5. Ayo Putus!

1.4K 132 4
                                    

"Sasuke, sakit!"

Klub musik sudah selesai. Awalnya, Gaara menawari pulang bersama karena hari sudah gelap. Tapi, Sasuke menyuruh Hinata untuk menunggu. Cowok itu lebih dulu mengantarkan Sakura pulang.

Usai mengantar Sakura, dia datang menyeret tangan Hinata secara kasar. Mendorong tubuh mungilnya masuk ke dalam mobil. Hinata meringis. Sasuke selalu melakukannya kasar seperti pembantu beneran.

"Sa-sa-sasuke," cicit Hinata memanggil sambil memilin kedua sisi roknya gugup. "Hn," respons Sasuke seperti biasa. Kalau tidak singkat, ya membentak. Lidah Hinata mendadak kelu.

Aku mau kita putus!! Hatinya berbicara lantang, tapi, untuk mengeluarkannya sangat sulit. Setelah dipikir, Hinata sudah lelah dikasari. Ia ingin terlepas dari cowok tempramental seperti Sasuke ini.

Lagi pula mereka pacaran bukan atas dasar cinta atau saling suka, ya, walaupun Hinata terpesona akan ketampanan Sasuke. Hanya terpesona, belum memasuki tahap cinta, mungkin.

Entahlah, Hinata bingung dengan perasaannya sendiri.

Mereka berdua juga tidak melewati sesi PDKT. Ini lebih ke pemkasaan. Tatapan Hinata menerawang ke masa lalu. Awal jumpa dengan keluarga Uchiha.

Waktu itu, Hinata memilih untuk pergi dari rumahnya. Ia berjalan tanpa tujuan. Tangisan mengiringi tiap langkah. Sampai sebuah brosur menampar wajahnya.

Brosur itu membuat masa depan Hinata terbuka. Keluarga Uchiha tengah mencari pembantu. Hinata memutuskan berhenti sekolah sejenak, mengumpulkan biaya dengan bekerja.

Sebelum mendaftar, Hinata lebih dulu menata ulang penampilan juga identitasnya. Ia tidak mau lagi membawa nama keluarga Hyuga.

Rambut panjangnya ia potong menggunakan gunting seadanya. Tak lupa kacamata bulat bening dipakai. Hanya ada Hinata tanpa marga keluarga.

Awal mendaftar sebagai pembantu sangat mulus. Keahliannya tidak diragukan lagi. Hinata disambut ramah. Terutama oleh Izumi. Mikoto tidak sinis.

Beberapa bulan berlalu. Malam itu, Sasuke datang ke kamar Hinata. Menyeret tangannya pergi keluar menuju halaman belakang.

"Lo jadi pacar gue sekarang. Nggak ada penolakan!" ucap Sasuke tegas. Hinata ternganga. Apa-apaan itu?!

"Hei, kau sudah punya tunangan si gadis musim semi itu kan?! Nggak mau!" protes Hinata.

Sasuke menatapnya tajam. "Oke, kalau Lo nggak mau ntar gue bilang ke kaa-san biar pecat lo! No debat!" ancam Sasuke final. Hinata hanya bisa pasrah.

Setelah malam itu pula, perlakuan Mikoto berubah. Sinis dan kasar. Begitu juga dengan si gadis musim semi. Sasuke juga berlaku kasar.

"Heh! Waktu gue berharga nggak cuma nungguin Lo ngelamun, ya," tegur Sasuke menyadarkan Hinata.

"Maaf. Ayo putus, Sasuke!" seru Hinata lantang, "Hubungan kita enggak jelas begini. Bahkan aku tidak tahu apa yang membuatmu ingin menjadikan aku pacar. Lagi, aku dan kau mana mungkin bisa bersatu. Strata kita berbeda. Aku ini jelek, cuma pembantu, tidak seperti Sak-"

GREP!

"Diam, bodoh! Gue paling nggak suka denger orang yang menjelek-jelek kan dirinya sendiri," desis Sasuke menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Hinata, "Inget, cuma gue yang boleh bilang putus."

Hinata meneguk salivanya kaku. Merasakan adrenalin berpacu lebih cepat. Rasanya nyaman seperti ketika dipeluk dia, idola Hinata dulu. Malam ini malam bersejarah.

💜💜💜

Hinata tersenyum mengingat saat Sasuke memeluknya erat tadi. Walaupun tanpa dasar cinta, tetap saja rasanya hati Hinata masih berbunga-bunga. Untuk pertama kali, Sasuke sudi menyentuh Hinata.

Hinata rasanya ingin berteriak memamerkan pada dunia. Jadi, begini rasanya uwu-uwuan dengan pacar. Seru! Hinata tidak bisa untuk tidak tersenyum. Ia menghempaskan tubuh ke atas kasur kecilnya.

