18. Kembali

879 100 0
                                    

Hinata bukan seperti remaja biasa yang suka rebahan sambil bermain gawai. Atau nonton drakor via laptop. Ia lebih suka melakukan aktivitas yang jauh dari teknologi.

Seperti saat ini. Menggunakan dapur Uzumaki, mulai berkreasi membuat berbagai percobaan bahan masakan. Awalnya ingin kembali ke rumah Rin, tapi, Kushina belum mengizinkan.

Ngomong-ngomong soal Kushina. Beliau sedang pergi arisan bersama teman-teman sosialitanya ditemani oleh Minato. Naruto sendiri entah pergi ke mana, Hinata tidak peduli.

Drrt~ Drrt~

Suara dering nada telepon terdengar membuat Hinata menghentikan aktivitasnya. Hinata meraih gawai. Nama Kak Rin tertera di sana. Hinata menepuk jidat melupakan Rin.

“Hinata! Kau ini ke mana saja?! Chat tidak dibuka, telepon tidak diangkat. Jangan membuatku khawatir! Cepat pulang!”

Hinata termangu mendengar suara berat menyapa telinganya. Ini bukan suara Rin, Hinata tahu betul ini milik suara siapa. Tapi, itu sudah jelas tidak mungkin. Dia masih di luar negeri.

“Hinata, kau masih ada di sana?”

Hinata terkesiap. “I-iya, a-aku ma-masih di-disini, kok. I-ini bu-bukan kak Rin kan?” Ia bertanya hati-hati. Jantungnya berdesir hangat entah kenapa.

Suara di seberang sana terkekeh. Membuat tubuh Hinata menegang kaku. Suara ini benar-benar familier. Tidak mungkin dia kembali tanpa mengabari Hinata kan?

“Tebak, menurutmu aku siapa? Kalau benar, akan aku gratiskan coklat panas favoritemu.

“Kak Neji?” ceplos Hinata menyebut satu nama yang terngiang di pikirannya saat ini. Lagi, suara di seberang sana terkekeh.

“Aku pikir kau sudah tidak mengingat suaraku lagi. Padahal suaranya sudah sedikit diubah, tapi, ternyata kau masih bisa mengenali.”

“Jadi, ini benar kak Neji?! Kak Neji kembali ke Jepang?! Kenapa nggak bilang?!” pekik Hinata antusias histeris syok tidak percaya.

Hyuga Neji—laki-laki itu dibuat tertawa mendengar suara Hinata. Suara dari gadis yang selalu dirindukannya. Gadis yang selalu membuat Neji merasa khawatir.

“Iya, ini aku, Hyuga Neji. Aku sudah kembali sekarang.”

“Kenapa kau tidak bilang padaku? Kapan kau kembali ke Jepang. Aku tidak diberitahu, payah!” teriak Hinata merenggut kesal.

“Aku kembali kemarin. Tadinya mau buat kejutan sih, tapi, kau malah pergi. Segera pulang! Aku akan memberi mu wejangan. Aku sudah tahu semuanya, jangan mengelak lagi.”

Hinata mengatupkan bibirnya rapat. Selihai apa pun seseorang menutupi kebohongan, pasti akhirnya akan terbongkar. Rin pasti yang memberi tahu pada Neji.

💜💜💜

“Neji-nii!!!”

Hinata memekik antusias tidak peduli dengan suara nyaring yang mungkin mengganggu tetangga. Meninggalkan koper di depan rumah Rin, ia masuk langsung menubruk dada bidang Neji.

Rin menggelengkan kepalanya sudah biasa akan tingkah Hinata yang begitu manja dengan Neji. Sejak dulu tak pernah berubah. Ia membawa masuk koper milik Hinata.

Hinata mengernyit melihat tidak ada reaksi dari Neji. Laki-laki itu malah memandang Hinata seolah ingin menelan hidup-hidup. Dia mengerti, wejangan itu sudah siap meluncur.

“Aku merindukanmu, kak. Apa tidak bisa jangan rusak suasana penuh rindu ini dulu?” cetus Hinata mengurai pelukannya. Kedua pipinya mengembung pertanda sedang kesal.

Pacar Rahasia ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang