perjuangan

3.6K 205 6
                                    

Ali terbangun paginya dengan keadaan tubuh sakit semua. Bekas perkelahian kemarin sakitnya baru terasa sekali saat ini. Ali menyentuh sudut bibirnya. Ada darah yang mengering.
Tok tok tok..."Le diluar ada ayah dan ibu Sintia. Pengen ketemu katanya." Suara bude Ratmi terdengar dari luar. Untuk apa lagi keluarga Sintia itu datang lagi coba. Jujur saat ini melihat sintia rasanya ingin sekali mencekik wanita itu. Sudah tidak setia, berkhianat pula. Menyesal ia menikahi Sintia dan menerima Sintia kembali di rumah ini.

Ali menuju pintu dan membukanya. "Ali mau mandi dulu. Bilangin suruh tunggu"ucapnya dingin. Bude merasa sedih sekali. Ali tak pernah berbicara seperti itu padanya. Nadanya sangat dingin, singkat. Ali selalu hangat padanya. Ia sudah menganggap Ali seperti anaknya sendiri. Sontak saat Ali bersikap seperti rasanya sesak sekali.

================================

Ali mendatangi orang tua Sintia di kamar tamu. Tapi ia hanya diam saja. Hanya duduk saja dan bersandar. Ali malas membuka percakapan. Jadi kalau mereka yang merasa butuh, ya buka percakapan sendiri...pikirnya.
"Nak Ali... Saya ingin membicarakan mengenai pernikahan kalian berdua"
"Hm"balasnya hanya sebatas gumaman.
"Mengapa nak Ali mengusir istri nak Ali sendiri? Bukankah nak Ali sudah menerima Sintia kembali. Sintia masih tanggung jawab nak Ali. Dia masih istri nak ali yang sah. Jujur bapak kecewa..."tukasnya. Kecewa dia bilang?. Ali hanya tersenyum sinis. Apa Sintia tidak menjelaskan alasan ia diusir pada kedua orang tuanya.

"Pak..pak... "Ali tertawa sinis
"Emangnya anak bapak gak punya mulut sendiri untuk menjelaskan alasanya?. Tanya sendiri sama dia kenapa saya bisa sampai usir dia. PENGHIANAT!"sembur Ali.

"Sintia ngelakuin itu karena Sintia cemburu sama Prilly pa. Bagaimanapun Sintia adalah istri pertama Ali. Dan istri gak ada yang tahan berbagi suami"Sintia membela diri.
"Oh jadi kamu gak mau berbagi...tapi kamu membagi diri kamu sama lelaki lain diluar sana begitu. Saya bahkan tak tahu penyakit apa yang sudah kamu bawa dari mereka semua. Menjijikkan"Ali membalas.
"Tapi Prilly juga selingkuh Li. Kenapa kamu menerimanya kembali sedang aku tidak"balas Sintia.
"Karena kamu menghianatiku lagi Sintia!. Dan kali ini kamu membuatku kehilangan Digo juga. Penerus ku. Anakku satu-satunya!. Mikir gak sih kamu?"emosi Ali terpancing. Seluruh darahnya bergelegak. Tubuhnya menegang, ingin sekali rasanya merobek mulut wanita itu, tapi ia coba tahan. Jika saja dia bukan wanita sudah jelas akan ia tonjok saat ini.

"Aku minta maaf Li. Aku minta maaf. Aku cuma gak rela kamu dan Prilly. Kamu mulai bersikap baik sama dia lagi. Kamu juga belikan dia baju. Kamu juga mencium keningnya. Kamu gak pernah ngelakuin itu juga sama aku. Aku cemburu!"
"Sejak saat kamu menghianatiku dulu Sintia aku sudah tidak pernah mencintai kamu lagi. Aku menerimamu karena aku tau bude sangat menyayangimu. Aku mencoba memberimu kesempatan untuk setidaknya hidup sebagai istriku. Tapi apa hah? Kamu menghancurkannya lagi."Ali mebghela napas
"Aku bahkan selalu diam saat kamu dan bude menyakiti Prilly dulu. Aku hanya memberikan Prilly beberapa potong baju. Lihat lemari pakaianmu!. Baju yang kubelikan pada Prilly tak ada apa-apanya dibanding kmu. Kamu bahkan mendapatkan seluruh fasilitas dari kekayanku. Lalu kamu merasa cemburu pada itu?. Prilly juga istriku. Dia bahkan melahirkan anakku. Setiap hari hidup bagai pembantu."
"Pak Burhan... Anak anda menghianati saya dengan lelaki lain. Pergi dari rumah tanpa kabar dan kembali begitu saja tapi masih saya terima. Tapi sekarang dia membuat saya berpisah dengan orang-orang yang paling saya sayangi. Prilly dan Digo. Sekarang saya akan saya perjelas semuanya." Ali menjeda

"Pak Burhan saat ini saya kembalikan Sintia pada anda"
"Nggak Ali... Nggak. Aku nggak mau"Sintia menyela
"Saya talak kamu. Saya ceraikan kamu."Ali mengakhiri perkataanya.
Sintia menangis histeris. "Pa...papa... Bilangin Ali pa. Sintia gak bisa hidup tanpa dia. Tolongin Sintia. Bude bilangin Ali bude. Sintia minta maaf. Tolong jangan ceraikan Sintia"Sintia mengiba. Memohon pada setiap orang diruangan agar membujuk Ali. Tapi mereka semua bergeming.
================================

Ali duduk terdiam dalam mobil. Mobilnya terparkir didepan rumah orang tua prilly. Ia sudah tak diizinkan masuk. Teleponnya pun tak pernah diangkat oleh keluarga Prilly. Seluruh komunikasi dengan Prilly terputus. Sudah hampir seminggu lebih ia tak bertemu dengan Prilly. Di samping tempat duduknya terdapat sebuah map coklat. Surat gugatan perceraian. Baru oagi ini sampai. Ali tak terkejut tapi ia tetap saja merasa kalut.

Sebegitu inginnya kah kamu berpisah dariku Prilly?. Kemudian ia melihat sebuah mobil keluar dari dalam rumah. Ali segera memperhatikan. Di dalam mobil itu seperti Prilly. Tentu saja Ali merasa sangat kebetulan. Ia segera mengikuti mobil itu.

================================

"Mohon maaf pak. Saya mau tanya  boleh? Kebetulan saya cari orang"Rafly bertanya pada beberapa orang yang berkumpul diwarung.
"Oh ya mas cari siapa memangnya mas?"
"Saya cari raka. Saya cuma dikasih tau dia tinggal di sekitar sini."
"Oh si raka. Anaknya pak Rahmat kali. Itu rumahnya yang pager ijo. Yang ada pohon mangganya." Tunjuk bapak itu.
Hari ini ia ingin menemui raka. Berdasarkan informasi Sintia beberapa waktu lalu Raka tinggal di sekitar sini. Sebetulnya ia ingin minta kontaknya saja pada Sintia. Tapi beberapa hari ini Sintia susah sekali dihubungi. Chat wa dari raflypun hanya centang satu. Ditelepon pun tak aktif. Mau kerumahnya Rafly tak tau. Bermodalkan chat nya yang dulu bersama Sintia Rafly pun mencoba mencari Raka.

Sampai di depan rumah itu Rafly segera mengucapkan salam. Kemudian muncul sosok wanita tua. Sepertinya ibunya Raka. "Mau cari siapa mas?"sang ibu menelisik.
"Saya cari Raka Bu. Saya temennya Raka "tampak tak percaya pada Rafly. Sejak kapan Raka punya teman dari kota. Penampilannya pun sangat rapi. Sepwrtinya bukan orang sini. Apa Raka punya masalah dengan orang ini.
"Saya temennya dari kota"Rafly menjelaskan lagi.
"Oh..oh ya silahkan masuk. Raka masih tidur. Sebentar saya bangunkan"
Rafly ikut memasuki rumah itu. Rumahnya kecil. Dia duduk di kursi kayu dalam rumah itu.
"Anda siapa ya?"Raka yang baru bangun kebingungan. Rasa-rsanya tidak punya kenalan dari kota. Raka memperhatikan lagi.
"Saya Rafly Latuconsina" Latuconsina? Raka semakin bingung. Ada apakah gerangan orang ini mendatanginya.
"Saya tau sesuatu tentang anda. Dan saya butuh anda untuk bersaksi di sidang perceraian adik saya."
"Adik?"siapakah adik yang dimaksud. Apa Raka punya hubungan dengan adik yang dimaksud itu. Tapi rasa-rasanya tidak.
"Prilly"Raka terkejut. Prilly apakah istri dari juragan ali?
"Mungkin lebih jelasnya adik saya adalah istri dari Ali Syarief. Dan saya butuh kesaksian anda untuk membuktikan Prilly tidak bersalah"tukasnya.
"Kesaksian?"
"Sudahlah mas Raka jangan mencoba mengelak. Sintia sudah memberi tahu semuanya pada saya. Jadi anda tinggal mengikuti perintah saya. Jika anda setuju Saya menawarkan imbalan yang pantas untuk anda."

Raka terdiam. Tapi jika pria ini adalah sekutu Sintia bukanya bagus.
"Apa yang harus saya katakan nnti di pengadilan"
"Semuanya tanpa terkecuali"jawab Rafly sambil tersenyum sinis

16 Maret 2021

JANGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang