Tok! Tok Tok!
Hinata yang masih bergelung dalam selimut perlahan membuka matanya. Masih pasang muka bantal, ia melangkah pergi untuk membuka pintu apartemen.
Siapa sih, pagi-pagi sudah datang? Padahal rencananya liburan Minggu ini ia ingin tidur sampai siang.
"Loh?!! Cupu ada di sini? Kenapa bisa? Lo jadi bayaran Sasuke, ya? Atau jangan-jangan si teme itu kena pelet sama lo?!"
Mendengar suara heboh, membuat Hinata mengucek kedua matanya. Memperjelas siapa yang bertamu. Dua laki-laki-si rambut kuning dan tukang menguap. Mata Hinata melebar syok.
"Heh, jelasin! Kenapa lo bisa ada di sini kenapa," desak Naruto tidak sabaran menggoyang-goyangkan bahu Hinata. Shikamaru acuh, malah masuk lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur yang tadi ditempati Hinata.
Tak lama suara dengkuran terdengar. Hinata meringis. Tidak tahu harus menjelaskan apa. Kalau menjawab sama saja membongkar 'rahasia mereka'. Bahaya!
"Biasa saja, dobe!"
Suara bass itu datang menyela. Hinata bernapas lega melihat kehadiran Sasuke. Naruto berbalik menatap Sasuke meminta penjelasan. "Sebenarnya ada apa teme? Katakan!"
"Tadi malam gue ketemu dia di jalan mabuk nyaris dilecehkan. Makanya gue bawa dia ke sini. Soalnya nggak tahu rumah dia di mana," ucap Sasuke mengarang santai.
Hinata melotot. Kenapa harus cerita mabuk? Citranya terlihat buruk sekarang. Seperti serigala berkedok kelinci. Sasuke balas menatap Hinata dengan tatapan 'lo berhutang sama gue'.
Naruto menatap Hinata menilai. "Gue penasaran gimana penampilan lo yang liar. Nggak nyangka. Padahal gue kira cupu kayak lo kutu buku," Naruto ingin menyentuh pipi Hinata, tapi, segera ditepis oleh Sasuke.
"Udah nggak usah sentuh dia," kata Sasuke dingin menatap Naruto tajam penuh intimidasi.
Naruto mengernyit. "Lo kedengaran kayak orang cemburu, dude. Awas! Jangan sakiti Sakura apalagi berkhianat demi cewek cupu aneh nggak jelas kayak dia."
"Lo masih suka sama Sakura?" tanya Sasuke datar.
Dulu Naruto memang bucin dengan Sakura. Tapi, dia mengalah saat menyadari kalau Sasuke saingannya. Selain karena tidak percaya diri, ia tidak ingin merusak persahabatan.
Sama halnya seperti Karin. Dua Uzumaki yang bernasib sial dalam urusan cinta.
Naruto kicep. "Te-tentu aja enggak. Gue udah move-on, hehe. Ah, Shikamaru tidur pulas sekali dia. Harus dibangunkan!" Naruto tertawa kaku menghampiri Shikamaru.
"Pembohong yang bodoh. Terlalu memikirkan orang lain sama kayak lo," Sasuke berdecih melirik Hinata. Hinata balas menatap Sasuke lugu.
"Sekarang, lo buatin makanan gih buat temen-temen gue. Sekalian buat sarapan," titah Sasuke memasang wajah tak berdosa.
Hinata mendengus. Seenaknya saja menyuruh. Sebenarnya dia itu apa dalam hidup Sasuke? Cuma pembantu, ya?
💜💜💜
"Kamu nggak ikut mereka nobar? Atau kencan sama Sakura weekend gini?" tanya Hinata menatap Sasuke yang duduk di sofa setelah Naruto dan Shikamaru berpamitan pergi.
Sasuke menggeleng. "Enggak, lagi bosen sama mereka. Hari ini gue pengin jalan sama lo. Hitung-hitung, kencan pertama kita. Lo mau?" tawar Sasuke.
Hinata melongo tidak percaya mendengar kata yang Sasuke lontarkan. Kencan pertama kita katanya? Rasanya tidak biasa mendengar kata kita disebut.
"Mau nggak? Gue nggak ada tawaran ulang," tanya Sasuke tak sabar. Hinata mengangguk antusias menjawab, "Mau!! Aku ganti baju dulu!"
Hinata buru-buru berganti pakaian. Ia bukan tipe perempuan yang lama dalam berpenampilan. Sepuluh menit setelahnya sudah kembali di hadapan Sasuke.
"Ayo! Lo ada tempat reccomended? Mau ke mana gitu?" tanya Sasuke. Hinata mengangguk menyebutkan tempat yang sudah lama tidak dikunjungi.
Setelahnya mereka berdua menuju bassement apartemen. Menaiki mobil milik Sasuke menyusuri jalanan. Selama perjalanan, hanya keheningan yang menguasai. Mereka berkelut dengan pikiran masing-masing.
Sampai akhirnya tiba di depan sebuah gedung minimalist. Yang di depannya tertulis Konoha Music Academy. Senyum Hinata mengembang.
"Lo sering ke sini?" tanya Sasuke mengernyit menatap gedung di hadapannya. Hinata mengangguk berbinar. Tanpa ragu mulai memasuki gedung minimalist itu.
"Kak Hinata!" Hinata semakin mempertahankan senyuman tatkala disambut oleh beberapa anak dengan usia berbeda dengan ceria.
"Eh, kak Hinata kok beda? Biasanya kan nggak pakai kaca mata terus rambutnya panjang," tanya salah satu dari mereka berumur sekitar delapan tahun polos.
"Iya. Katanya kak Hinata kan udah meninggal," sahut yang lebih dewasa.
Seorang wanita muda bersurai coklat muncul menyeruak kerumunan. Rin-salah satu pengurus KMA yang dekat dengan Hinata. Mereka sudah seperti kakak adik. Sama persis hubungannya dengan Izumi.
"Semuanya, dia ini bukan kak Hyuga Hinata yang kita kenal dulu. Tapi, hanya Hinata. Anggap saja kembarannya," jelas Rin.
"Jadi, bukan kak Hinata yang itu dong? Ah, nggak seru! Males latihan kalau nggak ada kak Hinata," keluh mereka tampak kesal. Rin dan Hinata saling tatap. Sasuke diam mengamati.
"Eh, Maru baru sadar kalau ada kakak ganteng," celetuk salah satu dari mereka menyadari kehadiran Sasuke. Dia mengenakan syal biru muda-Konohamaru namanya.
Murid laki-laki yang mengikuti les KMA langsung teralih pada Sasuke. Menatap pemuda raven itu berbinar.
"Woah iya! Ganteng banget!" Kini murid perempuan yang heboh. "Kenalan, kak! Kakak ganteng siapa namanya? Ajarin main musik juga, dong! Pasti keren!"
Sasuke mengerjap kikuk. Ia tidak terlalu suka diperhatikan. "Eung, maaf, kakak nggak bisa main musik," terangnya jujur. Membuat mereka semakin mengeluh.
"Sudah anak-anak. Kita kembali latihan hari ini. Juga akan diajari sama kak Hinata," lerai Rin yang langsung dipatuhi mereka semua, "Hinata, aku mengajar duluan ya."
"Iya, kak."
"Lo udah sering ke sini, ya? Kayaknya Lo akrab banget sama mereka nggak canggung," tanya Sasuke penasaran, "Tapi, mereka menganggap kalau Lo itu Hinata Hyuga yang sudah meninggal. Sebenarnya lo siapa?"
Hinata kicep. Membawa Sasuke ke sini adalah kesalahan. Baiklah, untung saja skill berbohongnya sudah diasah.
"Sebenarnya, aku diam-diam bersahabat dengan Hinata Hyuga. Kami berteman di SMA Kamiyama. Hanya saja tidak terlalu menonjolkan diri. Kamu tahu kan? Hyuga memandang status seseorang."
Bodohnya, Sasuke percaya begitu saja mendengar karangan Hinata. Karena Hinata memang berasal dari SMA Kamiyama dulu, pikirnya.
"Nah, sekarang kamu ikut aku ajarin anak-anak buat main musik. Belajar pasti lama-lama bisa kok. Musik itu asik!" seru Hinata semangat.
Ia merangkul Sasuke tanpa ragu. Membawanya pergi menemui anak-anak KMA. Entah apa yang merasukinya. Sasuke tersentak, tapi, tidak menolak. Ia menyunggingkan senyum tipis.
Untuk hari ini, Hinata merasa bebas. Untuk hari ini, Hinata merasa dicintai oleh Sasuke. Untuk hari ini, Hinata merasa ada yang berbeda. Untuk hari ini, Hinata bahagia. Semoga saja bukan kebahagiaan sesaat.
Takdir, tolong biarkan Hinata bahagia.
💜💜💜
Nggak uwu, tapi, nyesek yorobun buibu 🙂
Ada yang nyesek juga di kata-kata terakhir? 😂
Enggak? Yaudah:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Rahasia ✓
Fanfiction⚠️ First story ⚠️ Disclaimer : Masashi Kishimoto Hinata Hyuga adalah seorang gadis biasa yang telah jatuh cinta sendirian di masa remajanya. Pada dia-retak yang menjadi detak di hidupnya. Yang kerap menorehkan luka, yang menjadi alasan retak hati, a...