Beberapa minggu kemudian...
“Ayah! Akhirnya kau bangun.”
Mendengar suara antusias Hanabi, Hinata bangkit dari kursi tunggu. Dia ingin melangkah mendekati ayahnya. Memberikan 1001 kalimat permintaan maaf.
Namun, saat ingin berjalan tubuhnya terjatuh ke lantai. Hinata meringis merasa sakit. Ingin meraih sesuatu di dekatnya untuk bangkit sendiri, tidak bisa.
Sasuke berjalan mendekat. Ia tergerak untuk membantu Hinata berdiri. “Ayo ikuti aku,” ia memapah Hinata masuk ke ruang rawat inap Hiashi. Hinata menurut.
“Bagaimana keadaanmu sekarang, Hiashi? Apakah ada yang sakit?” tanya Aeri menatap Hiashi khawatir. Setelah menunggu lama, akhirnya Hiashi pulih kembali.
Hyuga Hiashi—pria paruh baya itu berusaha menyandarkan tubuhnya di bankar kasur rumah sakit. “Aku tidak apa. Hanya saja mataku rasanya aneh.”
Aeri terdiam beralih menatap Hinata yang harusnya menjadi tempat netra untuk melihat kini diperban. Hinata berdiri tepat di samping Sasuke.
Hiashi mengikuti arah pandang Aeri. “Hi-hinata? Dia kenapa?” tanyanya tergagap bingung melihat keadaan Hinata. Aeri mulai menceritakannya.
Rasa bersalah menelusup hati Hiashi. Dadanya sesak. Hinata merelakan matanya. Demi pria seperti Hiashi yang tidak menghargai Hinata sebagai anak.
Hiashi memberi kode agar Sasuke mengantar Hinata mendekat. Ia langsung memeluk putrinya.
“Maafkan ayah berengsekmu, Hinata. Maaf karena sudah mengusirku. Maaf karena sudah membencimu. Maaf karena sudah menyalahkan mu.”
“Harusnya kau membiarkanku mati saja. Jangan pedulikan si bodoh ini.” Tubuh Hiashi bergetar.
Hinata terenyuh. Ia mengusap lembut punggung ayahnya. “Jangan berbicara seperti itu, aku sudah memaafkan ayah kok. Kita bisa membuka lembaran baru.”
“Kau terlalu baik seperti Hikari. Maaf sudah menghancurkan hidupmu,” Hiashi tersenyum miris. Merasa bodoh dengan dirinya yang menyalahkan orang. Padahal semua itu takdir.
“Tidak. Ayah malah mempertemukan ku dengan teman-teman yang begitu baik. Yang selalu ada kapan saja dalam beragam keadaan,” ujar Hinata tulus.
“Ya, kami akan selalu ada di dekat Hinata. Kita menghadapi dunia bersama. Semangat jiwa muda!!!”
Hiashi membelai surai Hinata. Ia tersenyum. Teman putrinya yang begitu tulus dari hati. Netra Hiashi fokus pada pemuda raven. Mereka saling tatap penuh arti.
Hinata terkekeh mendengar suara yang pasti diyakini adalah Lee. Walaupun sudah tidak bisa melihat dunia, setidaknya ia masih hapal suara mereka.
Bertemu dengan mereka semua—Temari, Gaara, Lee, Sasuke, Tenten, dan Sai—adalah anugerah terindah bagi Hinata. Mereka bisa dipercaya sampai akhir cerita.
“Hinata, aku mencintaimu tulus. Tidak peduli dengan fisik atau harta yang ada. Aku mencintaimu tanpa alasan. Tanpa memandang apapun.”
Itu suara Sasuke. Kebahagiaan Hinata lengkap dengan cinta. Yang awalnya Hinata pikir Sasuke menjadikan dirinya sebagai pelampiasan. Menjalin hubungan sebagai pacar rahasia.
Melewati masa sulit. Melewati rintangan orang jahat. Melewati kerja keras hidup mandiri. Melewati rasa ketidakpercayaan diri. Hinata berhasil menemukan kebahagiaan.
Tuhan, terima kasih sudah menghadirkan mereka dalam hidupku. Aku mencintai diriku, mencintai hidupku. Aku bersyukur menjadi ‘aku’.
;—Hinata Hyuga.
💜 THE END 💜
Woah! Akhirnya end. Monmaap akunya kebelet end 😭. Gimana pendapat kalian kisah ini?
Apa ending kurang memuaskan? Itu yang ada di imajinasi otak, mohon maaf yak 🤓
Apa ada yang ingin kalian tanyakan? Mungkin ada beberapa plot hole butuh penjelasan? Sila komen 😉
Penting! Yang baca sampai sini. please butuh banget reviewnya. MESKI CUMA SATU KATA AJA:) tolong kerja sama ya 🥺🙏🏻
Makasih yang udah berkenan baca dan kasih apresiasi. Satu bintang udah bikin terhura 😭
Lovyu kalian! Baca project fanfic aku lain jangan lupa yak. Muah! 🥰
Sayang kalian banyak banyak 💓Papay!
—Salam Hangat
DavichiKusuma
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Rahasia ✓
Fanfiction⚠️ First story ⚠️ Disclaimer : Masashi Kishimoto Hinata Hyuga adalah seorang gadis biasa yang telah jatuh cinta sendirian di masa remajanya. Pada dia-retak yang menjadi detak di hidupnya. Yang kerap menorehkan luka, yang menjadi alasan retak hati, a...