06

3.3K 385 47
                                    

Kaki mungilnya ia seret melewati jalanan gelap tanpa bintang di malam hujan tanpa satu pun orang yang menemaninya

Tangannya ia peluk untuk menghangatkan dirinya dari kejamnya angin malam menuju pagi juga dari rintikan air yang turun dari langit yang juga kini ikut menghantam tubuh ringkih nya ,wajah pucat nya juga ringisan yang keluar dari mulutnya tak membuatnya berhenti untuk istirahat, tidak dia harus menjauh dari orang kaya sombong yang membawa nya ke rumah sakit, lagi pula, seorang Randa sangat tidak menyukai dengan apa yang namanya rumah sakit, apalagi bau obat obatan dan juga alat alat menakutkan yang ada di dalamnya, tidak! Randa tidak suka

Jadi setelah melihat kondisi kamar rawatnya yang kosong, Randa memilih pergi secara diam diam dengan pakaian rumah sakit yang ia pakai dan mencabut infus secara paksa dan menimbulkan erangan kecil tertahan dari mulutnya. Bahkan darah bekas dari infus itu masih mengalir dengan lancar darahnya terlalu banyak keluar

Kaki kecilnya berhenti di sebuah pemakaman, langit sudah mulai terang membuat remaja kecil itu berani memasuki pemakaman sendirian.

sendirian dan berhenti di makam yang terlihat masih baru dengan nama kekasihnya ana, tangannya terangkat mengelus batu nisan yang terdapat di sana, membersihkan sampah berupa rumput kering dan daun kering yang berguguran dari daun maple yang berada di atas makam, Randa juga mengetahui makam ini setelah secara diam diam dia membuntuti proses pemakaman tempo hari.

"Hi ana.." sapanya lirih, Randa hanya merasakan kehangatan dari ana sejak dulu, dia menganggap ana bagian dari hidupnya, dan kini bagian dari hidupnya sudah pergi ke pangkuan Tuhan membawa kenangan nya

"Randa kangen ana_ kemarin Randa sakit, tapi ana tenang aja!! Randa sekarang udah gak papa kok, sekarang udah gak sakit lagi, ana pasti takut yah sendirian? Tunggu Randa yah ana, Randa bakal datang ke ana nanti, Randa bakal temani ana nanti" adu randa, air matanya jatuh dan menetes ke atas tanah, walaupun mereka baru saja berpacaran tapi mereka sudah dekat sejak lama, mereka sudah saling mengenal dan saling mengerti satu sama lain sejak lama

"Sshhtt......"Randa memegang perutnya yang merasakan sakit tiba tiba, juga nyeri pada dada nya yang membuat nya makin terlihat pucat juga Randa merasakan sesak dan membuatnya sulit bernafas, langit sudah menjadi terang, Sang Bagaskara menampilkan teriknya membuat Randa segera berdiri dari makam setelah mencium nisan kekasihnya

"Ana, Randa pergi dulu yah, kalau sudah saatnya nanti, Randa boleh minta ana untuk jemput Randa?, Ana bahagia di sana, Randa akan selalu mendoakan yang terbaik untuk ana, darah ana" ujar Randa, dan berlaku dari makam, ia melangkah pergi dari area pemakaman dengan menyeret kakinya, dan memegang perutnya yang terasa perih, belum lagi pusing pada kepalanya membuat penglihatan nya sedikit buram hingga ia harus menggeleng beberapa kali untuk menetralkan penglihatan nya, darahnya masih mengalir, tangannya kini masih dialiri darah yang keluar dari jarum infus yang tercabut paksa, Randa tidak tau apa yang terjadi, dia belum pernah terluka sebelumnya, kalaupun terluka itu sudah lama dan kakek nenek langsung mengobatinya

Randa menarik nafasnya, lalu memegang lehernya, jika randa merasa takut, gugup, atau butuh kekuatan Randa hanya perlu memegang liontin kecil bertuliskan huruf R dan m Nya

Lama ia mencari kalung kecilnya, kakinya tiba tiba saja berhenti melangkah, Randa kembali memeriksa lehernya, matanya membola dengan tangan yang masih sibuk memeriksa leher nya

"D..Dimana kalungku?"

***

Sedangkan di rumah sakit, seorang wanita kini merasakan khawatir setelah tidak melihat pemuda yang dia bantu kemarin di atas brankar, pagi tadi, Nanda dan putranya Romi kembali berkunjung ke rumah sakit untuk melihat kondisi Randa, begitupun Romi, entah kenapa kini dia merasakan marah saat pemuda yang lebih muda darinya pergi secara diam diam tanpa memberi tahu siapapun

Lagian, siapa yang bisa Randa beri tahu kalau dia tinggal sendirian selama ini?

Apalagi setelah melihat kondisi kamar dengan sedikit bercak darah di atas kasur bekas infus yang tercabut paksa

"Sialan sekali bocah itu, apa dia tidak bisa berterima kasih sebelum pergi, dasar tidak tau diri" marah Romi, dari tadi dia berkeliling mengelilingi rumah sakit, hanya untuk mencari bocah ingusan yang bernama Randa itu, sebenarnya Romi sangat malas mencari nya, hanya saja mama nya memaksanya untuk pergi

Nanda kini sedang duduk di atas sofa yang berada di dalam kamar rawat yang di tempati oleh pemuda yang dia kenal sebagai Randa, sejak pertama bertemu waktu itu, entah kenapa Nanda tidak bisa marah, pemuda itu terlalu menggemaskan apalagi perasaan nya merasakan nyaman saat ia menatap hazel hitam pemuda itu

Nanda merasakan sakit, saat pemuda itu menangis, Nanda merasa sakit hati saat pemuda itu ditampar oleh sahabat karena kematian putrinya, Nanda juga merasakan sakit saat melihat suaminya menyeret Randa, dan juga Nanda merasakan sakit saat ia mengetahui bagaimana kondisi pemuda itu, setelah ia mendonorkan darahnya kemarin

Ucapan dokter kemarin membuatnya merasakan takut yang sangat dalam

"Pasien memiliki riwayat penyakit hemofilia"

"Pemuda itu sangat mirip dengan putra kecilku" lirih Nanda, air matanya jatuh tanpa ia sadari kenapa

Cklek

Pintu yang terbuka mengalihkan pandangan nya, terlihat seorang pria seumuran nya masuk dan langsung menghampiri nanda

"Nanda" panggil pria itu, Nanda berdiri dia berjalan ke arah pria itu dan memeluknya

"Mas.. hiks" tangis Nanda akhirnya jatuh juga setelah ia menahan isakan-nya

"Kenapa menangis hum?" Tanya pria itu, pria itu Ethan Mahendra, suami dari Nanda sendiri, sedangkan Nanda membalas pertanyaan itu dengan gelengan kepala

"Hiks.. aku merindukan putra kecilku" lirih Nanda, lirihan itu membuat Romi, berhenti di depan pintu saat ia ingin membuka pintunya, Romi datang dengan tangan kosong, dia tidak menemukan dimana bocah bernama Randa itu

Air mata Romi jatuh, mendengar lirihan mama nya, Romi juga merasakan rindu teramat dalam kepada adiknya

Ethan membalas pelukan istrinya, mengecup kening istrinya dengan dirinya yang juga ikut mengeluarkan air matanya...

"Mas masih berusaha mencari putra kecil kita, kamu berdoa yah semoga mas segera kembali menemukan pangeran kecil kita" Nanda mengangguk, Nanda makin mengeratkan pelukannya

Cklek

Pintu kembali terbuka, membuat Nanda dan Ethan berbalik dan menemukan Romi yang membuka pintu dengan tersenyum kecil

"Romi,.kamu menemukan Randa sayang?" Romi datang dan langsung saja disuguhkan pertanyaan oleh sang mama, Romi menunduk lalu menggeleng kecil, mulut Nanda bergetar ingin rasanya ia menangis tapi ia tahan dengan tersenyum dan menarik Romi dalam pelukannya

"Yasudah, nanti kita cari lagi."ujar Nanda, Romi mengangguk dinpelukan Nanda, Ethan memandang itu tersenyum kecil, keluarganya memang sudah bahagia tapi belum sempurna karena mereka masih kekurangan satu anggota keluarga

Mata Ethan berkaca kaca, ia memandangi sekeliling ruang rawat ini untuk menghalau air matanya, tapi pandangan Ethan jatuh ke arah liontin kecil yang berada di bawah ranjang pesakitan, Ethan membola

Kakinya melangkah mendekat lalu membungkuk di bawah ranjang, tangannya bergetar setelah berhasil mengambil kalung kecik itu

Air matanya menetes setelah matanya sudah memastikan kalung itu dengan benar

"I..ini... Putraku...?"


TBC!!

Udah huhu, ada yg tunggu?

Gimana part ini?

Next?

Tapi nanti yah, aku banyak tugas sekolah

See you next time

Typo bertebaran

Luv u all

Jangan lupa tinggalkan jejak kalian

💜💜💜

RANDA [ Tamat ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang