***
Ten di temukan tewas, dalam kamarnya tanpa satu pun luka di tubuhnya. Ada sebotol kosong obat penenang di nakas dekat ranjangnya, dengan sebuah old fashioned glass dan satu botol whiskey yang juga kosong di sebelahnya. Jennie yang pertama mengetahui kepergian Ten– pada pukul setengah dua belas siang.
Tidak ada yang mencari Ten sepanjang pagi itu. Seperti hari-hari sebelumnya, Ten cenderung bekerja sendirian. Pria itu enggan bekerja dengan Lisa apalagi Jiyong. Pria itu menerima tugas di luar meeting, dan sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak ada yang mencarinya, sampai Jennie membutuhkan orang untuk mengirim Jiyong kembali ke penjara.
Jennie mencari Ten, berencana menyuruh pria itu untuk mengantar Jiyong kembali ke penjara, untuk memancing kedatangan Park Jinyoung. Namun saat Jennie menelepon Ten, pria itu tidak menjawab panggilannya. Dari dalam, Ten mengunci pintu kamarnya, jadi Jennie pikir pria itu tidur di sana. Sialnya, bahkan ketukan Jennie tidak membangunkan pria itu. Sampai akhirnya, Jennie meminta Jisoo mencarikan kunci cadangan dan mereka melihat Ten tewas di atas ranjangnya sendiri.
Jennie kehilangan akalnya saat tubuh dingin Ten ia temukan. Wanita itu terkejut, juga panik seolah ia tidak pernah bertemu kematian sebelumnya. Tentu saja rasanya berbeda, ketika melihat seorang yang ia kenal tewas. Jennie tidak bisa setenang saat ia melihat korban pembunuhan yang tidak ia kenal. Saat itu terjadi, Jisoo menarik Jennie menjauhi Ten, ia menjauhkan Jennie sebelum gadis itu mengotori lokasi kematian Ten dan merusak bukti pembunuhan yang mungkin ada di sana. Sedang Lisa menelepon Seunghyun dan Jiyong menutup pintu kamarnya, berjaga di depan pintu sampai Seunghyun dan orang-orang dari forensik datang. Mereka harus tahu penyebab kematian Ten, mereka tidak bisa memakamkannya begitu saja sebab khawatir ada seorang pengkhianat di sana.
"Kau yang membunuhnya!" marah Jennie, berlinang air mata, menuduh Lisa yang baru saja meminta Seunghyun untuk segera datang. "Wanita gila! Penyihir sialan! Kau bukan manusia! Kau iblis keji yang tidak pantas untuk hidup!" maki Jennie, berusaha memukul Lisa namun Jiyong melerai mereka. Sebab kini, Jiyong tahu kalau Lisa akan dapat masalah jika Jennie sampai memukul perutnya.
"Lalu apa kau manusia?" balas Lisa, melewati Jiyong yang mencoba melerai untuk kemudian memojokkan Jennie ke sofa.
Jennie sempat terkejut, sebab Lisa jauh lebih kuat dari yang ia duga sebelumnya. Gadis itu menangis ketakutan saat di culik tempo hari, ia tidak terlihat cukup kuat untuk mendorong Jennie sampai kaki wanita itu membentur pinggiran meja di ruang depan.
"Sejak awal kau sudah tahu kalau Jungkook membunuh Taehyung karenamu. Aku hanya memberitahu Jungkook, dimana ia harus menusuk agar Taehyung mati perlahan-lahan. Aku bahkan tidak ada di sana saat itu. Tapi kau menyalahkanku? Apa itu membuat segalanya jadi lebih mudah untukmu? Karena sebenarnya kau yang membunuh Taehyung... Taehyung, kakakmu yang berengsek itu, tidak akan mati kalau kau cepat memanggil ambulance. Apakah sulit? Mengakuinya? Kau... Membunuh Taehyung... Kau juga yang menjadikan Jungkook pembunuh. Bukan aku- ah! Tapi kenapa kau membuatku harus membayar dosa-dosa itu untukmu?" desak Lisa, sembari sesekali tangannya menusuk bahu Jennie, mendorong wanita itu di bahunya, beberapa kali sampai tubuh Jennie bergetar hebat karenanya.
Tentu bukan dorongan Lisa yang menggetarkan Jennie. Justru kata-kata Lisa yang kini membuat Jennie gila. Ucapan yang langsung menusuk ke dalam jantungnya, menggetarkan seluruh tubuhnya.
"Kau yang membunuh Taehyung, kau yang membuat Jungkook jadi pembunuh, tapi kau justru membuatku harus membayar dosamu? Apa kau manusia? Ah... Aku lupa, sekarang, manusia bisa jauh lebih keji dari iblis. Manusia jauh lebih menakutkan dibanding hantu. Bukan begitu, saksi ahli, Kim Jennie?" ucap Lisa, mengulang beberapa kata yang Jennie ucapkan dalam persidangannya enam tahun lalu.
"Aku tidak pernah membunuh!" seru Jennie, balas mendorong Lisa, sangat kuat sampai wanita itu mundur beberapa langkah dan hampir saja tersungkur kalau keseimbangannya goyah. "Aku tidak membunuh Taehyung! Aku tidak menusuk perutnya! Aku tidak membiarkannya mati! Aku menahan pendarahannya tapi Jungkook justru-"
"Kebodohanmu yang membunuhnya! Kau menyuruh pelaku menelepon ambulance? Dimana otakmu?! Kau tidak akan pernah bisa mengalahkanku, Jennie! Kau hanya gadis bodoh yang bahkan tidak bisa menerima kesalahanmu sendiri! Apa menyalahkanku membuat perasaanmu lebih baik?! Iblis sialan!" potong Lisa.
Lisa terus mengulang-ulang kata yang sama, kalau kebodohan Jennie yang telah membunuh Taehyung, sampai Jennie menjerit marah dengan kedua tangan yang menutup telinganya. Kini Ten telah pergi dan hanya Jennie satu-satunya orang yang bisa Lisa siksa dengan ucapan-ucapan kejinya.
Lisa terus menceritakan hal yang sama, hal yang membuat Jennie hampir tidak bisa bertahan waktu itu. Kim Taehyung, melecehkan Jennie, adik tirinya. Seingat Lisa, awalnya Taehyung bukan pria yang kejam seperti bagaimana orang-orang mengingatnya sekarang. Kim Taehyung pria yang manis, sampai ayahnya menikahi ibu dari Jennie dan membuat Taehyung patah hati. Kekecewaan itu membuat Taehyung yang awalnya menaruh hati pada Jennie, merasa sangat marah. Kelas dua belas tidak lagi terasa menyenangkan bagi Taehyung, juga bagi Jennie yang mulai sering dilecehkan.
Jennie yang sebelumnya hidup untuk membalap Lisa, perlahan-lahan kehilangan minatnya. Untuk apa ia menang dari Lisa dan jadi juara kelas? Kalau di rumah, Taehyung terus melecehkannya dan tidak ada seorang pun yang mempercayainya? Rumah bukan lagi tempat ternyaman bagi Jennie.
Lisa yang merasa kehilangan penggemarnya, lantas penasaran alasan Jennie begitu murung, jadi ia dekati Taehyung dan segalanya terungkap. Anehnya, ibu Jennie justru lebih mempercayai ucapan Lisa di banding ucapan anaknya sendiri. Lisa menyelamatkan Jennie, sebab ibu wanita itu langsung membawa Jennie pergi setelah tahu apa yang Taehyung lakukan pada putrinya. Namun beberapa jam sebelum hari keberangkatan Jennie, Jungkook– seorang tetangga putus sekolah yang menyukai Jennie, menusuk Taehyung, membunuhnya.
"Berhenti!" marah Jisoo yang akhirnya jengah dengan kebisingan yang terjadi. Wanita itu meraih lengan Jennie yang masih bersikeras kalau ucapan Lisa tidak benar, lantas menariknya masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamar itu dari dalam.
Sementara Lisa, ia mengulas senyumnya sembari merapikan beberapa helai rambut yang menghalangi wajahnya. "Tontonan yang menarik," komentar Jiyong, yang entah sejak kapan sudah duduk di sofa. "Siapa pembunuh sebenarnya?" susul pria yang justru Lisa abaikan– gadis itu masih kesal karena sikap dingin Jiyong kemarin. "Tsk... Kau sangat ingin aku memilih? Melahirkannya atau menggugurkannya? Kau akan mengikuti ucapanku kalau aku memilih?"
"Apa pilihanmu?"
"Aborsi anak itu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
True Crime
FanfictionMature Content Selalu ada satu atau dua hal yang jauh lebih penting dari cinta... hidup.