Rencana

5.4K 160 3
                                    

"mas Ali pasti bakalan percaya pak, budhe... Sintia yakin. Kita sewa aja orang buat masuk ke rumah itu biar mas Ali mergokin mereka berdua."

"Tapi anak itu harus tetap di rawat sin. Bagaimanapun kan itu anaknya ali. cucuku." Bude Ratmi menimpali Sintia.

"Tapi itu kan anak pembantu bude... Mana Sudi Sintia ngerawat anak itu"Sintia enggan sekali merawat anak yang bukan darah dagingnya sendiri.

"Lha wong kamu gak bisa kasih anak kok ke Ali udah gitu selingkuh pula. Bude ini mau bantuin kamu juga karena malu punya mantu cacat. Pokoknya anak itu harus dirawat"bude Ratmi tampak tak bisa dilawan. Tapi mau bagaimana lagi ini juga konsekuensi.

≠===============================

Lelaki itu pergi dengan tergesa-gesa ke rumah karena mendapat telpon dari pak Umar. "Mbak Prilly memasukkan lelaki juragan. Dari tadi belum keluar-keluar kamar"

Cukup dengan 2 kalimat itu kemarahan Ali langsung mencuat. Napasnya memburu, tanganya terkepal erat dan denyut jantungnya meningkat.

Sambil menenteng kunci mobil. Ali segera bergegas pulang ke rumahnya. Sebuah telpon kemudian berdering dari dalam saku bajunya. Tapi karena saking terburu-buru tak ia angkat.
15 menit kemudian Ali sudah sampai di halaman depan rumahnya. Di depan sana sudah ada Sintia dan budhe Ratmi.
"Ali.. Ali.. lelaki itu masih ada di dalam. Bude Ratmi dan aku ngunci pintu kamar mereka biar gak bisa keluar." Sintia tampak menjelaskan dengan tergesa-gesa pula.

"Mana kuncinya?"Ali dengan dingin membalas. Tampak sekali raut wajahnya menunjukkan kemarahan yang ia coba-coba tahan.

Saat kunci kamar itu sudah ada di tanganya. Ali bergegas menuju kamar Prilly. Dan dibukanya pintu kamar itu dengan keras. Tampak di dalam sana lelaki itu tengah tertidur seranjang dengan  tubuh Prilly yang hanya terbalut selimut putih.

Kemarahan Ali memuncak. Diterjangnya lelaki yang sedang tidur itu lalu di pukulinya hingga babak belur. Prilly terbangun kaget. Pergerakan kasur yang keras plus suara bentakan Ali menggema memenuhi kamar itu. Prilly tak mengerti dengan kejadian ini. Tiba-tiba terbangun dengan semua orang yang hampir dikamar ini. Pun dengan keadaanya yang sudah tanpa busana. Hanya ditutupi selimut.  Di seret lelaki itu keluar kmar dan didorong hingga terpelanting menghantam meja.
"Telpon polisi sekarang juga!"titahnya tanpa bisa dibantah. Kemudian tanpa bicara apa-apa lagi pergi ke kamar Prilly. Dikuncinya pintu ruangan itu dari dalam. Prilly menangis dan masih tampak shock.

Pipi Prilly di cengkeram Ali dengan kuat. Tangganya mencoba melepaskan cengkeraman itu tapi tidak kuat.
"Berani sekali kamu Prilly!"
Prilly mencoba mendorong dada ali. Agar Ali menjauhkan tubuhnya dan melepaskan cengkeramannya tapi bukanya lepas dan menjauh malah makin kasar dan keras.
"Sejak kapan kamu tidur dengan dia hah??" Prilly menggeleng kuat. Ingin membela diri tapi tak bisa berkata apapun. Ali melepaskan cengkeraman di wajah Prilly. Namun dengan ceoat tamparan di layangkan pada pipi Prilly. Prilly terjatuh di atas kasur. Warna lebam merah mewarnai sudut bibirnya. Tubuh Prilly kemudian di telentangkan. Selimut yang menyelimutinya di buang sembarangan.

"Beraninya kamu melakukan semua ini. Padahal aku sudah baik tidak menyentuhmu saat hamil. Memperhatikanmu dan bahkan bersikap baik padamu. Tapi apa ini balasanya?. Dasar cacat jalang"

Dibuka kasar kemeja bajunya sendiri kemudian menciumi seluruh leher dan pundak Prilly. Bukan sentuhan bergairah tapi sentuhan kasar. Bahkan sesekali ali menggigitnya hibgga berbekas. Prilly tampak mengasuh kesakitan. Suara erangan dan tangganya tak berhenti mendorong-dorong tubuh lelaki itu dari atasnya. Tentu saja hal itu tak ada gunnya. Di keadaan biasa saat aku tidak marah saja ia tak sanggup melawan kekuatan lelaki itu. Apalagi sekarang disaat lelaki itu sedang marah-marahnya. Prilly hanya takut lelaki itu melukai bayinya.

Ali terus menciuminya bringas. Tak ada seincipun yang dia lewatkan. Bahkan perut buncit Prilly dia ciumi pula. Suara gesper melengking menyadarkan Prilly. "Apa lelaki itu akan memasukinya ini?"
Tidak. Tidak....
Prilly menggeleng-gelengkan kepalanya. Tanganya ia arahkan pada kewanitaannya. Mencoba menutupinya dari mata Ali dan memberi isyarat dia tidaj bersedia.
Kakinya pun ia silangkan menutupi ketelanjngnya.
"Buka..."
Ali menggeram dengan suara rendahnya. Mengeluarkan nada suara yang dapat dibilang pelan namun sangat mengerikan. Ali menarik resleting celananya ke bawah. Lalu kemudia mengeluarkan kejantanannya yang sudah menegang hebat. Benda itu sangat panjang dan besar. Baru sekali ini Prilly benar-benar memperhatikan bentuknya. Urat-uratnya menonjol dengan sedikit bulu bulu halus di sekitarnya. Pantas saja sakit.
Prilly ketakutan saat ali mendekatinya lagi.
"Aku bilang buka Prilly... Buka istriku..." Suara bujukan yng mengerikan itu keluar lagi. Prilly menangis. Air matanya keluar dengan sangat deras. Prilly menatap langit langit lalu memejamkan matanya sejenak. 'Tolong...' Hatinya mengiba.
'Kenapa seperti ini lagi?'.

Lalu sedetik kemudian rambut panjangnya di tarik hingga kepalanya mendongak ke atas. "Aku sudah cukup berbaik hati Prilly. Tapi kamu mungkin tidak mengerti dengan cara halus. Mungkin kamu baru mengerti jika aku kasar kan."

Lalu aku mengambil posisi di tengah kaki Prilly. Kaki yang tadinya menutup ia buka paksa. Dan saat Prilly bergerak ingin menutup lagi ia posisikan dirinya berada di tengah. Prilly tak akan bisa lagi menghindarinya.  Tangan yang sedari tadi menutupi kewanitaannya pun beralih memegangi tangan Ali yang menarik rambutnya. "Kamu ingin mengulang bagaimana dulu aku meperkosamu Prilly... Seharusnya memang begitu kamu di perlakukan"
Lalu tanpa aba-aba di dorongnya kejantanannya ke dalam lubang kewanitaan Prilly.
Slebb...

"Aaaaa... Enhhhh"
'lepas... Ku mohon lepas..'
'sakit juragan... Sakit'
'tolong....tolong aku'

Suara hati Prilly mengiba. Tapi yang keluar hanyalah erangan-erangan kesakitan yang bahkan tak akan bisa di dengar orang luar Kamar ini.

Ali mengeluar masukkan kejantanannya dari dalam tubuh Prilly. Rasanya kesat dan rapat. Terasa sedikit perih di awal karena Prilly belum basah. Tentu saja ini perkosaan. Sampai pada gerakan Ali mengeluarkan kejantanannya menyisakan bagian ujungnya lalu mendorong dengan sangat keras.
"Aaaaaaahhhhhhh...Ahhhhh"Ali mengerang. Sedangkan prilly tampak kesakitan. Perutnya seperti melilit. Penuh diisi oleh Ali.
"Hmm. Ahhh. Hmmm ahhh." Gerakannya semakin kasar. Keluar masuk  tanpa henti sampai kemudian Ali sudah tidak tahan lagi. Ditumbuknya liang kewanitaan Prilly dengan kasar lalu sampailah ia pada puncaknya. Dia mendiamkan kenangannya, membiarkan semprotan spermanya membasahi rahim Prilly.

Baru beberapa menit setelah pelepasan itu. Prilly merasakan perutnya keram. Rasanya sakit sekali. Dan tanpa ia sadari pahanya mengeluarkan darah. Mengalir dengan lumayan deras. Tanganya yang masih bergetar menyentuh kewanitaannya.
'darah.. darah'
Prilly menyentuh tangan Ali. Hingga Ali yabg berbaring disampingnya masih meerasakan sisa klimaksnya memandanginya. Tapi kamudia tanganya mengarahkan tangan Ali pada pahanya tentu saja arah pandang ali kini beralih.
"Darah.." seketika Ali langsung panik. Di pakainya kemeja yang ia lepas.  lalu membuka pintu yang sedari ia kunci.

Setelah pintu terbuka, dihampiri Prilly dan ia lilit tubuh Prilly dengan selimut kemudian ia gendong.
"Buka kan pintu mobil..."

"Ali.. Ali kenapa" bude Ratmi yang sedari tadi menunggu di depan kamar kaget dengan kondisi Prilly yang tampak pingsan pun dengan selimut yang bagian bawahnya merembes cairan merah.
Sintia pun tampak terkejut melihat keadaan ali dan Prilly. Tapi selain itu ia juga melihat penampilan aku dan aromahanya. Aroma sperma. Mereka habis bercinta???
Sintia mendengus. Bahkan dalam keadaan seperti itu Ali memilih menyetubuhi Prilly.

6 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang