Hei, disini pengap, tolong keluarkan aku, mungkin itu adalah batin dari Randa saat ini, matanya sayu dan tubuhnya luka luka, kini dia sendirian, setelah Jodi memberinya makan berupa nasi juga sayur yang entah apa, Jodi langsung keluar begitu saja. ini dingin Randa bahkan harus melawan rasa takutnya dengan hantu juga kecoa yang berkeliaran, Randa sudah sadar, hari juga sudah pagi, masih sangat pagi sebenarnya
Tangan Randa masih terikat, di depannya terdapat nasi putih juga sayur yang di berikan om penculik, yah Randa memanggil Jodi dengan om penculik, Randa menatap datar makanan itu, dia juga membiarkan makanan itu di makan tikus di depan sana.
Tubuh Randa bergetar, kepalanya sakit, sebenarnya sebelum pergi Jodi sempat memberikannya bubuk yang sama lagi, dan sekarang Randa merasa melayang, kadang dia menangis kadang dia tertawa kadang dia ketakutan dan kadang dia tersenyum dengan lebar, ketergantungan adalah efek yang di beri, dan sekarang Randa meringkuk di lantai dia menginginkan itu lagi, tapi perih pada dadanya juga kini menghantam nya. "Ckckck kenapa gue gak mati aja!!?" Erang Randa tertahan, air matanya jatuh tapi bibirnya membentuk kurva senyum, mungkin dia sudah gila?
"Gua gila? Yah hahaha hiks... Lepasin gue hiks" ujar Randa, kini dia menangis, bibirnya menangis dia berteriak tapi itu tertahan di tenggorokan
"Hiks hiks... Hahaha sialan sakihit akhhh!!! Hiks..." Randa mengerang saat ulu hatinya kini juga memberontak, luka kering di tubuhnya kini kembali terbuka, darahnya kembali keluar membuat mata Randa serasa buram juga berputar, kepalanya pusing dengan skor yang luar biasa
"Hiks... BUNUH GUA SIALAN!!! BUNUH!!!" teriak Randa, dia meringkuk, tangan terikat ya memukul erat dadanya yang sangat sakit.
"AKKKKHHH!!! GUA MAU LAGIII!!!! KASIH GUA LAGI WOYYY!!" teriak Randa, dia menginginkan itu lagi, tubuhnya makin kurus dengan tulang yang kelihatan, pipi tembem nya bahkan menghilang begitu saja,
Air mata mengenang mengalir deras di pipinya, disini Randa butuh bantuan, "tolong aku hiks siapapun tolong aku hiks.." gumam Randa sebelum kegelapan mengambil cahayanya, Randa butuh istirahat, apakah kita harus berdoa agar dia membuka matanya? Atau justru membiarkan dia tidur untuk selamanya?
***
Reza mematung menatap rumah temannya yang masih menjadi abu, mungkin di depan nya terdapat beberapa barang bangunan dari pemerintah, tapi heii disini kacau sekali
Reza melangkah pelan mendatangi bapak bapak yang membantu memmbangun kembali rumah Randa
"P..permisi pak?" Tanya Reza lirih, matanya berkaca kaca, dia masih menatap rumah itu dengan prihatin,
"Oh Reza? Udah lama gak datang" ujar bapak itu, sebagian tetangga juga mengenal Reza, karena Reza sering datang ke rumah Randa dulu."Di..dimana Randa?" Tanya Reza, setetes air matanya jatuh begitu saja, bapak itu menunduk
"Saya gak tau di mana Randa sekarang" ujar bapak itu lirih
"Hiks..." Tangan Reza bergetar mendengar itu, astaga dia bahkan belum pergi terlalu lama
"M..makasih pak" ujar Reza, bapak itu mengangguk dan Reza berjalan menjauh dengan tangan bergetar mencoba menghubungi seseorang
Drrtt
"Haloo" jawaban. Di sebelah membuat Reza menghentikan langkahnya, air mata nya jatuh mengenai jalan aspal di bawahnya
"Halo za, ada apa?" Tanya di sebelah, Reza mengeluarkan isakan-nya
"Hiks.. bang bantuin Reza hiks... Cari teman Reza hiks..." Ujar Reza menangis, di seberang mengerutkan alisnya
"Teman lu yang mana?" Reza menghela nafas lalu menghembuskan nya, reza kembali membuka suara
"Teman Reza hiks, Abang dimana? Nanti Reza kasih lihat fotonya" ujar Reza, handphone temannya bukan android Ataupun handphone iPhone, jadi Reza tidak bisa mengirimkan gambarnya.