhirnya justru ia yang disiksa. Tidak seperti Nana yang disulap jadi itik buruk rupa, tidak seperti Nana yang tubuhnya dihancurkan kemudian disusun kembali, tidak seperti Nana yang di kurung dalam jeruji besi. Lisa, Jiyong ikat bersama seorang bayi kecil yang terus menangis, membuat Lisa terikat dengan suara tangis bayi yang memekakkan telinga, membuat gadis yang sebelumnya bisa membuat segala jenis mahluk hidup kesal sengsara dengan anak yang tidak bisa ia permainkan. Lisa bahkan tidak berani melukai bayi kecilnya, sebab Jiyong akan melukainya begitu pelayan mengadukan perbuatannya.
Jiyong yang dulu tidak pernah melawannya, pria yang selalu mengalah dan membuat Lisa besar kepala, kini telah melepaskan topengnya. Saat marah, Jiyong bisa menarik lepas mata seseorang. Katanya pria itu harus menarik sembilan ginjal di hari pertamanya masuk penjara, hanya untuk menunjukkan pada semua orang siapa raja di sana. Darimana Lisa bisa mendapatkan nyali untuk melawan pria seperti itu? Rasanya ia menyesal bicara dengan Nana, rasanya Lisa menyesal setelah mencaritahu orang seperti apa Jiyong itu.
"Ah... Aku akan dibebaskan besok," susul Jiyong, sebab Lisa tidak menanggapi ucapannya tadi.
"Kenapa- lalu? Kau akan tinggal di sini?"
"Tentu saja. Ini rumahku. Kenapa? Bukankah kau ingin aku tinggal di sini?" tanya Jiyong namun Lisa menggeleng. Siapa yang ingin tinggal berdua dengan monster seperti Jiyong? Terlebih di atas bukit yang jauh dari tetangga? Lisa bisa saja mati dan tidak ada seorang pun yang menemukannya.
"Kau tidak ingin tinggal denganku? Kenapa? Aku selalu bersikap baik padamu. Aku membiarkanmu melakukan apapun, iya 'kan? Apa salahnya tinggal denganku? Apa aku pernah memukulmu? Ah! Ya aku pernah memukulmu, kau masih marah karena itu? Itu sudah bulan lalu," oceh Jiyong, yang setelahnya mendapat penolakan dengan di dorong keluar dari kamar tidur itu. "Lihat kan? Lihat... Kau yang lebih sering memukulku," gerutu Jiyong, di saat punggungnya di pukul agar pria itu segera meninggalkan kamar tidur pialanya.
Lisa adalah gadis pertama yang melahirkan anak Jiyong. Wanita itu, juga bayinya, adalah piala pertama yang Jiyong dapatkan selain seluruh uang dan kuasanya. Setelah mendapatkan piala atas pencapaiannya, apa yang biasanya orang lakukan dengan piala itu? Tentu memajangnya, menaruhnya di rak terbaik, kemudian melihatnya sesekali dan meninggalkannya. Kira-kira begitu nilai Lisa sekarang. Bukan teman, bukan wanita, bukan kekasih apalagi istri, ia adalah piala yang Jiyong letakan di atas raknya, piala yang tidak bisa pergi, tidak bisa turun dari raknya kecuali Jiyong yang membuangnya.
Sembari menatap pintu yang kini tertutup, dimana Lisa mengunci dirinya sendiri di dalam sana, Jiyong tersenyum. "Kau milikku," tegas Jiyong, dengan suara yang sengaja ia besarkan, supaya Lisa mendengarnya.
Obsesi, candu, tidak peduli apa yang orang katakan, Jiyong yang mulai bosan akan hidupnya mendapatkan sebuah hiburan, berkat Lisa. Tapi alih-alih penghiburan dan pengertian, mereka bertemu dalam kutukan juga hukuman, yang sialnya lebih memberatkan Lisa. Mungkin itu hukuman, sebab Lisa melukai Ten sampai ke akhir nafasnya, sebab Lisa membuat Jennie hampir gila meski pada akhirnya gadis itu berhasil menyelesaikan pekerjaannya. Sayang sekali, hukuman itu ternyata jauh lebih berat daripada yang Lisa bayangkan.
Pagi datang, dan Jiyong masih ada di pondok sunyi itu, terlelap di kamar lain dengan tubuh terbalut selimut. Lisa sempat mengintip, namun ia enggan mendekati pria yang sekarang ia takuti itu. Ia bisa melarikan diri, Lisa tahu Jiyong tidak akan mengejarnya meski ia mencuri mobil di depan pondok. Namun Lisa enggan untuk mencobanya lagi. Ia sudah berkali-kali mencoba melarikan diri, ia pernah kabur sampai ke bandara, akan memesan tiket untuk penerbangan tercepat, kemana pun itu. Sialnya, saat kemudian ia membuka matanya, ia sudah ada di pondok– lagi. Seolah ada hantu tidak terlihat yang selalu membuatnya pingsan dan membawanya kembali ke bukit penjara. Baru beberapa bulan Lisa ada di sana, ia sudah terbiasa dengan kegagalannya.
Rasanya, kejahatan sebenarnya yang telah Lisa lakukan adalah melahirkan anak Jiyong. Gadis itu di hukum karena telah melahirkan anak yang menurutnya tidak Jiyong inginkan. Lisa hanya tidak melihat, kalau selama ini Jiyong menjadikannya sebuah trofi yang ingin ia letakan di sebuah kotak kaca. Kejahatan sebenarnya, yang Jiyong perbuat adalah menjadikan seseorang sebagai trofinya, yang didapatkan, dipajang lalu disimpan dan nantinya akan dilupakan.
***
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
True Crime
FanfictionMature Content Selalu ada satu atau dua hal yang jauh lebih penting dari cinta... hidup.