"Seharian ini gue lihat lo kurang fokus mulu. Kayak orang setres aja. Ada apa sih? Punya masalah? Cerita aja, jangan sungkan, Hinata."
Temari menatap Hinata gemas. Gadis lavender itu sepertinya punya hobi melamun. Awal jam pelajaran sudah melamun kena tegur guru. Terjadi berulang kali meski sudah ditegur.
Di kantin, Hinata nyaris menabrak Karin dan Sakura. Mereka berdua kesal, terlebih melihat Hinata malah melamun. Saat ini, dia kembali melamun sambil berjalan menuju kelss.
Hinata mengerjap linglung menatap sekelilingnya. Mereka berdua tengah berada di tepi lapangan. Sedari tadi, ia terus memikirkan tentang perintah Rin untuk mencabut kontrak.
"Ada apa Temari?" tanyanya melongo bingung membuat Temari menepuk jidat malah dibuat frustrasi sendiri. Ia tersenyum menggeleng. Membiarkan Hinata kembali melamun.
Itu adalah kesalahan. Mata Temari melotot melihat sebuah bola voli yang sengaja dilempar kuat mengarah pada Hinata. Kelakuan anak cowok yang lagi main bola voli di lapangan.
"Hinata! Bola!" pekiknya histeris. Bukan menolong, malah berjongkok sambil menutup seluruh wajah dengan kedua tangan. Temari takut sama bola.
Gerakan slow motion, Hinata menoleh melihat ada sebuah bola voli datang ke arahnya. Sebelum itu, ada seseorang yang meraih tangan untuk memeluk melindunginya dari bola.
"Kyaaa!! Harusnya gue yang dipeluk bukan si cupu! Hiks."
"Enak banget tuh si cupu dilindungi. Gue mau dipeluk juga, huhu."
"Kok peluk si cupu sih? Ih gamau gasuka gelay!!!"
"Dasar bodoh. Harusnya menghindar, bego!" desis seseorang yang kini memeluk Hinata erat. Sepertinya enggan melepaskan. Mengundang berbagai pertanyaan manusia yang menonton.
Hinata meneguk salivanya susah payah. Aroma ini familier dengan hidungnya. "Sa-sasuke, ka-ka-kamu bis-bisa me-melepas pe-pelukannya," ia meminta dengan cicitan lirih.
"Lo nggak mau dipeluk sama gue? Mau gue hukum?!" sentak Sasuke berbisik tepat di dekat telinga Hinata. Ia semakin mempererat pelukan. Hinata sampai sulit bernapas.
"Bu-bukannya eng-enggak mau. Ta-tapi, ba-banyak yang lihat-"
"Lo malu ngakuin gue jadi pacar lo?!" potong Sasuke cepat. Hinata mengatupkan bibirnya rapat. Bukan Sasuke namanya bila tidak hobi memotong ucapan orang.
Hinata menghela napas. Ia berbisik lirih, "Harusnya aku yang tanya begitu. Nggak mau akuin aku jad pacar kamu? Emang siap go public? Kamu aja nggak cinta sama aku."
Sasuke terdiam. Ingin sekali menepis perkataan Hinata. Tapi, sekarang bukan waktu yang tepat. Biarkan saja hubungan mereka seperti ini. Asalkan Hinata tetap berada di sampingnya.
"Sasuke!! Dasar cupu murahan! Lepasin nggak?!" Teriakan Sakura memecah keheningan. Ia datang bersama Ino dan Karin.
Langsung mendorong tubuh Hinata jauh dibantu kedua anteknya. Tubuh Hinata terdorong nyaris jatuh. Lagi, sebelum itu ada seseorang yang menolongnya.
Kepala Hinata mendongak. Sepasang mata bulannya mengerjap menatap sosok bersurai kuning yang balas menatapnya datar.
Cantik juga nih cewek dilihat dari dekat. Apalagi kalau lepas kacamata. Hm, lumayan, batin Naruto enggan mengalihkan pandangan.
💜💜💜
"Hinata! Lo jadi viral tahu nggak sih? Lihat nih di IG fanbase-nya Sasuke. Banyak yang komen negatif. Lo punya IG nggak, Nat?"
"Hinata! Tuh kan ngelamun lagi. Au ah, bikin kesel herman akutu." Temari merajuk kesal. Bibirnya mengerucut melihat Hinata yang masih asik melamun sampai jam pulang.
Hinata tersentak. "Hah? Apa? Kau punya kisah masa lalu dengan Ino dan Shikamaru?" ceplosnya polos membuat Temari memasang wajah cengo tidak percaya. Lee terbahak.
"Heh? Dari tadi lo ngelamun jangan-jangan mikirin masa lalu gue ya?" tuding Temari. Hinata langsung menggeleng tersadar. Ia masih belum menemukan keputusan yang tepat.
Temari menatap Hinata miris. "Ada masalah apa sih lo? Gini amat dah. Kasian, mana masi muda lagi. Sini cerita sama emak. Emak Dedeh siap mendengarkan curahan hati kalian."
"Anjir! Lawakan lo garing, tapi, kenapa gue ngakak, hah?" Lee tertawa lepas hingga meneteskan air mata. Berbanding terbalik dengan ekspresi Gaara yang selalu datar seperti papan tulis.
Temari menatap Lee datar. "Gue nggak ngelawak. Lo aja yang receh." Selera humor Lee memang sangat receh. Suka tertawa tanpa alasan jelas. Sekali pun garing, tetap tertawa.
"Hinata." Terdengar suara bass menarik perhatian mereka berempat. Seorang pemuda raven berdiri dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana.
Hinata melotot melihatnya. Apa-apaan Sasuke ini? Dia sengaja mau membuat Hinata jadi sasaran 'dispatch'?!
"Pulang bareng gue," titah Sasuke langsung menarik pergelangan tangan Hinata. Meninggalkan Temari dan Lee yang saling berpandangan syok dengan mulut ternganga.
"Sejak kapan mereka sedekat itu? Ada chemistry di antara keduanya. Gue mencium ada gajah di balik bakwan," seru Temari tidak percaya. Lee hanya menggeleng tidak tahu.
Di sisi lain, kedua manusia itu berjalan beriringan dalam diam. Sesekali Hinata melirik ke arah Sasuke. Apa dia harus membicarakan perihal perintah Rin. Dipikirnya, itu tidak buruk.
Tanpa membukakan pintu. Tanpa memasangkan seatbelt. Mereka berdua masuk ke mobil Sasuke. Beberapa kali Hinata menarik napas dalam, menghembuskan perlahan.
"Sa-sasuke," panggil Hinata hati-hati.
"Hn?" sahut Sasuke tetap fokus menyetir mobil.
Hinata terdiam melirik luar mobil. "E-etto a-ano, mulai nanti malam aku akan tinggal di rumah kakakku," ujar Hinata. Sasuke diam tidak langsung merespons. Untuk beberapa menit keheningan menyelimuti.
"Siapa kakakmu? Kenapa?" tanya Sasuke.
"Kak Rin, guru yang mengajar di KMA waktu itu. Dia juga bilang kalau aku harus berhenti menjadi pembantu di keluarga Uchiha. Katanya aku bisa kerja di KMA atau di tempat kafenya bekerja," jawab Hinata panjang lebar.
Ciitt!
Mobil mengerem mendadak. Untung saja berhenti di jalanan yang sepi. Jarang kendaraan berlalu lalang. Sasuke mencengkeram erat kemudi mobil hingga urat tangannya terlihat.
"Lo nggak boleh pergi ke mana-mana! Lo harus tetap jadi bagian keluarga Uchiha! Biar gue bilang nanti ke kakak lo itu. Ini hidup lo nggak ada urusannya sama dia," tukas Sasuke menatap tajam penuh penekanan.
"Ta-tapi, ba-bagaimana ak-ak-"
"Diam! Kalau lo mau pergi, pergi aja sana! Turun sekarang! Biar gue bilang ke semua orang kalau lo itu 'wanita bayaran' gue," ancam Sasuke menekankan kata wanita bayaran.
Napas Hinata tercekat bingung harus bagaimana. Ia menundukkan kepalanya. Matanya memanas. Perlahan, setetes bulir bening menetes mengalir membanjiri pipi.
Menyamar menjadi orang lain adalah hal terburuk yang pernah dilakukan. Hinata tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Tidak bisa menjalani hidup normal sebagai dirinya.
Hinata seperti hidup dalam jurang penjara gelap tak berarah. Seandainya saja dia tidak lahir ke dunia. Seandainya saja kedua orang tuanya tidak 'khilaf', dia tidak akan lahir ke dunia.
Seandainya saja.
💜💜💜
Gatel mau update:)
Review euy <( ̄︶ ̄)>
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Rahasia ✓
Fanfiction⚠️ First story ⚠️ Disclaimer : Masashi Kishimoto Hinata Hyuga adalah seorang gadis biasa yang telah jatuh cinta sendirian di masa remajanya. Pada dia-retak yang menjadi detak di hidupnya. Yang kerap menorehkan luka, yang menjadi alasan retak hati, a...