Senyumnya luntur dalam sekejap teringat akan kehadiran Sakura dan kesinisan Mikoto. Juga keadaanya saat ini buka lagi keluarga Hyuga. Sasuke dan Hinata. Bagaikan langit dan bumi. Sakura yang lebih pantas.

Hubungan Sasuke dan Sakura terlihat jelas oleh umum. Sudah pasti direstui oleh Mikoto. Strata keluarga mereka berdua juga setara. Hinata termenung sedih. Dia bukan apa-apa. Dia cuma simpanan.

Terlahir sebagai anak haram dan pembunuh ibunya sendiri. Dibuang oleh keluarga. Tidak punya teman (dulu) dan keahlian khusus. Bukan good looking. Lemah tidak bisa apa-apa.

Apa yang bisa dibanggakan? Harusnya Hinata sadar diri. Tidak ada yang mengharapkannya di dunia ini. Lalu tiba-tiba bayangan wajah Neji muncul. Suara hangatnya menyapa telinga.

"Hei, adik kecil, kau tidak boleh bersedih! Kau itu kuat dan hebat, tidak lemah! Buktinya bisa bertahan sampai saat ini. Ganbatte!"

Hinata terkekeh kosong. Hyuga Neji, alasannya untuk tetap hidup. Tanpa dia, hidup Hinata runtuh. Air mata Hinata mengalir deras sesenggukan dalam diam. Menangis hingga tanpa sadar tenggelam dalam bunga tidur.

💜💜💜

"HINATA! APA YANG KAMU MASUKIN KE MAKANAN SAKURA?"

Hinata tertegun mendengar suara bentakan dari Mikoto. Sepasang bola mata amethyst miliknya menyorot pada sosok gadis bersurai pink yang kini meringis memegangi perutnya.

"A-aku tidak menambahkan apa pun, Mikoto-sama, aku memasak makanan seperti biasanya," jawab Hinata jujur. Ia menunduk takut melihat ekspresi garang dari nyonya besar.

Mata Mikoto melotot marah. "Lalu kenapa calon menantuku bisa sampai sakit perut karena memakan masakan mu? Kau punya dendam apa, hah?!" sarkasnya kesal.

Hinata tidak mampu menjawab. Ia hanya menunduk memilin jari jemarinya takut. Ia merasa tertampar ketika Mikoto menyebut Sakura sebagai calon menantu.

Fugaku berusaha melerai, "Jangan menuduh langsung seperti itu, Mikoto. Lebih baik sekarang kita bawa Sakura ke rumah sakit."

"Fugaku! Kenapa kau membelanya?" tanya Mikoto menunjuk wajah Hinata dengan telunjuk. Fugaku berdecak, "Aku bilang, kesehatan Sakura lebih penting, Mikoto. Lihat, dia kesakitan!"

"Cih! Baiklah," putus Mikoto menurut, "Tapi, aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, Hinata. Hari ini kau tidak boleh pergi ke sekolah. Jaga rumah ini! Awas saja sampai pergi!"

"Ta-tapi hari ini a-aku ada ulangan," cicit Hinata mengingat jadwal pelajaran hari ini. Ada ulangan pelajaran Bahasa Jepang.

"Tidak ada tapi atau kau akan aku pecat!" ancam Mikoto final, "Sasuke, Sakura, kalian nanti izin tidak berangkat. Fugaku, segera antar kita ke Rumah Sakit. Aku takut ini karena racun."

Hinata hanya diam melihat kekhawatiran berlebih Mikoto. Setelah mereka-yang namanya Mikoto sebut tadi-pergi, Hinata menghela napas. Hari ini tidak diperbolehkan sekolah, ya?

"Sabar, Hinata. Kau bisa pergi, nanti aku yang bilang kaa-san," ujar Izumi menepuk pundak Hinata. Itachi mendekat menambahkan kalimat Izumi, "Iya, tenang saja. Kami akan melindungi mu, kok."

Itachi diam-diam mengambil kesempatan menepuk surai indigo.

Hinata menggeleng menolak, "Tidak terima kasih. Aku tidak ingin mengorbankan orang lain. Kemarahan Mikoto-sama semakin meletup nanti."

"Hufft, maaf ya atas kelakuan kaa-san. Entah apa yang membuatnya jadi sekasar itu," ujar Itachi meringis.

Hinata tersenyum kecut.

💜💜💜

Avv pelukan 😬💖

Ah iya, kira-kira Sakura kenapa ya? Bisa dadakan begitu 🤔

Mikoto, kau kejam sekali ಥ‿ಥ

Pacar Rahasia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang