3.1 Aku Jatuh Cinta

193 206 67
                                    

~#~

  Keyla menatap tajam Rakan yang duduk di sampingnya, ia benar-benar kesal dengan laki-laki itu. Mereka berada disalah satu tempat makan di pinggiran jalan.

  "Apa?" Ujar Rakan ketus menatap kembali Keyla.

  "Ka, ngapain manggil Gilang?" Ujar Keyla melirik laki-laki yang duduk tepat dihadapan Rakan, sedangkan di hadapan Keyla ada Vinka.

  "Kan gua udah bilang, gua ga mungkin angkut kalian berdua di motor gua." Ujar Rakan menatap Keyla.

  "Gua yang bayar, lu ga usah traktir apapun." Ujar Rakan lagi, kali ini melirik Vinka.

  "Tapi a--"

  "Gua bawa temen gua, jadi gua yang bayar." Ujar Rakan memotong perkataan Vinka. Keyla menatap Rakan yang sudah tidak menatapnya dan sedang memainkan ponselnya.

  "Oke." Ujar Keyla.

  "Permisi Pak." Keyla memanggil satu bapak penjual. Bapak penjual itu menghampiri meja yang ditempati Keyla, Rakan, Gilang, dan Vinka.

  "Pak saya pesen nasi goreng biasa satu makan disini, terus dua nasi goreng udang dibungkus, minumnya saya air putih aja." Ujar Keyla kepada penjual tersebut.

  "Gua ga salah denger Key? Lu makan disini terus dibungkus juga?" Ujar Gilang tidak percaya dengan apa yang Keyla pesan.

  "Kenapa? Iri bilang bos." Ujar Keyla acuh, ia melirik Rakan lalu tersenyum aneh.

  "Jih nih anak, Ka lu mau temenan ama nih anak." Ujar Gilang kepada Rakan yang sudah tak aneh dengan apa yang Keyla lakukan, ia tau sahabat nya ini sedang kesal dengan dirinya. Rakan kembali menyimpan ponselnya kedalam saku celananya.

  "Dah biarin, kalian berdua mau apa?" Ujar Rakan tidak mempermasalahkan apa yang Keyla lakukan.

  "Gua sama kaya lu Ka." Ujar Gilang, karena memang selera makanan Gilang hampir sama dengan Rakan.

  "Aku nasi goreng udang." Ujar Vinka.

  "Minumnya?" Tanya Rakan.

  "Air teh aja." Jawab Vinka.

  "Pak nasi goreng udangnya satu, nasi goreng ayamnya dua, air tehnya tiga. Sama pesanan perempuan disebelah saya satu nasi goreng biasa dan dua nasi goreng udang dibungkus." Ujar Rakan menyebutkan pesanannya dan mengulang kembali pesanan yang Keyla pesan.

  "Tunggu sebentar yah." Ujar Bapak penjual tersebut, lalu pergi menuju tempat ia memasak.

  "Ka liat deh." Keyla menunjukan layar ponselnya kepada Rakan.

  "Lu ga Dateng? Atau ga diundang?" Ujar Rakan setelah melihat apa yang Keyla tunjukkan.

  "Diundang, tapi Minggu lalu kan gua ada urusan, jadi ga sempat dateng." Ujar Keyla.

  "Ada urusan apa engga ada partner?" Ujar Rakan dengan nada mengejek. Rakan langsung mendapatkan pukulan dari Keyla di bahunya.

  "Ekhem ekhem, inget depan lu berdua ada orang. Jangan dianggap bangku kosong." Ujar Gilang.

  "Ga usah so sad boy lu, ga cocok bangsat." Ujar Rakan.

  "Kalian udah sahabatan sejak kapan?" Tanya Vinka menatap Rakan dan Keyla bergantian.

  "Kelas dua SMP." Ujar Rakan. Vinka mengangguk canggung, mungkin ia berharap Keyla yang menjawab dan bukan Rakan.

  Beberapa saat kemudia, pesanan mereka datang. Bapak penjual itu menatanya di atas meja mereka.

  "Untuk yang dibungkus nya nanti yah Mas, biar nasinya tetap hangat." Ujar bapak penjual itu, diangguki oleh Rakan.

  Baru saja Keyla akan memasukkan satu suapan kemulutnya, dan terhenti oleh Rakan.

Together But Not Forever Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang